Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

oleh Muhammad Husain Haekal

 [ Index | Bag. 1 | Bag. 2 | Bag. 3 ]

BAGIAN KETUJUH: 

PERBUATAN-PERBUATAN QURAISY YANG KEJI

Umar mengumumkan keislamanannya dan Muslimin beribadat di Ka'bah - 139; Piagam pemboikotan - 139; Upaya-upaya Quraisy memerangi Muhammad - 140; Alat propaganda - 140; Kefasihan yang mempesonakan - 142; Jabr orang Nasrani - 143; Tufail ad-Adausi - 144; Delegasi Nasrani - 145; Terpengaruhnya Quraisy pada ajakan yang baru - 146; Kekuatiran-kekuatiran Quraisy: persaingan - 149; Kehilangan kedudukan di Mekah - 150; Hari kebangkitan - 151; Beberapa perbandingan - 156.

	ISLAMNYA Umar telah membawa kelemahan ke dalam  tubuh  Quraisy
	karena  ia  masuk  agama ini dengan semangat yang sama seperti
	ketika  ia  menentangnya  dahulu.   Ia   masuk   Islam   tidak
	sembunyi-sembunyi,  malah  terang-terangan  diumumkan di depan
	orang banyak dan untuk itu  ia  bersedia  melawan  mereka.  Ia
	tidak  mau kaum Muslimin sembunyi-sembunyi dan mengendap-endap
	di celah-celah pegunungan Mekah,  mau  melakukan  ibadat  jauh
	dari gangguan Quraisy. Bahkan ia terus melawan Quraisy, sampai
	nanti dia beserta Muslimin itu dapat  melakukan  ibadat  dalam
	Ka'bah. Disini pihak Quraisy menyadari, bahwa penderitaan yang
	dialami  Muhammad  dan  sahabat-sahabatnya,  takkan   mengubah
	kehendak orang menerima agama Allah, untuk kemudian berlindung
	kepada Umar dan Hamzah, atau ke  Abisinia  atau  kepada  siapa
	saja yang mampu melindungi mereka.
	
	Quraisy lalu membuat rencana lagi mengatur langkah berikutnya.
	Setelah sepakat,  mereka  membuat  ketentuan  tertulis  dengan
	persetujuan bersama mengadakan pemboikotan total terhadap Banu
	Hasyim   dan   Banu   Abd'l-Muttalib:   untuk   tidak   saling
	kawin-mengawinkan,  tidak  saling  berjual-beli apapun. Piagam
	persetujuan ini kemudian digantungkan di dalam Ka'bah  sebagai
	suatu pengukuhan dan registrasi bagi Ka'bah. Menurut perkiraan
	mereka,  politik  yang  negatif,  politik   membiarkan   orang
	kelaparan  dan melakukan pemboikotan begini akan memberi hasil
	yang lebih efektif daripada politik kekerasan dan  penyiksaan,
	sekalipun  kekerasan dan penyiksaan itu tidak mereka hentikan.
	Blokade-blokade yang dilakukan Quraisy terhadap kaum  Muslimin
	dan  terhadap  Banu  Hasyim  dan  Banu  Abd'l  Muttalib  sudah
	berjalan selama dua atau tiga tahun, dengan harapan  sementara
	itu  Muhammadpun akan ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri.
	Dengan demikian dia dan ajarannya itu tidak lagi berbahaya.
	
	Akan  tetapi  ternyata  Muhammad  sendiri  malah  makin  teguh
	berpegang  pada  tuntunan  Allah, juga keluarganya, dan mereka
	yang  sudah  berimanpun  makin  gigih  mempertahankannya   dan
	mempertahankan  agama  Allah.  Menyebarkan seruan Islam sampai
	keluar   perbatasan   Mekah   itu   pun   tak    dapat    pula
	dihalang-halangi.  Maka tersiarlah dakwah itu ke tengah-tengah
	masyarakat Arab dan kabilah-kabilah,  sehingga  membuat  agama
	yang  baru  ini,  yang tadinya hanya terkurung ditengah-tengah
	lingkaran gunung-gunung Mekah, kini  berkumandang  gemanya  ke
	seluruh  jazirah.  Orang-orang  Quraisy makin tekun memikirkan
	bagaimana caranya memerangi orang yang  sudah  melanggar  adat
	kebiasaannya  dan  menista dewa-dewanya itu, bagaimana caranya
	menghentikan   tersiarnya   ajarannya    itu    di    kalangan
	kabilah-kabilah  Arab,  kabilah-kabilah  yang  tak dapat hidup
	tanpa Mekah dan juga Mekah tak dapat hidup tanpa mereka  dalam
	perdagangan,  dalam  kegiatan  impor  dan  ekspor  dari dan ke
	Ibukota itu.
	
	Quraisy mencurahkan semua kegiatannya  dalam  memerangi  orang
	yang  dianggapnya  sudah melanggar kebiasaan mereka, melanggar
	kepercayaan mereka dan kepercayaan leluhur mereka itu.  Dengan
	tabah dan secara terus-menerus selama bertahun-tahun, apa yang
	telah mereka lakukan  untuk  menghancurkan  ajaran  baru  ini,
	sungguh  di  luar yang dapat kita bayangkan. Muhammad diancam,
	keluarga dan ninik-mamaknya,  diancam.  Ia  diejek,  ajarannya
	diejek.  Ia  diperolok,  dan  orang yang jadi pengikutnya juga
	diperolok.   Penyair-penyair   mereka    didatangkan    supaya
	mengejeknya,  supaya  memburuk-burukkannya.  Ia  diganggu, dan
	orang yang  jadi  pengikutnya  dinista  dan  disiksa.  Ia  mau
	disuap,   ditawari  kerajaan,  ditawari  segala  yang  menjadi
	kedambaan orang. Kawan-kawan seperjuangannya diusir dari tanah
	air,  perdagangan  dan  pintu  rejeki mereka dibekukan. Ia dan
	sahabat-sahabatnya  diancam   dengan   perang   serta   segala
	akibatnya yang mengerikan.
	
	Akhirnya blokade, akan dibiarkan mati kelaparan jika mungkin.
	
	Tetapi,  sungguhpun  begitu, Muhammad tetap tabah. Dengan cara
	yang amat baik tetap ia  mengajak  orang  menerima  kebenaran,
	yang  hanya  karena  itu  ia diutus Tuhan kepada umat manusia,
	sebagai pembawa berita gembira, dan peringatan. Bukankah sudah
	tiba  waktunya  Quraisy meletakkan senjatanya, dan mempercayai
	Al-Amin, orang yang dikenalnya  sejak  masa  anak-anak,  sejak
	masa   muda  belia,  sebagai  orang  yang  jujur,  tak  pernah
	berdusta!? Ataukah  mereka  sudah  mencari  alat  lain  selain
	senjata  perang  seperti  disebutkan,  dan lalu terbayang oleh
	mereka, bahwa dengan demikian mereka akan menang perang,  lalu
	kedudukan  berhala-berhala  mereka  akan  dapat  dipertahankan
	sebagai pusat ketuhanan mereka seperti yang mereka  duga,  dan
	Mekahpun    akan    dapat    dipertahankan    sebagai   museum
	berhala-berhala   dan    tempat    yang    disucikan    karena
	berhala-berhala itu akan tetap berada di Mekah?!
	
	Tidak!  Belum  tiba  saatnya  bagi  Quraisy  akan  tunduk  dan
	menyerah. Mereka sekarang sedang  dalam  puncak  kekuatirannya
	bila  seruan  Muhammad  ini  nanti  akan  tersebar di kalangan
	kabilah-kabilah Arab sesudah terlebih dulu tersebar di Mekah.
	
	Tinggal satu senjata lagi  pada  mereka  sekarang  yang  sejak
	semula  sudah  menjadi  pegangan  dan  kekuatan  mereka, yaitu
	senjata  propaganda:  propaganda  dengan  segala  implikasinya
	berupa   perdebatan,   argumentasi-argumentasi,   caci   maki,
	penyebaran desas-desus serta sifat merendahkan  argumen  lawan
	dengan  menganggap  alasan-alasannya  sendiri yang lebih baik.
	Propaganda  melawan  akidah  dan   pembawa   akidah   disertai
	tuduhan-tuduhan  yang  dialamatkan  kepadanya. Propaganda yang
	tidak hanya terbatas pada Mekah saja - sebenarnya  buat  Mekah
	ini  sudah  tidak  lagi  diperlukan dibandingkan dengan daerah
	pedalaman lain serta kabilah-kabilahnya,  semenanjung  jazirah
	serta  semua  penduduknya.  Dengan mengadakan ancaman bujukan,
	teror dan penyiksaan, propaganda tidak  diperlukan  lagi  buat
	Mekah.  Tapi buat ribuan orang yang datang ke Mekah tiap tahun
	masih tetap diperlukan. Mereka datang dalam urusan perdagangan
	dan  berziarah. Mereka berkumpul di pasar-pasar 'Ukaz, Majanna
	dan Dhul-Majaz, yang  kemudian  berziarah  sambil  menyembelih
	kurban, mengharapkan berkah dan ampunan.
	
	Oleh  karena  itu, sejak memuncaknya permusuhan antara Quraisy
	dengan Muhammad terpikir oleh mereka akan menyusun suatu  alat
	propaganda  anti  Muhammad. Lebih gigih lagi mereka memikirkan
	hal ini  sesudah  orang-orang  yang  berziarah  itu  diajaknya
	supaya  beribadat  hanya  kepada  Allah  yang  Esa  dan  tidak
	bersekutu. Hal ini sudah terpikir  olehnya  sejak  tahun-tahun
	pertama  dari  kerasulannya  itu.  Pada  mulanya,  sejak  masa
	kerasulannya, ia adalah seorang nabi, sampai  datangnya  wahyu
	menyuruh  ia  memperingatkan  keluarga-keluarganya yang dekat.
	Setelah ia memperingatkan keluarga-keluarga Quraisy dan ada di
	antara mereka yang menerima Islam, di samping banyak juga yang
	masih kepala  batu  dan  mau  berpikir-pikir  dulu,  ia  masih
	berkewajiban  mengajak  bangsanya  sendiri, seluruh masyarakat
	Arab, untuk  kemudian  meneruskan  kewajibannya  itu  mengajak
	seluruh umat manusia.
	
	Setelah  terpikir  akan  mengajak  orang yang datang berziarah
	dari berbagai macam kabilah Arab itu beribadat  kepada  Allah,
	beberapa  orang  dari  kalangan  Quraisy  datang berunding dan
	mengadakan pertemuan di rumah Walid  bin'l-Mughira:  Maksudnya
	supaya  dalam menghadapi persoalan Muhammad itu satu sama lain
	mereka  tidak  bertentangan,  dan  tidak  saling   mendustakan
	mengenai apa yang harus mereka katakan kepada orang-orang Arab
	yang datang musim ziarah itu.  Ada  yang  mengusulkan,  supaya
	dikatakan  saja,  bahwa  Muhammad  itu  dukun. Tetapi al-Walid
	menolak pendapat ini, sebab apa yang dikatakan Muhammad  bukan
	kumat-kamit  seorang  dukun. Yang lain mengusulkan lagi, bahwa
	Muhammad itu orang gila. Walidpun menolak pendapat ini,  sebab
	gejala  atas  tuduhan  demikian  tidak  tampak.  Ada lagi yang
	menyarankan supaya Muhammad dikatakan  sebagai  tukang  sihir.
	Juga  di  sini Walid menolak, sebab Muhammad tidak mengerjakan
	rahasia  juru  tenung  atau  sesuatu  pekerjaan  tukang-tukang
	sihir.
	
	Sesudah  terjadi  diskusi  akhirnya  Walid  mengusulkan supaya
	kepada peziarah-peziarah orang-orang Arab itu dikatakan  bahwa
	dia  (Muhammad)  seorang juru penerang yang mempesonakan,1 apa
	yang dikatakannya merupakan  pesona  yang  akan  memecah-belah
	orang dengan orangtuanya, dengan saudaranya, dengan isteri dan
	keluarganya. Dan apa yang dituduhkan itu pada orang-orang Arab
	pendatang  itu  merupakan  bukti,  sebab  penduduk Mekah sudah
	ditimpa  perpecahan  dan  permusuhan.  Padahal   sebelum   itu
	penduduk  Mekah  merupakan suatu contoh solidaritas dan ikatan
	yang paling kuat
	
	Pihak  Quraisy  pada  musim  ziarah  itu  segera   menyongsong
	orang-orang yang datang berziarah dengan memperingatkan mereka
	jangan mendengarkan orang itu  dan  pesona  bahasanya.  Jangan
	sampai  mereka  itu  mengalami  bencana  seperti  yang dialami
	penduduk Mekah dan  menjadi  api  fitnah  yang  akan  membakar
	seluruh jazirah Arab.
	
	Akan  tetapi  propaganda  begini  tidak dapat berdiri sendiri,
	juga tidak dapat melawan  penerangan  yang  mempesonakan  yang
	sudah  dipercayai  orang  itu.  Kalau memanglah kebenaran yang
	dibawa oleh penerangan yang  mempesonakan  itu,  apa  salahnya
	orang mempercayainya? Adakah bila sewaktu-waktu orang mengakui
	kelemahannya  dan  menyatakan  perlawanannya  merupakan  suatu
	propaganda yang ampuh? Di samping propaganda itu Quraisy harus
	punya propaganda lain lagi. Untuk propaganda itu Quraisy  akan
	mendapatkannya  pada Nadzr b. Harith. Manusia Nadzr ini adalah
	setannya  Quraisy,  orang  yang  pernah  pergi  ke  Hira   dan
	mempelajari   cerita   raja-raja  Persia,  peraturan-peraturan
	agamanya,  ajaran-ajarannya  tentang  kebaikan  dan  kejahatan
	serta  tentang  asal-usul  alam  semesta.  Setiap  dalam suatu
	pertemuan  Muhammad  mengajak  orang   kepada   Allah,   serta
	memperingatkan mereka tentang akibat-akibat yang telah menimpa
	bangsa-bangsa sebelumnya  yang  menentang  peribadatan  kepada
	Allah,  ia  lalu  datang  menggantikan  tempat  Muhammad dalam
	pertemuan itu. Maka berceritalah  ia  kepada  Quraisy  tentang
	sejarah  dan  agamanya, lalu katanya: Dengan cara apa Muhammad
	membawakan  ceritanya  lebih  baik  daripada   aku?   Bukankah
	Muhammad  membacakan  cerita-cerita  orang dahulu seperti yang
	kubacakan juga? Quraisypun lalu menyebarkan kisah-kisah  Nadzr
	itu  dengan  jalan  bercerita  lagi  sebagai  propaganda  atas
	peringatan dan ajakan Muhammad kepada mereka itu.
	
	Dalam pada itu di Marwa  Muhammad  sering  duduk-duduk  dengan
	seorang  budak  Nasrani  yang  konon bernama Jabr. Orang-orang
	Quraisy menuduh, bahwa sebagian besar apa yang dibawa Muhammad
	itu,  Jabr inilah yang mengajarnya. Apabila ada orang yang mau
	meninggalkan kepercayaan nenek-moyangnya, maka  agama  Nasrani
	inilah   yang   lebih  utama.  Jadi  tuduhan  inilah  yang  di
	desas-desuskan oleh Quraisy. Untuk itulah datang Firman Tuhan:
	
	"Kami  sungguh   mengetahui   bahwa   mereka   berkata;   yang
	mengajarkan  itu  adalah  seorang  manusia.  Bahasa orang yang
	mereka tuduhkan itu bahasa asing,  sedang  ini  adalah  bahasa
	Arab yang jelas sekali." (Qur'an: 16: 103)
	
	Dengan   propaganda   semacam   itu  dan  sebangsanya  Quraisy
	memerangi  Muhammad  lagi  dengan  harapan  akan  lebih  ampuh
	daripada  gangguan  yang  dialaminya  dan siksaan yang dialami
	pengikut-pengikutnya.  Akan  tetapi  kuatnya  kebenaran  dalam
	bentuk yang jelas dan sederhana yang dilukiskan melalui ucapan
	Muhammad, lebih tinggi dari yang mereka katakan. Makin  sehari
	makin  tersebar  juga itu di kalangan orang-orang Arab. Tufail
	b. 'Amr ad-Dausi, seorang bangsawan dan  penyair  cendikiawan,
	ketika  datang  di  Mekah segera dihubungi oleh Quraisy dengan
	memperingatkannya  dari   Muhammad   dan   kata-katanya   yang
	mempesonakan  itu,  yang  hendak  memecah-belah  orang  dengan
	keluarganya, bahkan  dengan  dirinya  sendiri.  Mereka  kuatir
	kalau  peristiwa  seperti  Mekah itu akan menimpa mereka juga.
	Jadi sebaiknya jangan mengajak  dan  jangan  mendengarkan  dia
	bicara.
	
	Hari  itu  Tufail  pergi  ke  Ka'bah. Muhammad sedang di sana.
	Ketika  ia  mendengarkan  kata-kata  Muhammad,  ternyata   itu
	kata-kata  yang  baik  sekali.  "Biar  aku  mati,  aku seorang
	cendekiawan, penyair," katanya dalam hati. "Aku dapat mengenal
	mana  yang  baik  dan mana pula yang buruk. Apa salahnya kalau
	aku mendengarkan sendiri apa yang akan  dikatakan  orang  itu!
	Jika   ternyata   baik   akan   kuterima,   kalau  buruk  akan
	kutinggalkan."
	
	Diikutinya Muhammad sampai di  rumah.  Lalu  dikatakannya  apa
	yang  terlintas  dalam  hatinya itu. Muhammad menawarkan Islam
	kepadanya dan  dibacakannya  ayat-ayat  Quran.  Laki-laki  itu
	segera  menerima  Islam dan dinyatakannya kebenaran itu dengan
	mengucapkan kalimat Syahadat.
	
	                                    			Next >>>
 
	---------------------------------------------
	S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
	oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
	diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
	Penerbit PUSTAKA JAYA
	Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
	Cetakan Kelima, 1980
 
	Seri PUSTAKA ISLAM No.1