Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

oleh Muhammad Husain Haekal

 [ Index | Bag. 1 | Bag. 2 | Bag. 3 ]

BAGIAN KETIGA: 

MUHAMMAD DARI KELAHIRAN SAMPAI PERKAWINANNYA

Perkawinan Abdullah dengan Aminah - 52; Abdullah wafat - 53; Muhammad lahir - 53; Disusukan oleh Keluarga Sa'd - 56; Kisah dua malaikat dan pembedahan dada - 57; Lima tahun selama tinggal di pedalaman - 60 ; Di bawah asuhan Abd'l-Muttalib - 60; Aminah wafat - 61; Abd'l-Muttalib wafat - 62; Di bawah asuhan Abu Talib - 63; Pergi ke Suria dalam usia duabelas tahun - 63; Perang Fijar - 65; Menggembala kambing - 68; Ke Suria membawa dagangan Khadijah -71; Perkawinannya dengan Khadijah- 73

	
	Usia Abd'l-Muttalib sudah  hampir  mencapai  tujuhpuluh  tahun
	atau   lebih   tatkala  Abraha  mencoba  menyerang  Mekah  dan
	menghancurkan Rumah Purba. Ketika itu  umur  Abdullah  anaknya
	sudah duapuluh empat tahun, dan sudah tiba masanya dikawinkan.
	Pilihan Abd'l-Muttalib jatuh kepada Aminah bint Wahb  bin  Abd
	Manaf  bin Zuhra, - pemimpin suku Zuhra ketika itu yang sesuai
	pula usianya dan mempunyai kedudukan terhormat. Maka  pergilah
	anak-beranak  itu hendak mengunjungi keluarga Zuhra. Ia dengan
	anaknya menemui Wahb dan melamar puterinya.  Sebagian  penulis
	sejarah  berpendapat,  bahwa  ia  pergi  menemui  Uhyab, paman
	Aminah, sebab waktu itu ayahnya sudah  meninggal  dan  dia  di
	bawah  asuhan  pamannya.  Pada hari perkawinan Abdullah dengan
	Aminah itu, Abd'l-Muttalib  juga  kawin  dengan  Hala,  puteri
	pamannya.  Dari perkawinan ini lahirlah Hamzah, paman Nabi dan
	yang seusia dengan dia.
	
	Abdullah dengan Aminah  tinggal  selama  tiga  hari  di  rumah
	Aminah,  sesuai  dengan  adat  kebiasaan  Arab bila perkawinan
	dilangsungkan di rumah keluarga pengantin puteri. Sesudah  itu
	mereka  pindah  bersama-sama  ke  keluarga Abd'l-Muttalib. Tak
	seberapa lama kemudian Abdullahpun  pergi  dalam  suatu  usaha
	perdagangan  ke  Suria  dengan  meninggalkan isteri yang dalam
	keadaan hamil. Tentang ini masih terdapat beberapa  keterangan
	yang  berbeda-beda:  adakah  Abdullah kawin lagi selain dengan
	Aminah;  adakah  wanita  lain  yang  datang  menawarkan   diri
	kepadanya?     Rasanya    tak    ada    gunanya    menyelidiki
	keterangan-keterangan semacam ini. Yang pasti  ialah  Abdullah
	adalah  seorang  pemuda  yang tegap dan tampan. Bukan hal yang
	luar biasa jika ada wanita lain yang ingin  menjadi  isterinya
	selain  Aminah. Tetapi setelah perkawinannya dengan Aminah itu
	hilanglah harapan yang lain walaupun  untuk  sementara.  Siapa
	tahu,   barangkali   mereka  masih  menunggu  ia  pulang  dari
	perjalanannya ke  Syam  untuk  menjadi  isterinya  di  samping
	Aminah.
	
	Dalam  perjalanannya  itu  Abdullah  tinggal  selama  beberapa
	bulan. Dalam pada itu ia pergi juga ke Gaza dan kembali  lagi.
	Kemudian  ia  singgah  ke  tempat  saudara-saudara  ibunya  di
	Medinah sekadar beristirahat sesudah merasa letih selama dalam
	perjalanan.  Sesudah itu ia akan kembali pulang dengan kafilah
	ke Mekah. Akan tetapi kemudian ia menderita  sakit  di  tempat
	saudara-saudara  ibunya  itu.  Kawan-kawannyapun  pulang lebih
	dulu meninggalkan dia. Dan merekalah yang menyampaikan  berita
	sakitnya itu kepada ayahnya setelah mereka sampai di Mekah.
	
	Begitu  berita sampai kepada Abd'l-Muttalib ia mengutus Harith
	- anaknya yang sulung - ke  Medinah,  supaya  membawa  kembali
	bila  ia  sudah  sembuh.  Tetapi  sesampainya  di  Medinah  ia
	mengetahui bahwa Abdullah sudah meninggal dan sudah dikuburkan
	pula,   sebulan   sesudah   kafilahnya   berangkat  ke  Mekah.
	Kembalilah Harith kepada keluarganya dengan  membawa  perasaan
	pilu  atas  kematian  adiknya itu. Rasa duka dan sedih menimpa
	hati Abd'l-Muttalib, menimpa hati Aminah, karena ia kehilangan
	seorang  suami  yang  selama  ini  menjadi harapan kebahagiaan
	hidupnya. Demikian juga Abd'l-Muttalib sangat sayang kepadanya
	sehingga penebusannya terhadap Sang Berhala yang demikian rupa
	belum pernah terjadi di kalangan masyarakat Arab sebelum itu.
	
	Peninggalan Abdullah sesudah  wafat  terdiri  dari  lima  ekor
	unta,  sekelompok  ternak kambing dan seorang budak perempuan,
	yaitu Umm Ayman - yang kemudian menjadi pengasuh  Nabi.  Boleh
	jadi   peninggalan   serupa  itu  bukan  berarti  suatu  tanda
	kekayaan; tapi  tidak  juga  merupakan  suatu  kemiskinan.  Di
	samping  itu  umur  Abdullah yang masih dalam usia muda belia,
	sudah mampu bekerja dan berusaha mencapai kekayaan. Dalam pada
	itu  ia  memang tidak mewarisi sesuatu dari ayahnya yang masih
	hidup itu.
	
	Aminah sudah hamil, dan kemudian, seperti  wanita  lain  iapun
	melahirkan.  Selesai  bersalin  dikirimnya berita kepada Abd'l
	Muttalib  di  Ka'bah,  bahwa  ia   melahirkan   seorang   anak
	laki-laki.  Alangkah gembiranya orang tua itu setelah menerima
	berita. Sekaligus ia teringat kepada Abdullah anaknya. Gembira
	sekali  hatinya  karena  ternyata pengganti anaknya sudah ada.
	Cepat-cepat ia menemui menantunya itu,  diangkatnya  bayi  itu
	lalu  dibawanya  ke  Ka'bah. Ia diberi nama Muhammad. Nama ini
	tidak umum di kalangan orang Arab tapi cukup dikenal. Kemudian
	dikembalikannya  bayi  itu  kepada  ibunya. Kini mereka sedang
	menantikan orang yang akan menyusukannya  dari  Keluarga  Sa'd
	(Banu  Sa'd),  untuk  kemudian  menyerahkan anaknya itu kepada
	salah seorang dari mereka, sebagaimana sudah menjadi adat kaum
	bangsawan Arab di Mekah.
	
	Mengenai  tahun  ketika  Muhammad  dilahirkan,  beberapa  ahli
	berlainan pendapat. Sebagian besar mengatakan pada Tahun Gajah
	(570  Masehi).  Ibn  Abbas mengatakan ia dilahirkan pada Tahun
	Gajah itu. Yang lain berpendapat  kelahirannya  itu  limabelas
	tahun sebelum peristiwa gajah. Selanjutnya ada yang mengatakan
	ia dilahirkan beberapa hari  atau  beberapa  bulan  atau  juga
	beberapa  tahun  sesudah  Tahun  Gajah. Ada yang menaksir tiga
	puluh tahun, dan ada  juga  yang  menaksir  sampai  tujuhpuluh
	tahun.
	
	Juga para ahli berlainan pendapat mengenai bulan kelahirannya.
	Sebagian besar mengatakan ia dilahirkan bulan Rabiul Awal. Ada
	yang  berkata lahir dalam bulan Muharam, yang lain berpendapat
	dalam bulan Safar, sebagian lagi menyatakan dalam bulan Rajab,
	sementara yang lain mengatakan dalam bulan Ramadan.
	
	Kelainan  pendapat itu juga mengenai hari bulan ia dilahirkan.
	Satu pendapat mengatakan pada malam kedua  Rabiul  Awal,  atau
	malam   kedelapan,   atau   kesembilan.  Tetapi  pada  umumnya
	mengatakan, bahwa dia dilahirkan pada tanggal duabelas  Rabiul
	Awal. Ini adalah pendapat Ibn Ishaq dan yang lain.
	
	Selanjutnya   terdapat   perbedaan   pendapat  mengenai  waktu
	kelahirannya, yaitu siang atau malam, demikian  juga  mengenai
	tempat  kelahirannya di Mekah. Caussin de Perceval dalam Essai
	sur  l'Histoire  des   Arabes   menyatakan,   bahwa   Muhammad
	dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia
	dilahirkan di Mekah di rumah kakeknya Abd'l-Muttalib.
	
	Pada  hari  ketujuh  kelahirannya  itu  Abd'l-Muttalib   minta
	disembelihkan   unta.   Hal   ini  kemudian  dilakukan  dengan
	mengundang makan masyarakat Quraisy. Setelah mereka mengetahui
	bahwa  anak  itu  diberi  nama Muhammad, mereka bertanya-tanya
	mengapa ia tidak suka memakai nama nenek  moyang.  "Kuinginkan
	dia akan  menjadi  orang  yang Terpuji,1  bagi Tuhan di langit
	dan bagi makhlukNya di bumi," jawab Abd'l Muttalib.
	
	Aminah masih menunggu  akan  menyerahkan  anaknya  itu  kepada
	salah  seorang  Keluarga  Sa'd  yang  akan menyusukan anaknya,
	sebagaimana sudah menjadi kebiasaan  bangsawan-bangsawan  Arab
	di    Mekah.    Adat   demikian   ini   masih   berlaku   pada
	bangsawan-bangsawan  Mekah.  Pada   hari   kedelapan   sesudah
	dilahirkan  anak  itupun  dikirimkan  ke  pedalaman  dan  baru
	kembali pulang ke kota sesudah ia berumur delapan atau sepuluh
	tahun.  Di  kalangan  kabilah-kabilah  pedalaman yang terkenal
	dalam menyusukan ini di antaranya  ialah  kabilah  Banu  Sa'd.
	Sementara masih menunggu orang yang akan menyusukan itu Aminah
	menyerahkan anaknya kepada Thuwaiba, budak perempuan pamannya,
	Abu  Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah
	yang juga kemudian disusukannya. Jadi  mereka  adalah  saudara
	susuan.
	
	Sekalipun  Thuwaiba hanya beberapa hari saja menyusukan, namun
	ia tetap memelihara hubungan yang baik sekali selama hidupnya.
	Setelah  wanita  itu  meninggal  pada tahun ketujuh sesudah ia
	hijrah ke Medinah,  untuk  meneruskan  hubungan  baik  itu  ia
	menanyakan  tentang  anaknya yang juga menjadi saudara susuan.
	Tetapi kemudian  ia  mengetahui  bahwa  anak  itu  juga  sudah
	meninggal sebelum ibunya.
	
	Akhirnya  datang  juga  wanita-wanita  Keluarga Sa'd yang akan
	menyusukan itu ke Mekah. Mereka memang mencari bayi yang  akan
	mereka  susukan.  Akan  tetapi  mereka  menghindari  anak-anak
	yatim. Sebenarnya mereka masih mengharapkan sesuatu jasa  dari
	sang  ayah.  Sedang  dari  anak-anak yatim sedikit sekali yang
	dapat mereka harapkan. Oleh karena itu di  antara  mereka  itu
	tak  ada  yang  mau  mendatangi Muhammad. Mereka akan mendapat
	hasil yang lumayan bila mendatangi keluarga yang dapat  mereka
	harapkan.
	
	Akan tetapi Halimah bint Abi-Dhua'ib yang pada mulanya menolak
	Muhammad, seperti yang lain-lain juga, ternyata tidak mendapat
	bayi  lain  sebagai gantinya. Di samping itu karena dia memang
	seorang  wanita  yang  kurang  mampu,  ibu-ibu  lainpun  tidak
	menghiraukannya.  Setelah  sepakat  mereka  akan  meninggalkan
	Mekah. Halimah berkata kepada Harith bin Abd'l-'Uzza suaminya:
	"Tidak  senang  aku pulang bersama dengan teman-temanku tanpa
	membawa seorang bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim  itu
	dan akan kubawa juga."
	
	"Baiklah,"  jawab  suaminya.  "Mudah-mudahan  karena itu Tuhan
	akan memberi berkah kepada kita."
	
	Halimah  kemudian  mengambil  Muhammad  dan  dibawanya   pergi
	bersama-sama   dengan   teman-temannya   ke   pedalaman.   Dia
	bercerita, bahwa sejak diambilnya anak itu ia merasa  mendapat
	berkah.   Ternak   kambingnya   gemuk-gemuk   dan   susunyapun
	bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya.
	
	Selama dua tahun Muhammad tinggal di  sahara,  disusukan  oleh
	Halimah  dan  diasuh oleh Syaima', puterinya. Udara sahara dan
	kehidupan pedalaman yang  kasar  menyebabkannya  cepat  sekali
	menjadi  besar,  dan  menambah  indah  bentuk  dan pertumbuhan
	badannya. Setelah cukup dua tahun dan  tiba  masanya  disapih,
	Halimah  membawa  anak  itu  kepada  ibunya  dan  sesudah  itu
	membawanya kembali ke  pedalaman.  Hal  ini  dilakukan  karena
	kehendak  ibunya,  kata sebuah keterangan, dan keterangan lain
	mengatakan karena kehendak Halimah sendiri. Ia dibawa  kembali
	supaya  lebih  matang,  juga  memang  dikuatirkan  dari adanya
	serangan wabah Mekah.
	
	Dua tahun lagi anak itu tinggal  di  sahara,  menikmati  udara
	pedalaman  yang  jernih  dan bebas, tidak terikat oleh sesuatu
	ikatan jiwa, juga tidak oleh ikatan materi.
	
	Pada masa itu, sebelum usianya  mencapai  tiga  tahun,  ketika
	itulah  terjadi  cerita  yang  banyak dikisahkan orang. Yakni,
	bahwa  sementara  ia  dengan  saudaranya  yang  sebaya  sesama
	anak-anak   itu  sedang  berada  di  belakang  rumah  di  luar
	pengawasan keluarganya, tiba-tiba anak yang dari Keluarga Sa'd
	itu   kembali   pulang  sambil  berlari,  dan  berkata  kepada
	ibu-bapanya: "Saudaraku yang dari Quraisy  itu  telah  diambil
	oleh  dua  orang  laki-laki  berbaju  putih.  Dia dibaringkan,
	perutnya dibedah, sambil di balik-balikan."
	
	Dan tentang Halimah ini ada juga diceritakan,  bahwa  mengenai
	diri  dan suaminya ia berkata: "Lalu saya pergi dengan ayahnya
	ke  tempat  itu.  Kami  jumpai  dia  sedang  berdiri.  Mukanya
	pucat-pasi. Kuperhatikan dia. demikian juga ayahnya. Lalu kami
	tanyakan: "Kenapa kau, nak?" Dia menjawab: "Aku didatangi oleh
	dua  orang  laki-laki berpakaian putih. Aku di baringkan, lalu
	perutku di bedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Tak tahu
	aku apa yang mereka cari."
	
	Halimah dan suaminya kembali pulang ke rumah. Orang itu sangat
	ketakutan, kalau-kalau anak itu sudah kesurupan. Sesudah  itu,
	dibawanya  anak  itu  kembali  kepada  ibunya  di  Mekah. Atas
	peristiwa ini Ibn Ishaq  membawa  sebuah  Hadis  Nabi  sesudah
	kenabiannya. Tetapi dalam menceritakan peristiwa ini Ibn Ishaq
	nampaknya  hati-hati  sekali  dan   mengatakan   bahwa   sebab
	dikembalikannya  kepada  ibunya bukan karena cerita adanya dua
	malaikat itu, melainkan - seperti cerita Halimah kepada Aminah
	-  ketika  ia di bawa pulang oleh Halimah sesudah disapih, ada
	beberapa orang Nasrani  Abisinia  memperhatikan  Muhammad  dan
	menanyakan   kepada   Halimah  tentang  anak  itu.  Dilihatnya
	belakang anak itu, lalu mereka berkata:
	
	"Biarlah kami bawa anak ini kepada raja kami di  negeri  kami.
	Anak  ini  akan menjadi orang penting. Kamilah yang mengetahui
	keadaannya." Halimah lalu cepat-cepat menghindarkan diri  dari
	mereka  dengan  membawa  anak  itu.  Demikian juga cerita yang
	dibawa oleh Tabari, tapi  ini  masih  di  ragukan;  sebab  dia
	menyebutkan   Muhammad   dalam   usianya   itu,  lalu  kembali
	menyebutkan  bahwa  hal  itu  terjadi   tidak   lama   sebelum
	kenabiannya dan usianya empatpuluh tahun.
	
	                              				 Next >>>
 
	---------------------------------------------
	S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
	oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
	diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
	Penerbit PUSTAKA JAYA
	Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
	Cetakan Kelima, 1980
 
	Seri PUSTAKA ISLAM No.1