Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

oleh Muhammad Husain Haekal

 [ Index | Bag. 1 | Bag. 2 | Bag. 3  | Bag. 4 | Bag. 5 ]

BAGIAN KEENAM: CERITA GHARANIQ                         (4/5)
Sedang bunyi ayat-ayat "Dan tiada seorang rasul dan  seorang
nabi  yang  Kami  utus  sebelum  kauÉ"  sama  sekali tak ada
hubungannya  dengan  cerita  gharaniq  itu.   Apalagi   yang
menyebutkan  bahwa  Tuhan  telah  menghapuskan gangguan yang
dimasukkan setan dan akan menjadikan godaan bagi mereka yang
berpenyakit  dalam  hatinya dan berhati batu; kemudian Allah
menguatkan   keterangan-keteranganNya.   Dan   Allah    Maha
mengetahui dan Bijaksana.
 
Bilamana  cerita  ini  diteliti  dengan  penyelidikan ilmiah
ternyata  ia  tidak  dapat  dibuktikan  kebenarannya.   Yang
pertama  sekali  sebagai  bukti ialah adanya beberapa sumber
yang beraneka-ragam. Pernah diceritakan  seperti  disebutkan
di atas - bahwa ungkapan itu ialah "Itu gharaniq yang luhur,
perantaraannya  sungguh  dapat  diharapkan."   Sumber   lain
menyebutkan:  "Gharaniqa  yang  luhur,  perantaraannya dapat
diharapkan." Sumber selanjutnya menyebutkan: "perantaraannya
dapat   diharapkan,"   tanpa   menyebutkan   gharaniqa  atau
gharaniq. Sumber keempat mengatakan: "Dan sebenarnya  itulah
gharaniq   yang  luhur."  Sumber  kelima  menyebutkan:  "Dan
sebenamya mereka itulah gharaniq yang luhur, dan perantaraan
mereka  bagi  mereka  yang diharapkan."1 Dalam beberapa buku
hadis disebutkan adanya sumber-sumber lain di  samping  yang
lima   tadi.   Adanya  keaneka-ragaman  dalam  sumber-sumber
tersebut menunjukkan, bahwa  hadis  itu  palsu  adanya,  dan
bikinan   golongan  atheis,  seperti  kata  Ibn  Ishaq,  dan
tujuannya  ialah  hendak   menanamkan   kesangsian   tentang
kebenaran ajakan Muhammad dan risalah Tuhan itu
 
Bukti  lain  yang  lebih  kuat dan pasti, ialah konteks atau
susunan Surah an-Najm yang  sama  sekali  tidak  menyinggung
soal  gharaniq  ini. Konteks itu seperti dalam firman Tuhan;
"Sungguh dia telah melihat keterangan-keterangan  yang  amat
besar  dan  Tuhan. Adakah kamu perhatikan Lat dan 'Uzza? Dan
Manat ketiga, yang terakhir?  Adakah  untuk  kamu  itu  yang
laki-laki  dan  untuk  Dia  yang perempuan? Kalau begitu ini
adalah pembagian yang tak seimbang. Ini  hanyalah  nama-nama
yang  kamu  buat  sendiri, kamu dan nenek-moyang kamu. Allah
tidak memberikan kekuasaan  karenanya;  yang  mereka  turuti
hanyalah  prasangka  dan  kehendak  nafsu  belaka.  Dan pada
mereka pimpinan yang benar dari  Tuhan  sudah  pernah  ada."
(Qur'an, 53:18-23)
 
Susunan  ini  jelas  sekali,  bahwa  Lat  dan  'Uzza  adalah
nama-nama yang dibuat-buat oleh  kaum  musyrik,  mereka  dan
nenek-moyang mereka, sedang Allah tidak memberikan kekuasaan
untuk itu.  Bagaimana  mungkin  susunan  itu  akan  berjalan
sebagai berikut:  "Adakah kamu perhatikan Lat dan 'Uzza. Dan
Manat  ketiga,  yang  terakhir.  Itu  gharaniq  yang  luhur,
perantaraannya  dapat diharapkan. Adakah untuk kamu itu yang
laki-laki dan untuk Dia yang  perempuan?  Kalau  begitu  ini
adalah  pembagian  yang tak seimbang. Ini hanyalah nama-nama
yang kamu buat sendiri, kamu dan  nenek-moyang  kamu.  Allah
tidak memberikan kekuasaan karenanya."
 
Susunan  ini  rusak,  kacau dan bertentangan satu sama lain.
Dan pujian kepada Lat, 'Uzza dan Manat ketiga yang  terakhir
dan   celaan  dalam  empat  ayat  berturut-turut  tak  dapat
diterima akal dan tak tak ada orang  yang  akan  berpendapat
begitu.

Yang  demikian ini sudah tak dapat diragukan lagi, dan bahwa
hadis tentang gharaniq itu adalah palsu dan bikinan golongan
atheis  dengan  maksud-maksud tertentu. Orang yang suka pada
yang aneh-aneh dan tidak berpikir logis, tentu percaya  akan
hadis ini.
 
Argumen  lain  ialah  seperti yang dikemukakan oleh almarhum
Syaikh Muhammad Abduh dalam tulisannya yang jelas  membantah
cerita gharaniq ini, yaitu bahwa belum pernah ada orang Arab
menamakan  dewa-dewa  mereka  dengan  gharaniq,  baik  dalam
sajak-sajak  atau  dalam  pidato-pidato mereka. Juga tak ada
berita yang dibawa orang mengatakan, bahwa nama demikian itu
pernah  dipakai  dalam  percakapan  mereka.  Tetapi yang ada
ialah sebutan  ghurnuq  dan  ghirniq  sebagai  nama  sejenis
burung air, entah hitam atau putih, dan sebutan untuk pemuda
yang putih dan tampan. Dari semua itu, tak  ada  yang  cocok
untuk diberi arti dewa, juga orang-orang Arab dahulu tak ada
yang menamakannya demikian.
 
Tinggal  lagi  sebuah  argumen  yang  dapat  kita  kemukakan
sebagai  bukti  bahwa  cerita gharaniq ini mustahil akan ada
dalam sejarah hidup Muhammad sendiri. Sejak kecilnya, semasa
anak-anak  dan  semasa  mudanya,  belum  pernah  terbukti ia
berdusta, sehingga ia  diberi  gelar  Al-Amin,  "yang  dapat
dipercaya,"  pada waktu usianya belum lagi mencapai duapuluh
lima tahun. Kejujurannya sudah merupakan hal yang tak  perlu
diperbantahkan  lagi di kalangan umum, sehingga ketika suatu
hari  sesudah  kerasulannya  ia  bertanya  kepada   Quraisy:
"Bagaimana  pendapatmu  sekalian kalau kukatakan, bahwa pada
permukaan bukit ini ada pasukan berkuda.  Percayakah  kamu?"
Jawab  mereka:  "Ya,  engkau tidak pernah disangsikan. Belum
pernah kami melihat kau berdusta."
 
                                 			Next >>>

         
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
  oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
  diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
  Penerbit PUSTAKA JAYA
  Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
  Cetakan Kelima, 1980
  Seri PUSTAKA ISLAM No.1