Ad Da'wah

 [ Keutamaan & Celaan | Rukun & Syarat | Adab Seorang Da'i | Da'wah Kepada Bapak | Da'wah Kepada Penguasa | Kemungkaran ]

Adab Seorang Da'i

Semua adab muhtasib bersumber dari tiga sifat, yaitu:

1.     Ilmu. Maka muhtasib itu hendaklah mengetahui situasi hisbah, batas-batasnya, tempat-tempat berlakunya, dan penghalang-penghalangnya. Supaya ia menyingkatkan di atas batas agama.

2.     Wara’, supaya ia mencegah dirinya daripada menyalahi apa yang diketahuinya. Maka tidak semua orang yang berilmu mengamalkan menurut ilmunya. Bahkan kadang ia tahu ia berlebih-lebihan pada hisbah, dan bertambah di atas batas yang diijinkan agama. Akan tetapi didorong oleh sesuatu maksud. Maka hendaklah perkataan, dan pengajarannya diterima orang. Orang fasiq akan memain-mainkan muhtasib apabila ia berihtisab. Dan mengakibatkan orang lain berani terhadap muhtasib

3.     Ahlaq, makah hendaklah ia berketetapan dengan lemah lembut dan kasih sayang. Itulah inti sebenarnya. Ilmu dan wara’ tidak memadai. Kemarahan yang berkobar-kobar niscaya tidak mencukupi senata-mata ilmu dan wara’ untuk mencegahnya, selama tidak ada tabiatnya, penerimaan dengan baik akhlaq. Dan sebenarnya wara’ itu tidak sempurna selain bersama kebaikan akhlaq dan mampu mengekang nafsu-syahwat dan kemarahan.Dengan itu muhtasib bersabar atas apa yang menimpa dirinya pada agama Allah. Kalau tidak demikian maka apabila tertimpa kehormatan dirinya atau hartanya atau pribadinya dengan makian atau pukulan, niscaya ia melupakan hisbah itu. Lalai dari agama Allah dan menghabiskan waktunya dengan urusan pribadinya, bahkan kadang-kadang ia tampil kepada ihtisab itu pada mulanya karena mencari kemegahan dan nama. Maka dengan tiga sifat tersebut jadilah hisbah itu diantara qurbah (amalan yang mendekatkan diri kepada ALlah). Dengan tiga sifat itu tertolaklah segala kemunkaran. Kalau tiga sifat itu tidak ada, niscaya kemunkaran itu tidak akan tertolak. Bahkan kadang-kadang hisbah juga menjadi perbuatan munkar, karena melampaui batas agama.

Terhadap adab-adab ini berdalilkan sabda nabi SAW,”Tiada menyuruh perbuatan baik dan tiada melarang perbuatan munkar selain orang yang penuh kasih sayang pada apa yang disuruhnya, yang penuh kasih sayang pada apa yang dilarangnya, yang tidak lekas marah pada apa yang disuruhnya, yang tidak lekas marah pada apa yang didengarnya, berilmu pada apa yang disuruhnya, berilmu pada apa yang dilarangnya.”

Diriwatkan dari Anas ra. Yang berkata,:’Kami bertanya:’Wahai Rasulullah! Tidakkah kami menyuruh perbuatan yang baik sebelum kami mengerjakan semuanya? Dan tidakkah kami melarang perbuatan jahat sebelum kami menjauhkannya semuanya?”.

Lalu Rasulullah menjawab,”Bahkan suruhlah perbuatan baik, walaupun kamu tiada mengerjakan semuanya. Dan laranglah perbuatan jahat walaupun kamu tiada menjauhkannya semuanya!”. (Ath-Thabrani dari Anas).

Allah berfirman,”Hai anakku! Dirikanlah shalat, suruhlah mengerjakan yang baik, cegahlah perbuatan yang buruk dan bersabarlah menghadapi apa yang menimpa engkau!” (S. Luqman, ayat 17).

Diantara adab adalah menyedikitkan hubungan. Sehingga tidak banyak ketakutannya. Dan memutuskan pengharapan kepada orang banyak.

Ada yang berkata,”Barangsiapa tidak memutuskan pengharapan dari mahluq niscaya ia tiada sanggup melakukan hisbah. Dan barangsiapa mengharap supaya hati manusia baik kepadanya dan lisan mereka melepaskan pujian kepadanya, niscaya tidak mudah hisbah baginya”.