Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

oleh Muhammad Husain Haekal

 [ Index | Bag. 1 | Bag. 2 | Bag. 3 ]

BAGIAN KEDUAPULUH TUJUH: TABUK DAN KEMATIAN IBRAHIM    (2/3)
 
Dengan   demikian   mereka   pun   kembali,  kembali  dengan
bercucuran airmata. Mereka sedih, karena tak ada  pula  yang
dapat  mereka  sumbangkan. Karena tangisan mereka itu mereka
diberi nama Al-Bakka'un (orang-orang yang menangis). Pasukan
yang sudah berkumpul mendampingi Muhammad ini - yang disebut
Pasukan 'Usra karena  kesukaran  yang  dialami  sejak  mulai
dibangun  - sebanyak tigapuluh ribu Muslimin. Dalam menunggu
Muhammad kembali dari mengurus beberapa masalah di  Medinah,
sementara dia tidak ada, di tengah-tengah pasukan yang sudah
berkumpul  itu  Abu  Bakrlah  yang  bertindak  sebagai  imam
sembahyang.
 
Sekarang,  setelah  masalah-masalah  dalam  kota  diserahkan
kepada Muhammad b. Maslama; dan Ali b.  Abi  Talib  diserahi
urusan  keluarga  dan  disuruhnya  ia tinggal dengan mereka.
Setelah segala  sesuatunya  sudah  dianggap  beres,  ia  pun
kembali  ke  tempat  semula  memimpin  pasukan.  Ketika  itu
Abdullah b. Ubayy juga  sudah  siap  dengan  sebuah  pasukan
terdiri  dari  golongannya sendiri, akan berangkat disamping
pasukan Muhammad. Akan tetapi  menurut  Nabi,  Abdullah  dan
pasukannya  itu  supaya  tetap di Medinah saja karena selain
kurang dapat dipercaya imannya juga ia tidak kuat.
 
Setelah mendapat perintah, pasukan itu pun  berangkat,  debu
dan  pasir  halus  mengepul-ngepul  ke  udara diselingi oleh
ringkik kuda.  Wanita-wanita  Medinah  pergi  naik  ke  atas
loteng  hendak menyaksikan pasukan tentara yang dahsyat ini,
berangkat hendak menerobos  padang  sahara  menuju  ke  arah
Syam;  yang demi di jalan Allah, tidak mereka pedulikan lagi
udara panas, rasa  dahaga  dan  lapar,  dengan  meninggalkan
mereka   yang  mau  duduk-duduk  dan  tinggal  di  belakang,
orang-orang yang lebih suka tinggal di tempat yang teduh dan
bersenang-senang  daripada  suatu  ujian iman dan perkenanan
Tuhan. Pasukan tentara yang  telah  didahului  oleh  sepuluh
ribu pasukan berkuda serta kaum wanita yang begitu terpesona
menyaksikan segala kebesaran dan  kekuatan  itu,  suasananya
telah  dapat  menggerakkan  hati beberapa orang yang tadinya
surut dalam  menerima  ajakan  Rasul  dan  tidak  mau  ikut.
Demikian  juga Abu Khaithama, setelah melihat suasana itu ia
kembali   pulang.   Kedua   orang   isterinya    dijumpainya
masing-masing sedang menyirami tempat ia berteduh dan sedang
mendinginkan air minum dan  menyediakan  makanan  buat  dia.
Setelah dilihatnya apa yang dilakukan wanita itu ia berkata:
 
"Rasulullah  dalam  terik  matahari,  angin dan udara panas,
sedang Abu Khaithama di  tempat  yang  teduh,  sejuk  dengan
makanan   dan   wanita   cantik   diam  di  rumah.  Sediakan
perbekalanku, aku akan menyusul."
 
Setelah bekal  yang  diperlukan  disediakan,  ia  pun  pergi
menyusul  pasukan tentara. Mungkin masih ada juga sekelompok
orang yang tinggal di belakang telah  pula  mengikuti  jejak
Abu  Khaithama,  setelah  mereka  menyadari  bahwa  tindakan
mereka  yang  hendak  mengelak  dan  takut-takut  itu  suatu
tindakan tercela dan hina.
 
Dalam  perjalanannya  tentara  itu  sudah sampai di Hijr. Di
tempat ini terdapat pula puing-puing bekas rumah-rumah  kaum
Thamud  yang  terukir  pada batu besar. Di tempat itu mereka
oleh  Rasulullah  diperintahkan  berhenti.  Orang-orang  pun
mulai  mengambil air dari sumur. Setelah selesai, kata Rasul
kepada mereka:
 
"Jangan ada yang minum air sumur ini,  juga  jangan  dipakai
berwudu  untuk  sembahyang.  Bila sudah ada adonan yang kamu
buat dengan air itu berikanlah kepada ternak dan  samasekali
jangan  kamu  makan.  Juga  jangan ada yang keluar malam ini
kalau tidak disertai seorang teman."
 
Soalnya tempat itu tiada pernah  dilalui  orang  dan  kadang
timbul  angin badai berupa pasir yang dapat menimbun manusia
atau binatang. Malam itu ada dua orang  yang  keluar  diluar
perintah  Rasul.  Salah seorang daripada mereka dibawa angin
dan yang seorang  lagi  tertimbun  pasir.  Keesokan  harinya
orang  melihat  pasir itu telah menimbuni sumur sehingga air
tidak ada lagi. Orang jadi takut akan kehausan  lebih  ngeri
lagi karena perjalanan masih panjang. Akan tetapi, sementara
mereka dalam keadaan demikian, tiba-tiba datang awan membawa
hujan  dan  mereka  pun  kini mendapat air berlimpah-limpah.
Perasaan takut  hilang  dan  mereka  semua  bergembira.  Ada
mereka yang berkata satu sama lain, bahwa itu suatu mujizat.
Sedang yang lain mengatakan itu hanya awan lalu.
 
Setelah itu pasukan tentara  itu  meneruskan  perjalanan  ke
Tabuk.   Sebenarnya  tentang  pasukan  ini  dan  kekuatannya
beritanya sudah sampai kepada pihak Rumawi. Oleh karena  itu
ia  lebih  suka menarik mundur pasukannya yang tadinya sudah
ditujukan ke  perbatasan  dengan  maksud  hendak  melindungi
daerah  Syam  dengan  benteng-bentengnya  itu. Setelah pihak
Muslimin sampai  di  Tabuk  dan  Muhammad  mengetahui  pihak
Rumawi menarik diri dan berada dalam ketakutan, dirasa sudah
tidak pada tempatnya akan mengejar mereka  terus  sampai  ke
dalam negeri mereka.
 
Oleh  karena  itu  ia  tetap  tinggal  di  perbatasan,  akan
menghadapi siapa saja yang akan menyerang  atau  melawannya.
Ia  berusaha menjaga perbatasan-perbatasan itu supaya jangan
ada pihak yang melandanya.
 
Ketika itulah Yohanna bin Ru'ba -  seorang  amir  (penguasa)
Aila3 yang tinggal  di perbatasan   oleh Nabi telah dikirimi
surat supaya ia tunduk atau  akan  diserbu.  Yohanna  datang
sendiri dengan memakai salib dari emas di dadanya. Ia datang
dengan membawa hadiah dan menyatakan  setia.  Ia  mengadakan
perdamaian  dengan  Muhammad  dan  bersedia  membayar  jizya
seperti yang juga dilakukan oleh pihak Jarba'4  dan  Adhruh5
dengan  membayar jizya. Di samping itu Rasulullah telah pula
membuat surat-surat  perjanjian  perdamaian  dengan  mereka.
Berikut  ini  salah  satu  bunyi teks itu, yakni yang dibuat
dengan Yohanna:
 
"Atas nama Allah, Pengasih dan Penyayang.  Surat  ini  ialah
perjanjian  keamanan  atas  nama  Tuhan  dari Muhammad, Nabi
Utusan Allah kepada Yohanna ibn Ru'ba serta  penduduk  Aila,
atas  kapal-kapal  dan  kendaraan-kendaraan dalam perjalanan
mereka di darat dan di laut,  mereka  berada  dalam  jaminan
Allah  dan Muhammad, termasuk mereka penduduk Syam, penduduk
Yaman dan penduduk pantai laut. Barangsiapa melakukan  suatu
pelanggaran  maka  selain  dirinya,  hartanya itu tidak akan
dapat melindunginya dan Muhammad  dibenarkan  mengambil  itu
dari  mereka.  Mereka  tidak  boleh dirintangi dari air yang
dikehendaki atau jalan yang akan ditempuhnya, di darat  atau
di laut."
 
Sebagai tanda persetujuan atas perjanjian ini Muhammad telah
pula memberikan hadiah kepada Yohanna berupa mantel  tenunan
Yaman  disertai perhatian penuh kepadanya, setelah diperoleh
persetujuan bahwa Aila  akan  membayar  jizya  sebesar  3000
dinar tiap tahun.
 
Muhammad sebenarnya sudah tidak perlu lagi berperang setelah
pihak Rumawi  menarik  diri,  dan  telah  dibuat  perjanjian
dengan  daerah-daerah yang terletak di perbatasan dan karena
sudah merasa aman setelah pula balatentara Bizantium kembali
dari  wilayah  itu,  kalau  tidak  karena  lalu timbul suatu
kekuatiran baru.  Pihak  Ukaidir  b.  'Abd'l-Malik  al-Kindi
orang  Nasrani,  Penguasa  Duma6 itu akan memberontak dengan
mendapat bantuan balatentara Rumawi bilamana  mereka  datang
dari  jurusan  itu. Itu sebabnya Nabi lalu menugaskan Khalid
bin'l-Walid dengan sebuah pasukan berkuda terdiri  dari  500
orang.  Dia  sendiri  berbalik  dengan pasukannya kembali ke
Medinah.
 
Dengan cepat sekali Khalid terjun menyusur  ke  Duma  dengan
tidak  setahu  penguasa  itu,  yang dalam malam terang bulan
dengan  disertai  saudaranya  yang  bernama  Hassan,  sedang
sama-sama   memburu   lembu   liar.  Khalid  tidak  mendapat
perlawanan  yang  berarti.  Hassan  terbunuh   dan   Ukaidir
ditawan.  Ia  diancam  akan dibunuh kalau pintu gerbang Duma
tidak dibuka. Oleh  karena  itu  pintu-pintu  kota  kemudian
dibuka  sebagai tebusan atas diri sang amir. Dari tempat ini
Khalid kemudian dapat mengangkut sebanyak duaribu ekor unta,
delapan ratus ekor kambing, empat ratus wasq (muatan) gandum
dan empat ratus buah pakaian  besi.  Semua  itu  diangkutnya
bersama-sama  dengan  Ukaidir  sampai dapat menyusul Nabi di
Ibukota.  Muhammad  menawarkan  Islam  kepada  Ukaidir  yang
kemudian diterimanya dan ia pun menjadi pula sekutunya.
 
Muhammad  kembali  dengan  memimpin  ribuan  anggota Pasukan
'Usra ini dari perbatasan Syam  ke  Medinah,  bukanlah  soal
yang  ringan.  Mereka  itu  kebanyakan  tidak mengerti makna
persetujuan  yang  telah  diadakan  dengan  amir  Aila   dan
negeri-negeri  tetangganya,  Juga  mereka  tidak  menganggap
begitu penting  persetujuan-persetujuan  yang  telah  dibuat
oleh  Muhammad  guna menjamin keamanan di perbatasan seluruh
jazirah   itu   serta   dibangunnya    benteng-benteng    di
tempat-tempat  itu  sebagai  perbatasan dengan pihak Rumawi.
Sebaliknya yang dapat mereka lihat  hanyalah,  bahwa  mereka
menempuh  jalan yang sulit dan panjang ini, dengan mengalami
gangguan-gangguan, kemudian kembali tanpa membawa  rampasan,
tanpa  membawa  tawanan perang, bahkan berperang juga tidak.
Segala yang dapat mereka lakukan hanyalah tinggal  di  Tabuk
selama hampir duapuluh hari.
 
Jadi,  hanya untuk inikah mereka mengarungi padang sahara di
bawah  tekanan   panas   musim   yang   dahsyat,   sementara
buah-buahan  di  Medinah  sudah mulai masak, dan orang sudah
pula dapat menikmatinya?  Ada  segolongan  orang  yang  lalu
mengejek  apa  yang telah dilakukan Muhammad itu. Orang yang
memang  sudah  teguh   imannya,   menyampaikan   kabar   ini
kepadanya.  Ia  mengambil tindakan terhadap orang-orang yang
mengejeknya itu, kadang dengan kekerasan, kadang dengan cara
lemah-lembut,    sementara    pasukan   tentara   meneruskan
perjalanan pulang ke Medinah sambil selalu Muhammad  menjaga
dan mengatur barisan itu.
 
Tatkala  ia  sudah  sampai  di  kota, Khalid bin'l-Walid pun
menyusul pula sampai. Ia datang bersama dengan Ukaidir  yang
dibawanya  dari  Duma,  berikut  unta,  kambing,  gandum dan
baju-baju  besi.  Ketika  itu  Ukaidir  mengenakan   pakaian
lengkap  dari sutera berat dengan berumbaikan emas. Penduduk
Medinah sangat terpesona melihatnya.
 
Mereka yang tinggal di belakang  tidak  mengikutinya  merasa
gelisah  sekali.  Mereka  yang  tadinya  mengejek kini mulai
sadar sendiri. Mereka datang sekarang sambil  membawa  dalih
minta maaf. Tetapi kebanyakan mereka minta maaf itu disertai
kebohongan.  Sikap  mereka  ini   oleh   Muhammad   ditolak,
diserahkan kepada kebijaksanaan Tuhan. Tetapi ada tiga orang
yang sudah beriman kepada Allah dan kepada Rasul, mereka ini
mengakui  akan  tindakan  mereka  tinggal  di  belakang  dan
mengakui pula dosa mereka. Mereka itu ialah Ka'b  b.  Malik,
Murara bin'r-Rabi' dan Hilal b. Umayya. Karena larangan yang
pernah dikeluarkan oleh Muhammad, mereka bertiga itu  selama
limapuluh  hari tidak diajak bicara oleh kaum Muslimin, juga
tidak seorang Muslim pun mengadakan hubungan  dagang  dengan
mereka. Tetapi Tuhan kemudian mengampuni mereka bertiga, dan
firman Tuhan ini turun:
 
"Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan
orang-orang  Anshar  yang  telah  mengikuti  Nabi  pada masa
kesulitan ('usra) setelah ada sebahagian mereka yang  hampir
menyimpang  hatinya.  Tetapi  kemudian Tuhan menerima taubat
mereka. Allah Maha Pengasih  dan  Penyayang  kepada  mereka.
Juga  terhadap tiga orang yang tinggal di belakang, sehingga
bumi yang seluas ini terasa sempit oleh mereka, napas mereka
pun  terasa  sesak, dan mereka sudah mengerti, bahwa tak ada
tempat berlindung dari siksa Tuhan selain kepada Tuhan juga.
Kemudian  Allah  menerima taubat mereka supaya mereka selalu
bertaubat. Dan Allah Maha Penerima segala  taubat  dan  Maha
Pengasih." (Qur'an, 9:117-118)
 
Sejak  itu  Muhammad  bersikap  tegas  terhadap  orang-orang
Munafik,  suatu  sikap  yang  tidak   biasa   mereka   alami
sebelumnya.  Soalnya ialah karena jumlah kaum Muslimin sudah
bertambah banyak. Tingkah-laku kaum Munafik terhadap  mereka
akan  berbahaya  sekali  dan sangat dikuatirkan. Oleh karena
itu perlu diatasi. Muhammad  memang  sudah  yakin  sekali  -
setelah  janji Tuhan akan memberikan kemenangan kepada agama
dan perintah Tuhan - bahwa  jumlah  mereka  akan  bertambah,
akan  berlipat-ganda  banyaknya  dari  yang  sekarang.  Maka
ketika itulah  orang-orang  Munafik  akan  merupakan  bahaya
besar.  Keadaan  sebelum  itu,  tatkala Islam masih terbatas
dalam kota  Medinah  dan  sekitarnya,  segala  yang  terjadi
terhadap   kaum  Muslimin  dia  sendiri  yang  mengawasinya.
Tetapi, sesudah agama meluas  tersebar  ke  seluruh  jazirah
Arab,   bahkan  sudah  hampir  meluas  keluar,  maka  setiap
kelalaian terhadap orang-orang  Munafik  itu,  berarti  akan
merupakan  suatu  bencana yang sangat dikuatirkan akibatnya,
akan merupakan bahaya yang cepat sekali akan  menjalar  jika
tidak lekas-lekas pula kuman-kuman itu diberantas.
 
Ada  beberapa  orang  membuat  sebuah  mesjid7  di  Dhu Awan
sejauh satu jam perjalanan dari  Medinah.  Ke  dalam  mesjid
inilah  kelompok  orang-orang  Munafik  itu  selalu  datang.
Mereka berusaha  hendak  mengubah  ajaran  Tuhan  dari  yang
sebenarnya.  Dengan  itu  mereka  hendak  memecah-belah kaum
Muslimin dengan menimbulkan bencana dan kekufuran.  Kelompok
ini  meminta  kepada Nabi supaya membuka mesjid dan sekalian
sembahyang di tempat itu. Permintaan mereka diajukan sebelum
peristiwa Tabuk. Oleh Nabi mereka diminta menunggu sampai ia
kembali. Tetapi setelah  kembali  dan  mengetahui  persoalan
mesjid  itu serta untuk apa pula tujuan sebenarnya dibangun,
oleh Nabi diperintahkan supaya mesjid  itu  dibakar.  Dengan
demikian   hal   itu  telah  menjadi  contoh,  yang  membuat
orang-orang Munafik itu jadi  ketakutan.  Mereka  surut  dan
menyisihkan  diri. Yang akan melindungi mereka pun sudah tak
ada lagi selain Abdullah b. Ubayy, ketua dan pemimpin mereka
itu.
                                          		 Next >>>

         
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
  oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
  diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
  Penerbit PUSTAKA JAYA
  Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
  Cetakan Kelima, 1980
  Seri PUSTAKA ISLAM No.1