Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

oleh Muhammad Husain Haekal

 [ Index | Bag. 1 | Bag. 2 | Bag. 3  | Bag. 4 | Bag. 5 ]

BAGIAN KEENAM: CERITA GHARANIQ                         (2/5)
 
"Ketika itulah mereka mengambil engkau menjadi kawan mereka.
Dan kalaupun tidak  Kami  tabahkan  hatimu,  niscaya  engkau
hampir  cenderung  juga  kepada mereka barang sedikit. Dalam
hal ini, akan Kami timpakan kepadamu hukuman berlipat ganda,
dalam   hidup   dan  mati.  Selanjutnya  engkau  tiada  akan
mempunyai penolong menghadapi Kami." (Qur'an 17:73-75)
 
Dengan  begitu  kembali  ia  memburuk-burukkan  dewa-dewa
Quraisy  itu,  dan  Quraisypun  kembali lagi memusuhinya dan
mengganggu sahabat-sahabatnya.

Demikianlah cerita gharaniq ini,  yang  bukan  seorang  saja
dari  penulis-penulis  biografi  Nabi  yang menceritakannya,
demikian juga ahli-ahli tafsir turut menyebutkan, dan  tidak
sedikit  pula  kalangan  Orientalis yang memang sudah sekian
lama  mau  bertahan.  Jelas  sekali  dalam  cerita  ini  ada
kontradiksi.  Dengan  sedikit  pengamatan saja hal ini sudah
dapat digugurkan.
 
Di samping itu cerita  ini  berlawanan  pula  dengan  segala
sifat kesucian setiap nabi dalam menyampaikan risalah Tuhan.
Memang mengherankan  sekali  apabila  ada  beberapa  penulis
sejarah  Nabi  dan  ahli  tafsir dari kalangan Islam sendiri
yang masih mau menerimanya. Oleh karena itu Ibn Ishaq  tidak
ragu-ragu  lagi ketika menjawab pertanyaan dengan mengatakan
bahwa cerita itu bikinan orang-orang atheis.

Akan tetapi mereka yang berpegang pada alasan  ini  berusaha
membenarkannya dengan berpegang pada ayat-ayat:
 
"Dan hampir-hampir saja mereka itu menggoda kau  ..." sampai
pada firman Tuhan: "Dan tiada  seorang  rasul  atau  seorang
nabi  yang  Kami  utus sebelum kau, apabila ia bercita-cita,
setan lalu memasukkan gangguan ke  dalam  cita-citanya  itu.
Tetapi  Allah  menghapuskan  apa  yang dimasukkan setan itu.
Kemudian Allah menguatkan keterangan-keterangaNya  itu.  Dan
Allah  Maha  mengetahui  dan  Bijaksana. Apa yang dimasukkan
setan itu adalah ujian bagi mereka  yang  berpenyakit  dalam
hatinya   dan   berhati  batu.  Dan  mereka  yang  melakukan
kesalahan  akan   berada   dalam   pertentangan   yang   tak
berkesudahan." (Qur'an, 22: 52 - 53)
 
Ada  orang  yang  menafsirkan kata "bercita-cita" itu dengan
arti "membaca," ada pula  yang  menafsirkannya  dengan  arti
"bercita-cita,"  seperti  yang  sudah  umum  dikenal.  Kedua
mereka  ini  masing-masing  berpendapat   -   diikuti   oleh
Orientalis-orientalis   -  bahwa  Quraisy  telah  sampai  di
puncaknya menyiksa sahabat-sahabat  Nabi,  ada  yang  mereka
bunuh,  ada  pula  yang dilemparkan ke padang pasir, dijilat
oleh terik matahari yang membakar, ditindih pula dengan batu
seperti  yang  dialami  oleh  Bilal.  Karena itu terpaksa ia
menyuruh  mereka   hijrah   ke   Abisinia.   Demikian   juga
masyarakatnya  sendiripun begitu kasar terhadap dirinya yang
juga kemudian memboikotnya. Tetapi karena ia begitu  menjaga
keislaman  mereka yang sudah lepas dari penyembahan berhala,
ia pun lalu mendekati  kaum  musyrik  dan  membacakan  Surah
an-Najm  dengan menambahkan lagi cerita gharaniq. Sesudah ia
sujud merekapun ikut pula sujud. Mereka lalu  memperlihatkan
suatu  kecenderungan  hendak  mengikutinya,  karena ia sudah
memberi tempat kepada dewa-dewa mereka itu disamping Allah.
 
Atas peristiwa ini yang juga disebutkan dalam beberapa  buku
biografi   dan   buku-buku   tafsir   -   Sir  William  Muir
menganggapnya sebagai suatu argumen yang kuat tentang adanya
cerita  gharaniq  itu.  Selanjutnya kaum Muslimin yang telah
berangkat ke Abisinia itu belum lagi selang tiga bulan sejak
mereka  mengungsi,  yang  dalam pada itu mereka telah diberi
suaka dengan baik sekali oleh  pihak  Najasyi.  Kalau  tidak
karena  tersiarnya  berita,  bahwa  antara  Muhammad  dengan
Quraisy sudah tercapai kompromi, tentu tak  ada  motif  lain
yang  akan  mendorong  mereka itu kembali, ingin berhubungan
dengan keluarga dan kerabat mereka. Dan dari mana pula  akan
ada kompromi antara Muhammad dengan Quraisy itu, kalau bukan
Muhammad juga yang mengusahakannya.  Di  Mekah  ia  termasuk
minoritas    dengan    tenaga   yang   masih   lemah.   Juga
sahabat-sahabatnya   masih   lemah   sekali   untuk    dapat
mempertahankan diri dari gangguan dan penyiksaan Quraisy.

Alasan-alasan  yang  dikemukakan  mereka, dengan mengatakan,
bahwa cerita gharaniq itu benar adanya, adalah suatu  alasan
yang  lemah  sekali  dan tidak tahan uji. Baiklah kita mulai
dulu dengan menolak Muir. Kembalinya kaum Muslimin ke  Mekah
dari Abisinia, pada dasarnya karana dua sebab:
 
Pertama,  karena  'Umar ibn'l-Khattab masuk Islam tidak lama
setelah mereka hijrah. Umar masuk Islam dengan semangat yang
sama  seperti ketika ia menentang agama ini dahulu. Ia masuk
Islam  tidak  sembunyi-sembunyi.  Malah  terang-terangan  ia
mengumumkan  di depan orang banyak dan untuk itu ia bersedia
melawan mereka. Ia tidak mau kaum Muslimin sembunyi-sembunyi
dan  mengendap-endap  di  celah-celah pegunungan Mekah dalam
melakukan  ibadat,  menjauhkan  diri  jauh   dari   gangguan
Quraisy.  Bahkan  ia  terus melawan Quraisy sampai nanti dia
beserta kaum  Muslimin  itu  dapat  melakukan  ibadat  dalam
Ka'bah.
 
            			Next >>>

S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
  oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
  diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
  Penerbit PUSTAKA JAYA
  Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
  Cetakan Kelima, 1980
  Seri PUSTAKA ISLAM No.1