Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

oleh Muhammad Husain Haekal

 [ Index | Bag. 1 | Bag. 2 | Bag. 3 | Bag. 4 | Bag. 5 | Bag. 6  | Bag. 7 | Bag. 8 | Bag. 9 ]

		                    PENGANTAR CETAKAN KEDUA            (2/9)

	PEMBELA-PEMBELA ORIENTALIS
 
	Yang  mula-mula  saya  terima sebagai sanggahan ialah adanya
	sebuah karangan yang disampaikan kepada  saya  oleh  seorang
	penulis  bangsa  Mesir  yang  menyebutkan,  bahwa itu adalah
	sebuah   terjemahan   bahasa   Arab   dari   artikel    yang
	dikirimkannya ke sebuah majalah Orientalis berbahasa Jerman,
	sebagai kritik atas buku ini. Artikel ini tidak saya siarkan
	dalam  surat-surat kabar berbahasa Arab, karena isinya hanya
	berupa kecaman-kecaman yang tidak berdasar. Oleh karena  itu
	terserah  kepada  penulisnya jika mau menyiarkannya sendiri.
	Saya rasa nama orang itupun  tidak  perlu  disebutkan  dalam
	pengantar ini dengan keyakinan bahwa dia sudah akan mengenal
	identitasnya sendiri sesudah membaca sanggahannya itu dimuat
	di  sini.  Artikel  itu  ringkasnya ialah bahwa penyelidikan
	yang saya lakukan tentang  peri  hidup  Muhammad  ini  bukan
	suatu  penyelidikan  ilmiah  dalam  arti  modern, sebab saya
	hanya berpegang pada sumber berbahasa Arab saja, tidak  pada
	penyelidikan-penyelidikan  kaum  Orientalis  sebangsa  Weil,
	Goldziher, Noldeke dan yang lain; bukan mengambil dari hasil
	penyelidikan  mereka,  dan  karena  saya  menganggap  Qur'an
	sebagai dokumentasi  sejarah  yang  sudah  tidak  diragukan,
	padahal  studi  Orientalis-orientalis  itu menunjukkan bahwa
	Qur'an sudah diubah dan diganti-ganti setelah Nabi wafat dan
	pada  permulaan sejarah Islam, dan bahwa nama Nabipun pernah
	diganti. Semula bernama "Qutham" atau "Quthama." Sesudah itu
	kemudian diganti menjadi "Muhammad" untuk disesuaikan dengan
	bunyi ayat, "Dan membawa berita gembira  kedatangan  seorang
	rasul   sesudahku,  namanya  Ahmad,"  sebagai  isyarat  yang
	terdapat dalam Injil tentang nabi yang akan  datang  sesudah
	Isa.  Dalam  keterangannya  penulis  itu  menambahkan  bahwa
	penyelidikan kaum Orientalis  itu  juga  menunjukkan,  bahwa
	Nabi  menderita  penyakit  ayan,  dan apa yang disebut wahyu
	yang diturunkan  kepadanya  itu  tidak  lain  adalah  akibat
	gangguan  ayan  yang  menyerangnya;  dan bahwa gejala-gejala
	penyakit ayan itu terlihat pada Muhammad ketika sedang tidak
	sadarkan  diri,  keringatnya  mengalir  disertai kekejangan,
	dari mulutnya keluar  busa.  Bila  sudah  kembali  ia  sadar
	dikatakannya  bahwa  yang diterimanya itu adalah wahyu, lalu
	dibacakan kepada mereka yang percaya pada  apa  yang  diduga
	wahyu dari Tuhan itu.
 
	Sebenarnya saya tidak perlu menghiraukan karangan semacam ini
	atau pada sanggahannya kalau  tidak  karena  penulisnya  itu
	seorang  Mesir  dan  Muslim  pula.  Andaikata penulisnya itu
	seorang Orientalis atau misi penginjil,  akan  saya  biarkan
	saja  ia  bicara menurut kehendak nafsunya sendiri. Apa yang
	sudah saya sebutkan pada kata pengantar dan dalam teks  buku
	ini  sudah  cukup  sebagai  argumen  yang  akan menggugurkan
	pendapat mereka itu. Bagaimanapun  juga  penulis  surat  ini
	adalah   sebuah   contoh  dari  sebagian  pemuda-pemuda  dan
	orang-orang Islam yang begitu saja menyambut baik segala apa
	yang  dikatakan  pihak  Orientalis dan menganggapnya sebagai
	hasil yang benar-benar  ilmiah,  dan  berdasarkan  kebenaran
	sepenuhnya.  Kepada mereka itulah tulisan ini saya alamatkan
	sekadar mengingatkan tentang  adanya  kesalahan  yang  telah
	dilakukan  oleh  kaum  Orientalis.  Ada pula kaum Orientalis
	yang  memang  jujur  dalam  penyelidikan  mereka,   meskipun
	tentunya tidak lepas dari kesalahan juga.

	SEBAB-SEBAB KESALAHAN ORIENTALIS
 
	Kesalahan-kesalahan     demikian    itu    terselip    dalam
	penyelidikannya  kadang  disebabkan  oleh  kurang  telitinya
	memahami  liku-liku  bahasa  Arab, kadang juga karena adanya
	maksud yang tersembunyi dalam jiwa sebagian  sarjana-sarjana
	itu,  yang  tujuannya hendak menghancurkan sendi-sendi salah
	satu   agama,   atau   semua   agama.   Ini   adalah   sikap
	berlebih-lebihan   yang  selayaknya  dihindarkan  saja  oleh
	kalangan cendekiawan.  Kita  melihat  ada  juga  orang-orang
	Kristen  yang  begitu  terdorong oleh sikap berlebih-lebihan
	ini sampai mereka mengingkari bahwa  Isa  pernah  ada  dalam
	sejarah.
 
	Yang lain kita lihat bahkan sudah melampaui batas-batas yang
	berlebih-lebihan itu dengan menulis tentang Isa  yang  sudah
	gila misalnya.
 
	Timbulnya  pertentangan antara gereja dengan negara di Eropa
	itu telah pula menyebabkan kalangan sarjana  di  satu  pihak
	dan   kaum   agama  di  pihak  lain  hendak  saling  mencari
	kemenangan dalam merebut kekuasaan.
 
	Sebaliknya   Islam,   sama   sekali   bersih   dari   adanya
	pertentangan  serupa  itu.  Hendaknya mereka yang mengadakan
	penyelidikan di kalangan Islam dapat menghindarkan diri dari
	kekuasaan  nafsu demikian ini, yang sebenarnya telah menimpa
	orang-orang   Barat,   dan   sering   menodai   penyelidikan
	sarjana-sarjana itu. Juga hendaknya mereka berhati-hati bila
	mempelajari hasil yang datang dari Barat,  yang  berhubungan
	dengan  masalah-masalah  agama.  Segala  sesuatu  yang telah
	dilukiskan  oleh  para  sarjana  sebagai  suatu   kebenaran,
	hendaklah  diteliti  lebih seksama. Banyak di antaranya yang
	sudah terpengaruh begitu jauh,  sehingga  telah  menimbulkan
	permusuhan  antara  orang-orang  agama  dengan kalangan ilmu
	pengetahuan secara terus-menerus selama berabad-abad.

	BUKU BIOGRAFI PENULIS-PENULIS ISLAM SEBAGAI PEGANGAN
 
	Apa yang disebutkan dalam karangan si Muslim berbangsa Mesir
	yang  saya  ringkaskan  itu  sudah  suatu bukti perlunya ada
	sikap berhati-hati. Pertama-tama ia menyalahkan saya  karena
	saya  masih  berpegang pada sumber-sumber Arab sebagai dasar
	penyelidikan  saya;  dan  ini  memang  tidak  saya   bantah.
	Sungguhpun begitu buku-buku kalangan Orientalis seperti yang
	saya sebutkan  dalam  bibliografi,  juga  saya  pakai.  Akan
	tetapi,  sumber-sumber  bahasa  Arab  selalu saya pergunakan
	sebagai   dasar   pertama   dalam   pembahasan   ini.    Dan
	sumber-sumber  bahasa  Arab ini jugalah yang dipakai sebagai
	dasar   pertama   dalam    penyelidikan-penyelidikan    kaum
	Orientalis itu semua.
 
	Ini  wajar  sekali. Sumber-sumber tersebut - terutama sekali
	Qur'an - adalah yang pertama sekali bicara  tentang  sejarah
	hidup  Nabi.  Sudah  tentu itu jugalah yang menjadi pegangan
	dan dasar bagi setiap  orang  yang  ingin  menulis  biografi
	dengan  gaya  dan  metoda sekarang. Baik Noldeke, Goldziher,
	Weil, Sprenger, Muir atau Orientalis  lain  semua  berpegang
	pada  sumber-sumber  itu  juga  dalam  penyelidikan  mereka,
	seperti yang saya lakukan ini. Dalam membuat pengamatan  dan
	kritik, mereka menempuh cara yang bebas, demikian juga saya.
	Dalam hal ini juga saya tidak  mengabaikan  beberapa  sumber
	buku  Kristen  yang  lama-lama yang menjadi pegangan mereka,
	sekalipun  mereka  masih  terdorong  oleh  fanatisma   agama
	Kristen, dan samasekali bukan oleh kritik ilmiah.
 
	Kalau  ada  orang  yang  menyalahkan  saya karena saya tidak
	terikat  oleh  kesimpulan-kesimpulan   yang   dicapai   oleh
	beberapa  kaum  Orientalis itu, atau karena saya sampai hati
	tidak sependapat dengan mereka dan  malah  melakukan  kritik
	terhadap  mereka, maka dalam bidang ilmiah yang demikian itu
	adalah suatu pendirian yang beku sekali, yang  tidak  kurang
	pula  beku  dan  kolotnya  dari  pendirian yang bagaimanapun
	dalam bidang intelektual ataupun  rohani.  Saya  rasa  tidak
	seorangpun  dari  kalangan  Orientalis itu sendiri yang akan
	menyetujui sikap beku  demikian  itu  dalam  bidang  ilmiah.
	Andaikata  ada di antara mereka yang dapat membenarkan sikap
	demikian, tentu ia akan  membenarkan  juga  sikap  beku  itu
	dalam bidang agama.
 
	Tidak  saya inginkan dua hal ini terjadi, baik terhadap diri
	saya  atau  terhadap  siapapun  yang   mau   bekerja   dalam
	penyelidikan  sejarah atas dasar ilmiah yang sebenarnya. Apa
	yang saya lakukan  dan  saya  ajak  orang  lain  akan  dapat
	melakukannya   ialah   mengamati   hasil-hasil   studi  yang
	dilakukan orang lain itu. Apabila ia sudah merasa puas  oleh
	pembuktian  yang  meyakinkan,  maka  tentu  itulah yang kita
	harapkan. Kalau tidak, lakukan sendirilah  supaya  ia  dapat
	mencapai  kebenaran  itu  dengan  keyakinan  bahwa  ia sudah
	berhasil.
 
	Ke arah inilah saya ajak pemuda-pemuda kita dan  orang-orang
	yang mengagumi hasil-hasil penyelidikan kaum Orientalis itu,
	dan memang ini pula yang  saya  lakukan.  Saya  akan  merasa
	sudah   mendapat   imbalan   sebagai  orang  yang  berhasil,
	sekiranya pekerjaan ini memang sudah tepat; sebaliknya  saya
	akan  dapat  dimaafkan  kiranya  sebagai  orang yang mencari
	kebenaran dengan tujuan yang jujur dalam menempuh jalan itu,
	jika ternyata saya salah.

	ORIENTALIS DAN KETENTUAN-KETENTUAN AGAMA
 
	Sebagai  bukti  atas  agitasi  beberapa kaum Orientalis yang
	ingin   menghancurkan   ketentuan-ketentuan   agama   dengan
	cara-cara  mereka yang berlebih-lebihan itu, ialah pendirian
	si Muslim bangsa Mesir yang telah menulis karangan tersebut,
	bahwa  hasil-hasil  studi  kaum  Orientalis itu menunjukkan,
	bahwa Qur'an bukan suatu dokumen sejarah  yang  tidak  boleh
	diragukan,  dan  bahwa Qur'an sudah diubah-ubah setelah Nabi
	wafat dan pada masa permulaan sejarah Islam, yang dalam pada
	itu    lalu    ditambah-tambah    dengan   ayat-ayat   untuk
	maksud-maksud agama atau politik. Saya bukan mau  berdiskusi
	atau  mau  berdebat  dengan  penulis  karangan itu dari segi
	Islamnya dia sebagai Muslim - atas apa yang sudah ditentukan
	oleh   Islam,  bahwa  Qur'an  itu  Kitabullah,  yang  takkan
	dikaburkan oleh kepalsuan, baik pada  mula  diturunkan  atau
	kemudian   sesudah  itu.  Dia  sependirian  dengan  golongan
	Orientalis, bahwa Qur'an dikarang oleh Muhammad, padahal dia
	percaya  juga,  bahwa  Kitab  itu  adalah wahyu Allah kepada
	Muhammad seperti  pendapat  beberapa  kaum  Orientalis,  dan
	karena  ingin  menguatkan  isi  karangannya  atas  apa  yang
	disebutnya itu, dikatakannya bahwa Qur'an  menurut  pendapat
	yang  sebagian  lagi adalah memang wahyu Allah. Jadi baiklah
	saya berdialog dengan dia menurut bahasanya atas  dasar  dia
	sebagai  orang  yang  berpikir bebas, yang tidak mau terikat
	oleh apapun kecuali atas dasar yang  telah  dibuktikan  oleh
	ilmu pengetahuan dengan cara yang benar-benar meyakinkan.
 
 
	                                    			Next >>>
 
	---------------------------------------------
	S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
	oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
	diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
	Penerbit PUSTAKA JAYA
	Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
	Cetakan Kelima, 1980
 
	Seri PUSTAKA ISLAM No.1