Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

oleh Muhammad Husain Haekal

 [Index | Bag. 1 | Bag. 2 | Bag. 3 | Bag. 4]

BAGIAN KETIGABELAS: 

PERANG BADR1  

Keberangkatan Abu Sufyan ke Syam - 262; Usaha Muslimin memotong jalan - 263; Berangkat dengan sukses - 269; Perdagangan Abu Sufyan selamat - 269; Quraisy dan Muslimin ragu-ragu akan berperang - 270; Ditunggu kembalinya - 271; Quraisy mengetahui persiapan Muslimin - 273; Mereka berangkat ke Badr - 271; Posisi kedua belah pihak di Badr - 273; Doa Muhammad 275; Hilangnya keraguan - 277; Semangat dan kemenangan Muslimin - 284

	               
	SATUAN Abdullah b. Jahsy merupakan  persimpangan  jalan  dalam
	strategi  politik  Islam.  Ketika  itulah  Waqid  b.  Abdullah
	at-Tamimi  melepaskan  anak   panahnya   dan   mengenai   'Amr
	bin'l-Hadzrami  hingga  ia  tewas.  Ini  adalah  darah pertama
	ditumpahkan oleh Muslimin. Karena  itu  pula  ayat  yang  kita
	sebutkan  tadi  turun.  Sebagai kelanjutannya maka diundangkan
	perang terhadap mereka yang mau memfitnah dan mengalihkan kaum
	Muslimin  dan  agamanya  serta  menghalangi  mereka  dan jalan
	Allah. Juga satuan  ini  merupakan  persimpangan  jalan  dalam
	strategi  politik Muslimin terhadap Quraisy, karena dengan ini
	keduanya dapat berhadapan sama kuat. Sesudah itu kaum Muslimin
	jadi  berpikir  lebih  sungguh-sungguh  lagi dalam membebaskan
	harta-benda mereka dalam  menghadapi  Quraisy.  Disamping  itu
	pihak  Quraisy  berusaha menghasut seluruh Jazirah Arab, bahwa
	Muhammad dan  sahabat-sahabatnya  melakukan  pembunuhan  dalam
	bulan  suci. Muhammadpun yakin sudah, bahwa harapan akan dapat
	bekerja sama  dengan  jalan  persetujuan  yang  sebaik-baiknya
	dengan mereka sudah tak ada lagi.
 
	Pada  permulaan  musim  rontok  tahun kedua Hijrah, Abu Sufyan
	berangkat membawa perdagangan yang cukup besar,  menuju  Syam.
	Perjalanan  dagang  inilah yang ingin dicegat oleh orang-orang
	Islam ketika  Nabi  s.a.w.  dulu  pergi  ke  'Usyaira.  Tetapi
	tatkala  mereka sampai kafilah Abu Sufyan sudah lewat dua hari
	lebih dulu sebelum ia tiba di tempat tersebut.  Sekarang  kaum
	Muslimin  bertekad menunggu mereka kembali. Sementara Muhammad
	menantikan mereka kembali dari Syam itu, dikirimnya  Talha  b.
	'Ubaidillah  dan  Sa'id b. Zaid menunggu berita-berita. Mereka
	berdua berangkat, dan sesampainya di tempat Kasyd al-Juhani di
	bilangan  Haura'2, mereka bersembunyi, menunggu hingga kafilah
	itu lewat. Kemudian cepat-cepat mereka berdua menemui Muhammad
	guna memberitahukan keadaan mereka.

	Tetapi  belum  lagi selesai Muhammad menunggu kedatangan kedua
	utusan itu dari Haura' beserta kabar tentang kafilah yang akan
	dibawanya,  lebih  dulu  sudah  tersebar berita tentang adanya
	sebuah rombongan kafilah besar,  dan  bahwa  seluruh  penduduk
	Mekah  punya  saham  di  situ. Tak ada penduduk laki-laki atau
	wanita yang dapat memberikan sahamnya yang tidak  ikut  serta,
	sehingga  seluruhnya  mencapai jumlah 50.000 dinar. Ia kuatir,
	kalau masih menunggu lagi kafilah itu kembali ke Mekah, mereka
	akan  menghilang  seperti  ketika berangkat ke Syam dulu. Oleh
	karena itu ia segera mengutus kaum Muslimin dengan mengatakan:
 
	"Ini  adalah  kafilah  Quraisy.  Berangkatlah  kamu  ke  sana.
	Mudah-mudahan Tuhan memberikan kelebihan kepada kamu."
 
	Ada  orang  yang  segera  menyambutnya dan ada pula yang masih
	merasa berat-berat. Dan ada lagi orang-orang yang belum  Islam
	ingin  bergabung  karena  mereka hanya ingin mendapatkan harta
	rampasannya saja. Tetapi Muhammad menolak penggabungan  mereka
	ini sebelum mereka beriman kepada Allah dan RasulNya.
 
	Sementara  itu Abu Sufyan sudah mengetahui pula akan kepergian
	Muhammad yang akan mencegat  kafilahnya  dalam  perjalanan  ke
	Syam.  Ia  kuatir  kalau-kalau  kaum Muslimin akan mencegatnya
	bila ia kembali dengan membawa laba perdagangan.  Sekarang  ia
	tinggal  menunggu  berita  tentang  mereka itu, termasuk Kasyd
	Juhani yang pernah dikunjungi oleh kedua  utusan  Muhammad  di
	Haura' itu, di antara orang yang ditanyainya. Sekalipun Juhani
	belum  mempercayai  berita  tersebut,  tapi   berita   tentang
	Muhammad,   kaum   Muhajirin  dan  Anshar  sudah  sampai  juga
	kepadanya seperti tersebarnya berita itu dulu kepada Muhammad.
	Ia  merasa  kuatir  juga  kalau  dari pihak Quraisy pengawalan
	kafilah hanya terdiri dari tiga puluh atau empat  puluh  orang
	saja.
 
	Ketika  itulah  ia  lalu  mengupah Dzamdzam b. 'Amr al-Ghifari
	supaya cepat-cepat pergi ke Mekah  untuk  mengerahkan  Quraisy
	menolong  harta-benda  mereka,  juga  diberitahukannya,  bahwa
	Muhammad dan sahabat-sahabatnya sedang mengancam.
 
	Setibanya di Mekah,  ketika  berada  di  tengah-tengah  sebuah
	lembah,   dipotongnya   kedua   telinga  dan  hidung  untanya,
	dibalikkannya pelananya dan dia sendiri berhenti di tempat itu
	sambil berteriak-teriak memberitahukan, dengan mengenakan baju
	yang sudah dikoyak-koyak bagian depan dan belakangnya:
 
	"Hai orang-orang Quraisy! Kafilah, kafilah! harta  bendamu  di
	tangan   Abu   Sufyan   telah   dicegat   oleh   Muhammad  dan
	sahabat-sahabatnya. Kamu sekalian harus segera menyusul. Perlu
	pertolongan! Pertolongan!"
 
	Mendengar ini Abu Jahl segera memanggil orang-orang di sekitar
	Ka'bah. Mereka dikerahkan. Abu Jahl adalah  seorang  laki-laki
	berbadan kecil, berwajah keras dengan lidah dan pandangan mata
	yang tajam. Sebenarnya orang-orang  Quraisy  itu  sudah  tidak
	perlu  lagi  dikerahkan  karena setiap orang sudah punya saham
	sendiri-sendiri dalam kafilah itu.
 
	Sungguhpun begitu ada juga penduduk Mekah  itu  sebagian  yang
	sudah   merasakan   adanya  kekejaman  Quraisy  terhadap  kaum
	Muslimin  sehingga  menyebabkan  mereka  terpaksa  hijrah   ke
	Abisinia  dan  kemudian  hijrah  ke  Medinah. Mereka ini masih
	maju-mundur:  akan   turut   juga   berperang   mempertahankan
	harta-benda mereka, atau akan tinggal diam saja dengan harapan
	kalau-kalau kafilah  itu  tidak  mengalami  sesuatu  gangguan.
	Mereka  ini  masih ingat bahwa dulu antara kabilah Quraisy dan
	kabilah Kinana ada tuntutan darah yang  dilakukan  oleh  kedua
	belah   pihak.   Apabila  mereka  ini  cepat-cepat  menghadapi
	Muhammad dalam membela kafilah itu, mereka kuatir akan diserbu
	oleh  Banu  Bakr  (dari Kinana) dari belakang. Alasan demikian
	ini hampir saja memperkuat pendapat yang  ingin  tinggal  diam
	saja,  kalau  tidak  lalu  datang  Malik  b. Ju'syum (Mudlij),
	seorang pemuka Banu Kinana.
 
	"Bagi  kamu  aku  adalah  jaminan,  bahwa  Kinana  tidak  akan
	melakukan  sesuatu  di  belakang kamu yang akan merugikan kamu
	sekalian."
 
	Dengan  demikian   orang-orang   semacam   Abu   Jahl,   'Amir
	al-Hadzrami   serta   penganjur-penganjur   perang   menentang
	Muhammad dan pengikut-pengikutnya, mendapat dukungan kuat. Tak
	ada  alasan  bagi  orang  yang  mampu  berperang itu yang akan
	tinggal di belakang atau  akan  menggantikannya  kepada  orang
	lain.  Dari pemuka-pemuka Quraisypun tak ada yang ketinggalan,
	kecuali Abu Lahab yang diwakili  oleh  al-'Ash  b.  Hisyam  b.
	Mughira. Orang ini punya hutang kepadanya (Abu Lahab) sebanyak
	4000 dirham yang tak dibayar sehingga ia  bangkrut  karenanya.
	Sedang  Uamyya b. Khalaf sudah bertekad akan tinggal diam. Dia
	sebagai orang  terpandang,  yang  sudah  tua  sekali  usianya,
	badannya gemuk dan berat.
 
	Ketika  itu ia didatangi oleh 'Uqba b. Abi Mu'ait dan Abu Jahl
	ke mesjid. 'Uqba membawa perapian dengan kemenyan  sedang  Abu
	Jahl  membawa  tempat  celak  dan pemalitnya. 'Uqba meletakkan
	tempat api itu di depannya seraya berkata:
 
	"Abu Ali,3 gunakanlah  perapian  dan  menyan  ini,  sebab  kau
	wanita."
 
	"Pakailah  celak  ini, Abu Ali, sebab kau perempuan," kata Abu
	Jahl.
 
	"Belikan buat aku seekor unta yang  terbaik  di  lembah  ini,"
	jawab Umayya.
 
	Lalu  iapun  pergi  bersama  mereka. Sekarang tiada seorangpun
	yang mampu bertempur yang masih tinggal di Mekah.
 
	Pada hari kedelapan bulan Ramadan  tahun  kedua  Hijrah,  Nabi
	s.a.w.   berangkat   dengan   sahabat-sahabatnya  meninggalkan
	Medinah. Pimpinan sembahyang diserahkan  kepada  'Amr  b.  Umm
	Maktum, sedang pimpinan Medinah kepada Abu Lubaba dari Rauha'.
	Dalam perjalanan  ini  Muslimin  didahului  oleh  dua  bendera
	hitam.  Mereka  membawa  tujuhpuluh  ekor  unta,  yang dinaiki
	dengan cara silih berganti.  Setiap  dua  orang,  setiap  tiga
	orang  dan  setiap  empat  orang  bergantian naik seekor unta.
	Dalam hal ini  Muhammad  juga  mendapat  bagian  sama  seperti
	sahabat-sahabatnya  yang  lain.  Dia,  Ali  b.  Abi  Talib dan
	Marthad b. Marthad al-Ghanawi bergantian naik seekor unta. Abu
	Bakr,  Umar  dan  Abdur-Rahman  b. 'Auf bergantian juga dengan
	seekor unta. Jumlah mereka  yang  berangkat  bersama  Muhammad
	dalam  ekspedisi  ini  terdiri  dari  tiga  ratus  lima orang,
	delapanpuluh tiga di antaranya Muhajirin, enampuluh satu orang
	Aus dan yang selebihnya dari Khazraj.
 
	Karena   dikuatirkan   Abu   Sufyan   akan   menghilang  lagi,
	cepat-cepat mereka berangkat sambil terus  berusaha  mengikuti
	berita-berita   tentang   orang   ini   di  mana  saja  mereka
	berada.Tatkala sampai di 'Irq'z-Zubya  mereka  bertemu  dengan
	seorang   orang  Arab  gunung  yang  ketika  ditanyai  tentang
	rombongan itu, ternyata  ia  tidak  mendapat  berita  apa-apa.
	Mereka  meneruskan  perjalanan  hingga  sampai  di sebuah wadi
	bernama Dhafiran; di tempat itu mereka turun. Di tempat inilah
	mereka  mendapat  berita,  bahwa pihak Quraisy sudah berangkat
	dari Mekah, akan melindungi kafilah mereka.
 
	Ketika itu suasananya sudah berubah. Kini kaum  Muslimin  dari
	kalangan Muhajirin dan Anshar bukan lagi berhadapan dengan Abu
	Sufyan dengan kalifahnya serta tigapuluh atau empatpuluh orang
	rombongannya  itu saja, yang takkan dapat melawan Muhammad dan
	sahabat-sahabatnya,  melainkan  Mekah  dengan  seluruh  isinya
	sekarang  keluar  dipimpin  oleh  pemuka-pemuka mereka sendiri
	guna membela perdagangan mereka itu.
 
	Andaikata pihak Muslimin sudah dapat mengejar Abu Sufyan,  dan
	beberapa  orang  dari  rombongan itu sudah dapat ditawan, unta
	beserta muatannya sudah dapat dikuasai, pihak Quraisypun tentu
	akan   segera  pula  dapat  menyusul  mereka.  Soalnya  karena
	terdorong  oleh  rasa  cintanya   kepada   harta   dan   ingin
	mempertahankannya.  Mereka merasa sudah didukung oleh sejumlah
	orang dan perlengkapan yang cukup besar. Mereka bertekad  akan
	bertempur  dan  mengambil  kembali harta mereka, atau bersedia
	mati untuk itu.
 
	Tetapi sebaliknya, apabila Muhammad kembali ke tempat  semula,
	pihak  Quraisy dan Yahudi Medinah tentu merasa mendapat angin.
	Dia sendiri terpaksa akan  berada  dalam  situasi  yang  serba
	dibuat-buat,  sahabat-sahabatnya  pun  terpaksa  akan  memikul
	segala tekanan dan gangguan Yahudi Medinah,  seperti  gangguan
	yang  pernah  mereka alami dari pihak Quraisy di Mekah dahulu.
	Ya, apabila ia menyerah kepada situasi semacam  itu,  mustahil
	sekali   kebenaran   akan  dapat  ditegakkan  dan  Tuhan  akan
	memberikan pertolongan dalam menegakkan agama itu.
 
	Sekarang   ia   bermusyawarah    dengan    sahabat-sahabatnya.
	Diberitahukannya kepada mereka tentang keadaan Quraisy menurut
	berita yang sudah diterimanya. Abu Bakr  dan  Umar  juga  lalu
	memberikan   pendapat.   Kemudian   Miqdad   b.   'Amr  tampil
	mengatakan:
 
	"Rasulullah, teruskanlah apa  yang  sudah  ditunjukkan  Allah.
	Kami  akan  bersama  tuan.  Kami tidak akan mengatakan seperti
	Banu Israil yang berkata kepada  Musa:  "Pergilahkamu  bersama
	Tuhanmu, dan berperanglah. Kami di sini akan tinggal menunggu.
	Tetapi, pergilah engkau dan Tuhanmu,  dan  berperanglah,  kami
	bersamamu akan juga turut berjuang."
 
	Semua orang diam.
 
	"Berikan  pendapat  kamu  sekalian kepadaku," kata Rasul lagi.
	Kata-kata ini sebenarnya ditujukan kepada  pihak  Anshar  yang
	telah menyatakan Ikrar 'Aqaba, bahwa mereka akan melindunginya
	seperti terhadap sanak keluarganya sendiri, tapi mereka  tidak
	mengadakan ikrar itu untuk mengadakan serangan keluar Medinah.
 
	Tatkala pihak Anshar merasa bahwa memang mereka yang dimaksud,
	maka Sa'd b. Musadh  yang  memegang  pimpinan  mereka  menoleh
	kepada Muhammad.
 
	"Agaknya yang dimaksud Rasulullah adalah kami," katanya.
 
	"Ya," jawab Rasul.
 
	"Kami  telah  percaya kepada Rasul dan membenarkan," kata Sa'd
	pula, "Kamipun telah menyaksikan bahwa apa  yang  kaubawa  itu
	adalah  benar.  Kami  telah  memberikan janji kami dan jaminan
	kami,  bahwa  kami  akan  tetap  taat   setia.   Laksanakanlah
	kehendakmu,  kami  disampingmu. Demi yang telah mengutus kamu,
	sekiranya kaubentangkan  lautan  di  hadapan  kami,  lalu  kau
	terjun menyeberanginya, kamipun akan terjun bersamamu, dan tak
	seorangpun dari kami akan tinggal  di  belakang.  Kami  takkan
	segan-segan  menghadapi  musuh  kita  besok.  Kami cukup tabah
	dalam perang, cukup setia bertempur. Semoga Tuhan  membuktikan
	segalanya  dari  kami  yang  akan menyenangkan hatimu. Ajaklah
	kami bersama, dengan berkah Tuhan."
 
	Begitu Sa'd selesai bicara,  wajah  Muhammad  tampak  berseri.
	Tampaknya ia puas sekali; seraya katanya:
 
	"Berangkatlah,   dan   gembirakan!   Allah  sudah  menjanjikan
	kepadaku  atas  salah  satunya   dari   dua   kelompok4   itu.
	Seolah-olah kini kehancuran mereka itu tampak di hadapanku."
 
	Merekapun  lalu  berangkat  semua.  Ketika  sampai  pada suatu
	tempat dekat Badr, Muhammad pergi lagi dengan untanya sendiri.
	Ia  menemui  seorang  orang  Arab  tua.  Kepada  orang  ini ia
	menanyakan    Quraisy    dan    menanyakan    Muhammad     dan
	sahabat-sahabatnya, yang kemudian daripadanya diketahui, bahwa
	kafilah Quraisy berada tidak jauh dari tempat itu.
 
	Lalu kembali lagi ia ke tempat sahabat-sahabatnya. Ali b.  Abi
	Talib,  Zubair bin'l-Awwam, Sa'd b. Abi Waqqash serta beberapa
	orang   sahabat   lainnya   segera   ditugaskan   mengumpulkan
	berita-berita  dari  sebuah  tempat  di Badr. Kurir ini segera
	kembali dengan membawa dua orang anak. Dari  kedua  orang  ini
	Muhammad  mengetahui, bahwa pihak Quraisy kini berada di balik
	bukit pasir di tepi ujung Wadi.5 Ketika mereka menjawab, bahwa
	mereka  tidak  mengetahui berapa jumlah pihak Quraisy, ditanya
	lagi oleh Muhammad:
 
	"Berapa ekor ternak yang mereka potong tiap hari?"
 
	"Kadang sehari sembilan, kadang sehari  sepuluh  ekor,"  jawab
	mereka.
 
	Dengan  demikian Nabi dapat mengambil kesimpulan, bahwa mereka
	terdiri dari antara 900 sampai 1000  orang.  Juga  dari  kedua
	anak  itu  dapat  diketahui  bahwa bangsawan-bangsawan Quraisy
	ikut serta memperkuat diri
 
	Lalu katanya kepada sahabat-sahabatnya:
 
	"Lihat.  Sekarang  Mekah  sudah   menghadapkan   semua   bunga
	bangsanya kepada kita."

	Mau  tidak  mau,  sekarang  ia  dan  sahabat-sahabatnya  harus
	berhadapan dengan suatu golongan yang jumlahnya tiga kali jauh
	lebih  besar. Mereka harus mengerahkan seluruh semangat, harus
	mengadakan persiapan mental menghadapi kekerasan  itu.  Mereka
	harus siap menunggu suatu pertempuran sengit dan dahsyat, yang
	takkan dapat dimenangkan kecuali oleh iman yang kuat  memenuhi
	kalbu, iman dan kepercayaan akan adanya kemenangan itu.
 
	Bilamana  Ali  sudah  kembali  dengan  kedua  orang  anak yang
	membawa berita tentang Quraisy itu, dua orang Muslimin lainnya
	lalu  berangkat  lagi  menuju  lembah Badr. Mereka berhenti di
	atas sebuah bukit tidak jauh dari tempat  air,  dikeluarkannya
	tempat persediaan airnya, dan di sini mereka mengisi air itu.
 
	Sementara  mereka  berada  di  tempat air, terdengar ada suara
	seorang budak perempuan, yang agaknya  sedang  menagih  hutang
	kepada seorang wanita lainnya, yang lalu dijawab:
 
	"Kafilah  dagang  besok  atau lusa akan datang. Pekerjaan akan
	kuselesaikan dengan mereka dan hutang segera akan kubayar."
 
	Kedua laki-laki itu kembali.  Disampaikannya  apa  yang  telah
	mereka dengar itu kepada Muhammad.

	Tetapi,  dalam pada itu Abu Sufyan sudah mendahului kafilahnya
	mencari-cari berita. Ia kuatir Muhammad akan sudah lebih  dulu
	ada  di jalan itu. Sesampainya di tempat air ia bertemu dengan
	Majdi b. 'Amr.
 
	"Ada kau melihat orang tadi?" tanyanya.
 
	Majdi menjawab bahwa ia melihat  ada  dua  orang  berhenti  di
	bukit  itu  sambil  ia  menunjuk ke tempat dua orang laki-laki
	Muslim itu  tadi  berhenti.  Abu  Sufyanpun  pergi  mendatangi
	tempat  perhentian  tersebut.  Dilihatnya ada kotoran dua ekor
	unta  dan  setelah  diperiksanya,  diketahuinya,  bahwa   biji
	kotoran itu berasal dari makanan ternak Yathrib.
 
	Cepat-cepat  ia kembali menemui teman-temannya dan membatalkan
	perjalanannya melalui jalan semula. Dengan tergesa-gesa sekali
	sekarang ia memutar haluan melalui jalan pantai laut. Jaraknya
	dengan Muhammad sudah jauh, dan dia dapat meloloskan diri.

	Hingga keesokan harinya kaum Muslimin masih menantikan kafilah
	itu  akan  lewat.  Tetapi  setelah  ada berita-berita bahwa ia
	sudah lolos dan yang masih ada di dekat mereka sekarang adalah
	angkatan perang Quraisy, beberapa orang yang tadinya mempunyai
	harapan penuh akan beroleh harta  rampasan,  terbalik  menjadi
	layu.  Beberapa  orang  bertukar  pikiran  dengan  Nabi dengan
	maksud supaya kembali saja ke Medinah, tidak perlu  berhadapan
	dengan  mereka yang datang dari Mekah hendak berperang. Ketika
	itu datang firman Tuhan:
 
	"Ingat! Tuhan menjanjikan kamu salah satu  dari  dua  keIompok
	(musuh)  itu  untuk kamu. Sedang kamu menginginkan, bahwa yang
	tidak bersenjata itulah yang  untuk  kamu.  Tetapi  Allah  mau
	membuktikan kebenaran itu sesuai dengan ayat-ayatNya, dan akan
	merabut akar orang-orang yang tak beriman itu."6
 
	Pada pihak Quraisy juga begitu. Perlu  apa  mereka  berperang,
	perdagangan  mereka  sudah selamat? Bukankah lebih baik mereka
	kembali ke tempat semula, dan membiarkan pihak  Islam  kembali
	ke  tempat  mereka.  Abu  Sufyan  juga  berpikir  begitu.  Itu
	sebabnya ia mengirim utusan kepada  Quraisy  mengatakan:  Kamu
	telah berangkat guna menjaga kafilah dagang, orang-orang serta
	harta-benda kita.  Sekarang  kita  sudah  diselamatkan  Tuhan.
	Kembalilah. Tidak sedikit dari pihak Quraisy sendiri yang juga
	mendukung pendapat ini.
 
	---------------------------------------------
	S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
	oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
	diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
	Penerbit PUSTAKA JAYA
	Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
	Cetakan Kelima, 1980
 
	Seri PUSTAKA ISLAM No.1