Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

oleh Muhammad Husain Haekal

 [ Index | Bag. 1 | Bag. 2 | Bag. 3  | Bag. 4 | Bag. 5 ]

BAGIAN KEENAM: CERITA GHARANIQ                         (5/5)
 
Jadi orang yang sudah  dikenal  sejak  kecil  hingga  tuanya
begitu   jujur,   bagaimana  orang  akan  percaya  bahwa  ia
mengatakan sesuatu yang tidak dikatakan oleh Allah, ia  akan
takut  kepada  orang  dan  bukan kepada Allah! Hal ini tidak
mungkin. Mereka yang sudah mempelajari jiwanya  yang  begitu
kuat,   begitu   cemerlang,   jiwa  yang  begitu  membenteng
mempertahankan kebenaran dan tidak pula pernah mencari  muka
dalam  soal apapun, akan mengetahui ketidak mungkinan cerita
itu. Betapa kita melihat  Muhammad  berkata:  Kalau  Quraisy
meletakkan  matahari  di  sebelah  kanannya,  dan meletakkan
bulan di sebelah kirinya dengan maksud supaya ia  melepaskan
tugasnya,  akan  mati sekalipun dia tidak akan melakukan hal
itu - bagaimana pula  akan  mengatakan  sesuatu  yang  tidak
diwahyukan   Allah   kepadanya,  dan  mengatakan  itu  untuk
meruntuhkan sendi agama yang oleh karenanya ia diutus  Allah
sebagai  petunjuk  dan  berita  gembira  bagi  seluruh  umat
manusia!
 
Dan kapan pula ia kembali kepada  Quraisy  guna  memuji-muji
dewa-dewa  mereka? Ataukah sesudah sepuluh tahun atau sekian
tahun dari  kerasulannya,  demi  tugas  yang  besar  itu  ia
sanggup   memikul   pelbagai   macam   siksaan,  berupa-rupa
pengorbanan, sesudah Allah memperkuat  Islam  dengan  Hamzah
dan  Umar  dan  sesudah  kaum Muslimin mulai menjadi kuat di
Mekah, dengan berita  yang  sudah  meluas  pula  ke  seluruh
jazirah,  ke  Abisinia dan semua penjuru?! Pendapat demikian
ini adalah suatu legenda, suatu kebohongan  yang  sudah  tak
berlaku.
 
Mereka   yang   menciptakan   cerita  ini  sebenarnya  sudah
merasakan bahwa hal ini akan mudah terbongkar.  Mereka  lalu
berusaha   menutupinya   dengan   mengatakan,  bahwa  begitu
Muhammad mendengar kata-kata Quraisy bahwa dewa-dewa  mereka
sudah  mendapat  tempat  sebagai  perantara,  hal  itu berat
sekali dirasanya, sehingga ia kembali kepada Tuhan bertobat,
dan  begitu  ia  pulang  ke rumah sore itu Jibrilpun datang.
Tetapi tabir ini akan terbuka juga kiranya.  Kalau  hal  itu
oleh  Muhammad  sudah sangat luar biasa, ketika ia mendengar
kata-kata Quraisy itu, apalagi  ia  sampai  akan  mengoreksi
wahyu pada waktu itu juga.
 
Jadi  masalah  gharaniq ini memang tidak punya dasar, selain
sebagai karangan yang dibikin-bikin oleh suatu golongan yang
mau  melakukan  tipu  muslihat  terhadap Islam, yang terjadi
sesudah permulaan sejarah  Islam.  Yang  lebih  mengherankan
lagi  ialah  karena  kecerobohan mereka yang telah melakukan
pemalsuan-pemalsuan itu melemparkan pemalsuan mereka  justru
ke  dalam  jantung Islam, yaitu ke dalam Tauhid! Yang justru
karena itu pulalah  Muhammad  diutus,  supaya  meneruskannya
kepada  umat  manusia  sejak dari semula, dan yang sejak itu
pula tidak kenal arti mengalah. Juga segala yang  ditawarkan
kepadanya  oleh  Quraisy apa saja yang dikehendakinya berupa
harta, bahkan akan dijadikannya ia raja atas  mereka,  tidak
sampai  membuatnya  jadi  berpaling.  Semua  itu  ditawarkan
kepadanya,  pada   waktu   penduduk   Mekah   yang   menjadi
pengikutnya   masih  sedikit  sekali  jumlahnya.  Waktu  itu
gangguan-gangguan Quraisy  kepada  sahabat-sahabatnya  tidak
sampai membuat ia surut dari dakwah yang diperintahkan Tuhan
kepadanya, yaitu supaya diteruskan kepada umat manusia. Jadi
sasaran  mereka  yang  telah  melakukan  pemalsuan  terhadap
masalah yang begitu teguh menjadi pegangan Muhammad yang tak
ada  taranya  itu,  hanya menunjukkan suatu kecerobohan yang
tidak rasional, dan yang sekaligus menunjukkan  pula,  bahwa
mereka  yang  masih  cenderung  mau  mempercayainya ternyata
telah tertipu; suatu hal yang sebenarnya tidak perlu  sampai
ada orang akan tertipu karenanya.
 
Jadi  masalah  gharaniq  ini  memang  samasekali tidak punya
dasar,  dan  samasekali  tak  ada  hubungannya  pula  dengan
kembalinya  Muslimin  dari  Abisinia.  Seperti disebutkan di
atas, mereka kembali  karena  Umar  sudah  masuk  Islam  dan
dengan  semangatnya yang sama seperti sebelum itu ia membela
Islam,  sampai  menyebabkan  Quraisy   terpaksa   mengadakan
perjanjian  perdamaian  dengan Muslimin. Juga mereka kembali
pulang ketika di Abisinia sedang  berkecamuk  pemberontakan.
Mereka   kuatir   akan  akibatnya.  Tetapi  setelah  Quraisy
mengetahui mereka  kembali,  kekuatirannya  makin  bertambah
akan   besarnya   pengaruh   Muhammad  di  kalangan  mereka.
Quraisypun lalu membuat rencana mengatur langkah berikutnya,
yang   berakhir  dengan  dibuatnya  piagam  yang  menentukan
diantaranya tidak akan saling mengawinkan, berjual-beli  dan
bergaul  dengan  Banu  Hasyim,  dan  yang juga sudah sepakat
diantara mereka, akan membunuh Muhammad jika dapat.
 
Catatan kaki:
 
1 Sekedar gambaran terjemahan ini hanya dari  segi  ungkapan
sedang  perbedaan atau persamaan yang lebih jelas hanya dari
segi semantik menurut  bahasa  aslinya  (A).
 

S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
  oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
  diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
  Penerbit PUSTAKA JAYA
  Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
  Cetakan Kelima, 1980
  Seri PUSTAKA ISLAM No.1