Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

oleh Muhammad Husain Haekal

 [ Index | Bag. 1 | Bag. 2 | Bag. 3 ]

	BAGIAN KEDELAPAN BELAS: PERANG KHANDAQ1 DAN BANU QURAIZA
	Muhammad Husain Haekal                                   (3/3)
 
	Ketika  Rasul  kemudian  sampai  ke  tempat  itu  Ali   segera
	menemuinya   dan   dimintanya   supaya   jangan  ia  mendekati
	perbentengan Yahudi itu.
 
	"Kenapa?"  tanya  Muhammad.  "Rupanya  kau  mendengar   mereka
	memaki-maki aku."
 
	"Ya" jawab Ali.
 
	"Kalau  mereka  melihat  aku"  kata  Rasulullah, "tentu mereka
	tidak akan mengeluarkan kata-kata itu."
 
	Setelah   berada   dekat   dari   perbentengan   itu    mereka
	dipanggil-panggil:
 
	"Hai,  golongan  kera. Tuhan sudah menghinakan kamu bukan, dan
	sudah menurunkan murkaNya kepada kamu sekalian?!"
 
	"Abu'l-Qasim,"  kata  mereka.  "Tentu   engkau   bukan   tidak
	mengetahui."
 
	Sepanjang  hari  itu kaum Muslimin terus berdatangan ke tempat
	Banu  Quraiza,  sehingga  mereka  dapat  berkumpul  di   sana.
	Kemudian Muhammad memerintahkan supaya tempat itu dikepung.
 
	Pengepungan  demikian  itu terjadi selama duapuluh lima malam.
	Sementara itu terjadi  pula  beberapa  kali  bentrokan  dengan
	saling melempar anak panah dan batu. Selama dalam kepungan itu
	Banu Quraiza samasekali tidak  berani  keluar  dari  kubu-kubu
	mereka. Setelah terasa lelah dan yakin pula bahwa mereka tidak
	akan dapat tertolong dari bencana dan mereka pasti akan  jatuh
	ke  tangan  kaum  Muslimin  apabila  masa pengepungan berjalan
	lama,  maka  mereka  mengutus  orang   kepada   Rasul   dengan
	permintaan  "supaya  mengirimkan  Abu Lubaba kepada kami untuk
	kami mintai pendapatnya sehubungan dengan masalah  kami  ini."
	Sebenarnya  Abu  Lubaba ini golongan Aus yang termasuk sahabat
	baik mereka.
 
	Begitu mereka melihat kedatangan Abu Lubaba, mereka memberikan
	sambutan  yang  luarbiasa.  Kaum  wanita  dan anak-anak segera
	meraung pula, menyambutnya dengan ratap tangis. Ia merasa  iba
	sekali melihat mereka.
 
	"Abu  Lubaba,"  kata  mereka  kemudian. "Apa kita harus tunduk
	kepada keputusan Muhammad?"
 
	"Ya" jawabnya sambil memberi isyarat dengan tangan  kelehernya
	"Kalau tidak berarti potong leher."
 
	Beberapa buku sejarah Nabi mengatakan, bahwa Abu Lubaba merasa
	sangat menyesal sekali memberikan isyarat demikian itu.
 
	Setelah Abu  Lubaba  pergi,  Ka'b b. Asad  menyarankan  kepada
	mereka,  supaya mereka mau menerima agama Muhammad dan menjadi
	orang Islam. Mereka serta  harta-benda  dan  anak-anak  mereka
	akan  hidup  lebih  aman.  Tetapi saran itu ditolak oleh teman
	Ka'b: "Kami tidak akan meninggalkan ajaran Taurat tidak  akan
	menggantikannya dengan yang lain."
 
	Kemudian  disarankannya  lagi supaya kaum wanita dan anak-anak
	itu dibunuh  saja,  dan  mereka  boleh  melawan  Muhammad  dan
	sahabat-sahabatnya  dengan  pedang terhunus tanpa meninggalkan
	suatu beban di belakang. Biar nanti  Tuhan  menentukan,  kalah
	atau  menang  melawan Muhammad. Kalau mereka hancur, tidak ada
	lagi turunan nanti yang akan  dikuatirkan.  Sebaliknya,  kalau
	menang  mereka  akan  memperoleh  wanita-wanita  dan anak-anak
	lagi.
 
	"Kasihan kita membunuhi mereka. Apa artinya hidup tanpa mereka
	itu."
 
	"Kalau  begitu  tak  ada  jalan  lain kita harus tunduk kepada
	keputusan Muhammad. Kita sudah mendengar, apa sebenarnya  yang
	sedang  menunggu  kita."  Demikian  kata  Ka'b kemudian kepada
	mereka.
 
	Mereka sekarang berunding antara sesama mereka.
 
	"Nasib mereka tidak akan lebih buruk dari Banu  Nadzir,"  kata
	salah  seorang  dari mereka. "Wakil-wakil mereka dari kalangan
	Aus akan  membela.  Kalau  mereka  mengusulkan  supaya  mereka
	dibolehkan  pergi  ke Adhri'at di wilayah Syam, tentu terpaksa
	Muhammad mengabulkan."
 
	Banu  Quraiza  mengirimkan  utusan  kepada   Muhammad   dengan
	menyarankan   bahwa  mereka  akan  pergi  ke  Adhri'at  dengan
	meninggalkan harta-benda  mereka.  Tetapi  ternyata  usul  ini
	ditolak.  Mereka  harus tunduk kepada keputusan. Dalam hal ini
	mereka lalu mengirim orang kepada Aus dengan pesan:  Tuan-tuan
	hendaknya  dapat  membantu saudara-saudaramu ini; seperti yang
	pernah dilakukan oleh Khazraj terhadap saudara-saudaranya.
 
	Sebuah rombongan dari kalangan  Aus  segera  berangkat  hendak
	menemui Muhammad.
 
	"Ya  Rasulullah,"  kata  mereka  memulai, "dapatkah permintaan
	kawan-kawan  sepersekutuan   kami   itu   dikabulkan   seperti
	permintaan  kawan-kawan  sepersekutuan  Khazraj dulu yang juga
	sudah dikabulkan?"
 
	"Saudara-saudara dari  Aus,"  kata  Muhammad,  "Dapatkah  kamu
	menerima  kalau  kuminta  salah  seorang  dari  kamu menengahi
	persoalan dengan teman-teman sepersekutuanmu itu?"
 
	"Tentu sekali," jawab mereka.
 
	"Kalau begitu," katanya lagi, "katakan kepada  mereka  memilih
	siapa saja yang mereka kehendaki."

	Dalam  hal  ini pihak Yahudi lalu memilih Sa'd b. Mu'adh. Mata
	mereka  seolah-olah  sudah  tertutup  dari  nasib  yang  sudah
	ditentukan  bagi  mereka  itu, sehingga mereka samasekali lupa
	akan kedatangan Sa'd tatkala  pertama  kali  mereka  melanggar
	perjanjian,   lalu  diberi  peringatan,  juga  tatkala  mereka
	memaki-maki Muhammad di depannya serta mencerca kaum  Muslimin
	tidak pada tempatnya.
 
	Sa'd  lalu  membuat  persetujuan dengan kedua belah pihak itu.
	Masing-masing hendaknya dapat  menerima  keputusan  yang  akan
	diambilnya.  Setelah  persetujuan  demikian  diberikan, kepada
	Banu  Quraiza  diperintahkan  supaya  turun   dan   meletakkan
	senjata.  Keputusan  ini  mereka  laksanakan.  Seterusnya Sa'd
	memutuskan, supaya  mereka  yang  terjun  melakukan  kejahatan
	perang  dijatuhi  hukuman mati, harta-benda dibagi, wanita dan
	anak-anak supaya ditawan.
 
	Mendengar keputusan itu Muhammad berkata:
 
	"Demi Yang menguasai diriku.  Keputusanmu  itu  diterima  oleh
	Tuhan  dan  oleh  orang-orang  beriman,  dan  dengan  itu  aku
	diperintahkan."

	Sesudah  itu  ia  keluar   ke   sebuah   pasar   di   Medinah.
	Diperintahkannya  supaya  digali beberapa buah parit di tempat
	itu. Orang-orang Yahudi itu dibawa  dan  disana  leher  mereka
	dipenggal,  dan  didalam  parit-parit  itu  mereka dikuburkan.
	Sebenarnya Banu Quraiza tidak menduga  akan  menerima  hukuman
	demikian  dari  Said  b.  Mu'adh  teman  sepersekutuannya itu.
	Bahkan  tadinya  mereka  mengira  ia  akan  bertindak  seperti
	Abdullah  b.  Ubayy  terhadap  Banu Qainuqa.' Mungkin teringat
	oleh  Said,  bahwa  kalau  pihak  Ahzab  yang  menang   karena
	pengkhianatan  Banu  Quraiza  itu,  kaum  Muslimin  pasti akan
	dikikis habis, akan  dibunuh  dan  dianiaya.  Maka  balasannya
	seperti yang sedang mengancam kaum Muslimin sendiri.
 
	Keuletan  orang-orang Yalmudi menghadapi maut dapat kita lihat
	dalam percakapan Huyayy b. Akhtab  ini  ketika  ia  dihadapkan
	untuk  menjalani  hukuman  potong leher, Nabi telah menatapnya
	seraya berkata:
 
	"Huyayy, bukankah Tulman sudah membuat kau jadi hina?"
 
	"Setiap orang merasakan kematian," kata Huyayy. "Umurku  juga
	tidak  akan dapat kulampaui. Aku tidak akan menyalahkan diriku
	dalam memusuhimu ini."' Lalu ia menoleh  kepada  orang  banyak
	sambil   katanya   lagi:  "Saudara-saudara.  Tidak  apa  kita
	menjalani perintah Tuhan, yang telah mentakdirkan kepada  Banu
	Israil menghadapi perjuangan ini."
 
	Kemudian  juga  peristiwa  yang  terjadi dengan Zubair b. Bata
	dari Banu Quraiza. Ia pernah berjasa  kepada  Thabit  b.  Qais
	ketika  terjadi  perang  Bu'ath, sebab ia telah membebaskannya
	dari tawanan musuh.  Sekarang  Thabit  ingin  membalas  dergan
	tangannya  sendiri  budi  orang  itu,  setelah Sa'd ibn Mu'adh
	menjatuhkan   keputusannya   terhadap   orang-orang    Yahudi.
	Disampaikannya kepada Rasulullah tentang jasa Zubair kepadanya
	dulu dan ia  mempertaruhkan  diri  minta  persetujuannya  akan
	menyelamatkan    nyawa    Zubair.    Rasulullah    mengabulkan
	pernmintaannya itu. Tetapi  setelah  Zubair  mengetahui  usaha
	Thabit  itu  ia berkata: Orang yang sudah setua aku ini, tidak
	lagi ada isteri, tidak  lagi  ada  anak;  buat  apa  lagi  aku
	hidup?!"
 
	Sekali lagi Thabit mempertaruhkan diri minta supaya isteri dan
	anak-anaknya dibebaskan. Ini pun dikabulkan juga.  Selanjutnya
	dimintanya   supaya   hartanya  juga  diselamatkan.  Juga  ini
	dikabulkan.
 
	Setelah Zubair merasa puas tentang isteri, anak  dan  hartanya
	itu,  ia bertanya lagi tentang Ka'b b. Asad, tentang Huyayy b.
	Akhtab dan 'Azzal b. Samu'al serta  pemimpin-pemimpin  Quraiza
	yang  lain. Sesudah diketahuinya, bahwa mereka sudah menjalani
	hukuman mati, ia berkata:
 
	"Thabit, dengan budiku kepadamu itu aku minta, susulkanlah aku
	kepada  mereka.  Sesudah  mereka tidak ada, juga tidak berguna
	aku hidup lagi. Aku sudah tidak betah  hidup  lama-lama  lagi.
	Biarlah  aku  segera  bertemu dengan orang-orang yang kucintai
	itu!"
 
	Dengan demikian hukuman  potong  leher  dijalankan  juga  atas
	permintaannya sendiri.
 
	Pada  dasarnya  dalam  perang  itu  pihak  Muslimin tidak akan
	membunuh wanita atau anak-anak. Tetapi pada waktu  itu  mereka
	sampai  membunuh  seorang  wanita  juga  yang telah lebih dulu
	membunuh seorang  Muslim  dengan  mempergunakan  batu  giling.
	Dalam hal ini Aisyah pernah berkata:
 
	"Tentang  dia  sungguh  suatu  hal yang aneh tidak pernah akan
	saya lupakan.  Dia  seorang  orang  yang  periang  dan  banyak
	tertawa, padahal dia mengetahui akan dibunuh mati."
 
	Waktu  itu  ada  empat  orang  pihak  Yahudi yang masuk Islam.
	Mereka ini terhindar dari maut.

	Menurut hemat kami terbunuhnya  Banu  Quraiza  itu  berada  di
	tangan  Huyayy  b.  Akhtab,  meskipun  dia  sendiri juga turut
	terbunuh.  Dia  telah  melanggar  janji   yang   dibuat   oleh
	golongannya  sendiri,  oleh  Banu  Nadzir,  yang oleh Muhammad
	telah dikeluarkan dari Medinah dengan tiada seorang  pun  yang
	dibunuh, setelah keputusannya itu mereka terima. Tetapi dengan
	tindakannya menghasut pihak  Quraisy  dan  Ghatafan,  kemudian
	menyusun  masyarakat  dan  kabilah-kabilah  Arab  semua supaya
	memerangi Muhammad, hal ini telah memperbesar rasa  permusuhan
	antara  golongan  Yahudi dengan kaum Muslimin, sehingga mereka
	itu berkeyakinan, bahwa kaum Israil itu tidak akan merasa puas
	sebelum  dapat mengikis habis Muhammad dan sahabat-sahabatnya.
	Dia juga lagi yang kemudian mengajak  Banu  Quraiza  melanggar
	perjanjian  dan  meninggalkan  sikap  kenetralannya. Sekiranya
	Banu Quraiza tetap bertahan,  tentu  mereka  takkan  mengalami
	nasib  seburuk  itu.  Dia juga yang kemudian datang ke benteng
	Banu Quraiza - setelah  kepergian  pihak  Ahzab  dan  mengajak
	mereka  melawan  kaum  Muslimin.  Sekiranya dari semula mereka
	sudah bersedia pula menerima keputusan Muhammad serta mengakui
	kesalahannya   yang  telah  melanggar  janjinya  sendiri  itu,
	pertumpahan darah dan pemotongan leher niscaya takkan terjadi.
	Akan  tetapi,  permusuhan  itu sudah begitu berakar dalam jiwa
	Huyayy dan kemudian menular pula  ke  dalam  hati  orang-orang
	Quraiza,   sehingga  Sa'd  b.  Mu'adh  sendiri  sebagai  kawan
	sepersekutuan mereka yakin bahwa kalau mereka dibiarkan hidup,
	keadaan tidak akan pernah jadi tenteram. Mereka akan menghasut
	lagi golongan  Ahzab,  akan  mengerahkan  kabilah-kabilah  dan
	orang-orang  Arab supaya memerangi Muslimin, dan akan mengikis
	sampai  ke  akar-akarnya  kalau  mereka   dapat   mengalahkan.
	Keputusan  yang telah diambilnya dengan begitu keras, hanyalah
	karena terdorong oleh sikap hendak mempertahankan diri, dengan
	pertimbangan  bahwa  adanya  atau lenyapnya orang-orang Yahudi
	itu berarti hidup atau matinya kaum Muslimin.
 
	Kaum wanita, anak-anak serta  harta-benda  Banu  Quraiza  oleh
	Nabi   di   bagi-bagikan   kepada   kaum   Muslimin,   setelah
	seperlimanya dikeluarkan, Setiap seorang dari pasukan  berkuda
	mendapat dua pucuk panah, untuk kudanya sepucuk panah.
 
	Prajurit  yang  berjalan  kaki  mendapat sepucuk panah. Jumlah
	kuda dalam peristiwa Quraiza itu sebanyak tigapuluh enam ekor.
 
	Setelah itu, Sa'd b. Zaid kemudian mengirimkan tawanan-tawanan
	Banu  Quraiza  itu ke Najd. Dengan demikian dibelinya beberapa
	ekor kuda dan senjata untuk lebih memperkuat  angkatan  perang
	Muslimin.
 
	Raihana  adalah  salah  seorang tawanan Banu Quraiza. Ia jatuh
	menjadi bagian Muhammad. Kepadanya ditawarkan  kalau-kalau  ia
	bersedia  menjadi orang Islam. Tetapi ia tetap bertahan dengan
	agama Yahudinya. Juga ditawarkan kepadanya kalau-kalau ia  mau
	di  kawini.  Tetapi  dia  menjawab: "Biar sajalah saya dibawah
	tuan. Ini akan lebih ringan buat saya, juga buat tuan."
 
	Barangkali  juga,  melekatnya  ia  kepada  agama  Yahudi   dan
	penolakannya   akan   dikawin,   berpangkal   pada   fanatisma
	kegolongan, serta  sisa-sisa  kebencian  yang  masih  tertanam
	dalam hatinya terhadap kaum Muslimin dan terhadap Nabi. Tetapi
	tidak ada orang yang bicara tentang kecantikan Raihana seperti
	yang  pernah  disebut-sebut  orang  tentang  Zainab bt. Jahsy,
	sekalipun ada juga yang menyebutkan  bahwa  dia  juga  cantik.
	Buku-buku  sejarah dalam hal ini berbeda-beda pendapat: Adakah
	ia juga menggunakan tabir seperti terhadap isteri-isteri Nabi,
	atau  masih seperti wanita-wanita Arab umumnya pada waktu itu,
	yang memang tidak menggunakan tutup muka.  Sampai  pada  waktu
	Raihana wafat di tempat Nabi, ia tetap sebagai miliknya.
 
	Adanya  serbuan  Ahzab  serta  hukuman  yang telah di jatuhkan
	kepada Banu Quraiza, telah memperkuat  kedudukan  Muslimin  di
	Medinah.  Orang-orang  golongan Munafik sudah samasekali tidak
	bersuara lagi. Semua masyarakat dan kabilah-kabi]ah Arab sudah
	mulai   bicara   tentang   kekuatan  dan  kekuasaan  Muslimin,
	disamping posisi dan kewibawaan Muhammad yang ada. Akan tetapi
	ajaran  itu  bukan  hanya  buat  Medinah  saja, meiainkan buat
	seluruh dunia. Jadi Nabi dan  sahabat-sahabatnya  masih  harus
	terus  meratakan jalan dalam menjalankan perintah Allah, dalam
	mengajak  orang  menganut  agama  yang  benar,  dengan   terus
	membendung  setiap  usaha yang hendak melanggarnya. Dan memang
	inilah yang mereka lakukan.
 
	Catatan kaki:
 
	 1 Khandaq berarti parit. Dalam terjemahan seterusnya
	   sering dipakai kata parit (A).
	   
	 2 Ghatafan merupakan sekumpulan kabilah-kabilah, yang
	   terkenal diantaranya kabilah 'Abs dan Dhubyan yang
	   terlibat dalam perang Dahis, dan Dhubyan ini bercabang
	   lagi menjadi 'Ailan, Fazara, Murra, Asyja', Sulaim dan
	   lain-lain (A).
	   
	 3 Aslinya Al-Ahzab, kelompok-kelompok atau puak-puak.
	   Di sini berarti persekutuan atau gabungan kekuatan
	   angkatan perang kabilah-kabilah Arab di sekitar Mekah
	   dan Medinah serta golongan Yahudi, yang bersama-sama
	   hendak menghancurkan kaum Muslimin di Medinah. Dalam
	   terjemahan selanjutnya lebih banyak dipergunakan kata
	   Ahzab (A).
	   
	 4 Yakni Hari Sabat, hari besar agama Yahudi (A)
 
	---------------------------------------------
	S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
	oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
	diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
	Penerbit PUSTAKA JAYA
	Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
	Cetakan Kelima, 1980
 
	Seri PUSTAKA ISLAM No.1