BAGIAN KEDUAPULUH EMPAT: PEMBEBASAN MEKAH (3/3)
Muhammad Husain Haekal
Tetapi Muhammad, tetapi Nabi, tetapi Rasulullah, bukanlah
manusia yang mengenal permusuhan, atau yang akan membangkitkan
permusuhan di kalangan umat manusia! Dia bukan seorang tiran,
bukan mau menunjukkan sebagai orang yang berkuasa. Tuhan telah
memberi keringanan kepadanya dalam menghadapi musuh, dan dalam
kemampuannya itu ia memberi pengampunan. Dengan itu, kepada
seluruh dunia dan semua generasi ia telah memberi teladan
tentang kebaikan dan keteguhan menepati janji, tentang
kebebasan jiwa yang belum pernah dicapai oleh siapa pun!
Apabila Muhammad kemudian memasuki Ka'bah, dilihatnya
dinding-dinding Ka'bah sudah penuh dilukis dengan
gambar-gambar malaikat dan para nabi. Dilihatnya lbrahim yang
dilukiskan sedang memegang azlam6 yang diperundikan,
dilihatnya sebuah patung burung dara dari kayu. Dihancurkannya
patung itu dengan tangannya sendiri dan dicampakkannya ke
tanah. Ketika melihat gambar Ibrahim agak lama Muhammad
memandangnya, lalu katanya: Mudah-mudahan Tuhan membinasakan
mereka! Orang tua kita digambarkan mengundi dengan azlam! Apa
hubungannya Ibrahim dengan azlam'? Ibrahim bukan orang Yahudi,
juga bukan orang Nasrani. Tetapi ia adalah seorang hanif (yang
murni imannya), yang menyerahkan diri kepada Allah dan bukan
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Sedang
malaikat-malaikat yang dilukiskan sebagai wanita-wanita
cantik, gambar-gambar itu oleh Muhammad disangkal samasekali,
sebab malaikat-malaikat itu bukan laki-laki dan bukan
perempuan. Lalu diperintahkannya supaya gambar-gambar itu
dihancurkan. Berhala-berhala sekeliling Ka'bah yang disembah
oleh Quraisy selain Allah, telah dilekatkan dengan timah di
sekeliling Ka'bah. Demikian juga berhala Hubal yang berada
didalamnya. Dengan tongkat di tangan Muhammad menunjuk kepada
berhala-berhala itu semua seraya berkata:
"Dan katakanlah : yang benar itu sudah datang, dan yang palsu
segera menghilang; sebab kepalsuan itu pasti akan lenyap."
(Qur'an, 17: 81)
Berhala-berhala itu kemudian disungkurkan dan dengan demikian
Rumah Suci itu dapat dibersihkan. Pada hari pertama
dibebaskannya mereka itu, Muhammad telah dapat menyelesaikan
apa yang dianjurkannya sejak duapuluh tahun itu, dan yang
telah ditentang oleh Mekah dengan mati-matian. Dihancurkannya
berhala-berhala dan dihapuskannya paganisma dalam Rumah Suci
itu disaksikan oleh Quraisy sendiri. Mereka melihat
berhala-berhala yang mereka sembah dan disembah oleh
nenek-moyang mereka itu samasekali tidak dapat memberi
kebaikan atau bahaya buat mereka sendiri.
Pihak Anshar dari Medinah telah menyaksikan semua kejadian
itu. Mereka melihat Muhammad yang berdoa di atas gunung Shafa.
Terbayang oleh mereka sekarang bahwa ia pasti akan
meninggalkan Medinah dan kembali ke tempat tumpah darahnya
semula yang kini telah dibukakan Tuhan. Mereka berkata satu
sama lain: "Menurut pendapat kamu, adakah Rasulullah s.a.w.
akan menetap di negerinya sendiri?" Mungkin kekuatiran mereka
itu beralasan sekali. Ini adalah Rasulullah, dan di Mekah ini
Rumah Suci Baitullah dan di Mekah ini pula Mesjid Suci.
Tetapi setelah selesai berdoa Muhammad bertanya kepada mereka:
Apa yang mereka katakan itu. Setelah diketahuinya akan
kekuatiran mereka yang mereka sampaikan dengan agak maju
mundur itu, ia berkata: "Berlindunglah kita kepada Allah!
Hidup dan matiku akan bersama kamu." Dengan itu ia telah
memberikan teladan kepada orang tentang keteguhannya memegang
janji pada Ikrar 'Aqaba serta kesetiannya kepada
sahabat-sahabatnya yang seiring sepenanggungan di kala
menderita, teladan yang takkan dapat dilupakan, baik oleh
tanah air, oleh penduduk atau pun oleh Mekah sebagai Tanah
Suci.
***
Setelah berhala-berhala itu dibersihkan dari Ka'bah, Nabi
menyuruh Bilal menyerukan azan dari atas Ka'bah. Sesudah itu
orang melakukan sembahyang bersama dan Muhammad sebagai imam.
Sejak saat itu, sampai masa kita sekarang ini, selama
empatbelas abad, tiada pernah terputus Bilal dan
pengganti-pengganti Bilal terus menyerukan azan, lima kali
setiap hari, dari atas mesjid Mekah. Sejak saat itu, selama
empatbelas abad sudah, kaum Muslimin menunaikan kewajiban
salat kepada Allah dan selawat kepada Rasul, dengan
menghadapkan wajah, kalbu dan seluruh pikiran kepada Allah
semata, dengan menghadap Rumah Suci ini, yang pada hari
pembebasannya itu oleh Muhammad telah dibersihkan dari
patung-patung dan berhala-berhala.
Atas apa yang telah terjadi itu baru sekarang Quraisy mau
menerima, dan mereka pun sudah yakin pula akan pengampunan
yang telah diberikan Muhammad kepada mereka. Mereka melihat
Muhammad dan Muslimin yang ada di sekitarnya sekarang dengan
mata penuh takjub bercampur cemas dan hati-hati sekali. Namun
sungguhpun begitu ada sekelompok manusia terdiri dari
tujuhbelas orang, oleh Muhammad telah dikecualikan dari
pengampunannya itu. Sejak ia memasuki Mekah, sudah dikeluarkan
perintah supaya mereka itu, golongan laki-lakinya dibunuh,
meskipun mereka sudah berlindung ke tirai Ka'bah. Diantara
mereka itu ada yang bersembunyi dan ada pula yang sudah lari.
Keputusan Muhammad supaya mereka dibunuh bukan didorong oleh
rasa dengki atau karena marah kepada mereka, melainkan karena
kejahatan-kejahatan besar yang mereka lakukan. Ia tidak pernah
mengenal rasa dengki. Diantara mereka itu terdapat Abdullah b.
Abi's-Sarh, orang yang dulu sudah masuk Islam dan menuliskan
wahyu, kemudian berbalik murtad menjadi musyrik di pihak
Quraisy dengan menggembor-gemborkan bahwa dia telah memalsukan
wahyu itu waktu ia menuliskannya. Juga Abdullah b. Khatal,
yang dulu sudah masuk Islam kemudian sesudah ia membunuh salah
seorang bekas budak ia berbalik menjadi musyrik dan menyuruh
kedua budaknya yang perempuan - Fartana dan temannya -
menyanyi-nyanyi mengejek Muhammad. Dia dan kedua orang itu
juga dijatuhi hukuman mati. Di samping itu 'Ikrimah b. Abi
Jahl, orang yang paling keras memusuhi Muhammad dan kaum
Muslimin dan sampai waktu Khalid bin'l-Walid datang memasuki
Mekah dari jurusan bawah itu pun tiada henti-hentinya ia
mengadakan permusuhan.
Sesudah memasuki Mekah pun Muhammad sudah mengeluarkan
perintah jangan sampai ada pertumpahan darah dan jangan ada
seorang pun yang dibunuh, kecuali kelompok itu saja. Oleh
karena itu, mereka suami isteri lalu menyembunyikan diri, ada
pula yang lari. Tetapi setelah keadaan kembali aman dan
tenteram, dan orang melihat betapa Rasulullah berlapang dada
dan memberikan pengampunan yang begitu besar kepada mereka,
ada beberapa orang sahabat yang minta supaya mereka yang sudah
dijatuhi hukuman mati itu juga diberi pengampunan. Usman bin
'Affan - yang masih saudara susuan dengan Abdullah b.
Abi's-Sarh - juga datang kepada Nabi, memintakan jaminan
pengampunan. Seketika lamanya Nabi diam. Kemudian katanya:
"Ya" Dan dia pun diampuni. Sedang Umm Hakim (bint'l-Harith b.
Hisyam) telah pula memintakan kepada Muhammad jaminan
pengampuhan buat suaminya, 'Ikrima b. Abi Jahl yang telah lari
ke Yaman. Dia ini pun diampuni. Wanita itu kemudian pergi
menyusul suaminya dan dibawanya kembali menghadap Nabi.
Demikian juga Muhammad telah memaafkan Shafwan b. Umayya,
orang yang telah menemani 'Ikrima lari ke jurusan laut dengan
tujuan hendak ke Yaman. Kedua orang itu dibawa kembali tatkala
perahu yang hendak membawa mereka sudah siap akan berangkat.
Juga Hindun, isteri Abu Sufyan, yang telah mengunyah hati
Hamzah - paman Rasul sesudah gugur dalam perang Uhud - telah
dimaafkan, disamping orang-orang lain yang tadinya sudah
dihukum mati, semuanya dimaafkan. Yang dibunuh hanya empat,
yaitu Huwairith yang telah menggangu Zainab puteri Nabi
sepulangnya dari Mekah ke Medinah, serta dua orang yang sudah
masuk Islam lalu melakukan kejahatan dengan mengadakan
pembunuhan di Medinah dan kemudian melarikan diri ke Mekah
berbalik meninggalkan agamanya menjadi musyrik dan dua orang
budak perempuan Ibn Khatal, yang selalu mengganggu Nabi dengan
nyanyian-nyanyiannya. Yang seorang dari mereka ini lari, dan
yang seorang lagi diberi pengampunan.
Keesokan harinya setelah hari pembebasan itu ada seseorang
dari pihak Hudhail yang masih musyrik oleh Khuza'a dibunuh.
Nabi marah sekali karena perbuatan itu, dan dalam khotbahnya
di hadapan orang banyak ia berkata:
"Wahai manusia sekalian! Allah telah menjadikan Mekah ini
tanah suci sejak Ia menciptakan langit dan bumi. Ia suci sejak
pertama, kedua dan ketiga, sampai hari kiamat. Oleh karena
itu, orang yang beriman kepada Allah dan kepada Hari Kemudian
tidak dibenarkan mengadakan pertumpahan darah atau menebang
pohon di tempat ini. Tidak dibenarkan kepada siapa pun sebelum
aku, dan tidak dibenarkan kepada siapa pun sesudah aku ini.
Juga aku pun tidak dibenarkan marah kepada penghuni daerah ini
hanya untuk saat ini saja, kemudian ia kembali dihormati
seperti sebelum itu. Hendaklah kamu yang hadir ini
memberitahukan kepada yang tidak hadir. Kalau ada orang yang
mengatakan kepadamu bahwa Rasulullah telah berperang di tempat
ini, katakanlah bahwa Allah telah membolehkan hal itu kepada
RasulNya, tapi tidak kepada kamu sekalian, wahai orang-orang
Khuza'a! Lepaskanlah tangan kamu dari pembunuhan, sebab sudah
terlalu banyak; itu pun kalau ada gunanya. Kalau kamu sudah
membunuh orang, tentu aku juga yang akan menebusnya.
Barangsiapa ada yang dibunuh sesudah ucapanku ini; maka
keluarganya dapat memilih satu dari dua pertimbangan ini:
kalau mereka mau, dapat menuntut darah pembunuhnya; atau
dengan jalan diat."
Sesudah itu kemudian ia mendiat (memampas) keluarga orang yang
dibunuh oleh Khuza'a itu. Dengan khotbah itu serta sikapnya
yang begitu lapang dada dan suka memaafkan, hati penduduk
telah begitu tertarik kepada Muhammad yang tadinya di luar
dugaan mereka. Dengan demikian pula orang telah beramai-ramai
masuk Islam.
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Kemudian setiap
berhala dalam rumahnya hendaknya dihancurkan," demikian
kemudian suara orang menyerukan.
Kemudian dikirimnya serombongan orang dari Khuza'a untuk
memperbaiki tiang-tiang sekitar Tanah Suci itu, suatu hal yang
menunjukkan betapa besar penduduk Mekah itu menghormati tempat
ini, dan yang menambah pula kecintaan mereka kepadanya.
Setelah diberitahukan bahwa mereka adalah masyarakat yang
patut dicintai dan bahwa ia tidak akan membiarkan atau
meninggalkan mereka, kalau tidak karena mereka yang
mengusirnya, kecintaan mereka terasa makin besar kepadanya.
Ketika itu Abu Bakr datang membawa ayahnya - yang dulu pernah
mendaki gunung Abu Qubais waktu ada pasukan berkuda - ke
hadapan Nabi. Melihat orang itu Muhammad berkata:
"Kenapa orang tua ini tidak tinggal saja di rumah; biar saya
yang datang kesana."
"Rasulullah," kata Abu Bakr, "sudah pada tempatnya dia yang
datang kepadamu daripada engkau yang mendatanginya."
Orang tua itu oleh Nabi dipersilakan duduk dan dielus-elusnya
dadanya; kemudian katanya:
"Sudilah menerima Islam."
Kemudian ia pun menyatakan diri masuk Islam dan menjadi orang
Islam yang baik. Akhlak Nabi yang tinggi dan cemerlang inilah
yang banyak menawan hati bangsa itu. Bangsa yang tadinya
begitu keras melawan Muhammad, sekarang mereka sangat
mencintai dan menghormatinya. Kini orang-orang Quraisy itu,
laki-laki dan perempuan, sudah menerima Islam dan sudah pula
memberikan ikrarnya.
Limabelas hari Muhammad tinggal di Mekah. Selama itu pula
keadaan Mekah dibangunnya dan penduduk diajarnya mendalami
hukum agama. Dan selama itu pula regu-regu dakwah dikirimkan
untuk mengajarkan Islam, bukan untuk berperang, dan untuk
menghancurkan berhala-berhala tanpa pertumpahan darah. Khalid
bin'l-Walid waktu itu sudah berangkat ke Nakhla untuk
menghancurkan 'Uzza - berhala Banu Syaiban. Tetapi setelah
berhala itu dihancurkan dan Khalid berada di Jadhima, begitu
mereka melihatnya, mereka pun segera mengangkat senjata. Oleh
Khalid mereka diminta supaya meletakkan senjata, orang semua
sudah masuk Islam. Salah seorang dari Banu Jadhima berkata
kepada golongannya: "Hai Banu Jadhima! Celaka kamu! Itu
Khalid. Sesudah perletakan senjata tentu kita ditawan dan
sesudah penawanan potong leher."
Tetapi golongannya itu menjawab:
"Maksudmu kita akan menumpahkan darah kita? Orang semua sudah
masuk Islam, perang sudah tidak ada, orang sudah aman."
Sesudah itu terjadi perletakan senjata. Ketika itulah dengan
perintah Khalid mereka dibelenggu, kemudian dibawai pedang dan
sebagian mereka ada yang dibunuh.
Apabila kemudian berita itu sampai kepada Nabi ia mengangkat
tangan ke langit seraya berdoa:
"Allahumma ya Allah! Aku bermohon kepadaMu lepas tangan dari
apa yang telah diperbuat oleh Khalid bin'l-Walid itu."
Sesudah itu Ali b. Abi Talib yang diutus dengan pesan:
"Pergilah kepada mereka dan lihat bagaimana keadaan mereka.
Cara-cara jahiliah harus kauletakkan di bawah telapak kakimu."
Ali segera berangkat dengan membawa harta yang oleh Nabi
diserahkan kepadanya. Sesampainya di tempat itu diat dan
pampasan sebagai tebusan darah dan harta-benda yang telah
dirusak, diserahkan kepada mereka, sehingga semua tebusan
darah dan pampasan harta-benda itu selesai dilaksanakan.
Sedang uang selebihnya yang diserahkan Rasulullah kepadanya
itu, semua diserahkan juga kepada mereka, untuk menjaga maksud
Rasulullah, kalau-kalau ada yang belum diketahuinya.
Dalam waktu dua minggu selama Muhammad tinggal di Mekah semua
jejak paganisma sudah dapat dibersihkan. Jabatan dalam Rumah
Suci yang sudah pindah kepada Islam sampai pada waktu itu
ialah kunci Ka'bah, yang oleh Nabi diserahkan kepada Uthman b.
Talha dan sesudah dia kepada anak-anaknya, yang tidak boleh
berpindah tangan, dan barangsiapa mengambilnya orang itu
aniaya adanya. Sedang pengurusan Air Zamzam pada musim haji di
tangan pamannya Abbas.
Dengan demikian seluruh Mekah sudah beriman, panji dan menara
tauhid sudah menjulang tinggi dan selama berabad-abad dunia
sudah pula disinari cahayanya yang berkilauan.
Catatan kaki:
1 Sejauh empat farsakh dan Mekah.
2 Beberapa penulis sejarah Nabi berpendapat, bahwa
Abbas menemui pasukan itu di Rabiqh. Yang lain
mengatakan, bahwa ia pergi ke Medinah sebelum ada
keputusan membebaskan Mekah. kemudian ia berangkat
bersama-sama pasukan pembebas itu. Tetapi banyak orang
membantah sumber ini dan diduga itu dibuat untuk
menyenangkan hati dinasti Abbasiya, yang penulisannya
pertama dilakukan pada masa mereka. Alasan ini mereka
perkuat bahwa Abbas - yang membela saudara sepupunya
selama di Mekah itu - tidak juga menganut agamanya,
sebab Abbas adalah seorang pedagang dan juga
menjalankan riba, dikuatirkan Islam akan mengganggu
perdagangannya. Ditambah lagi, bahwa dialah orang
pertama yang akan dijumpai oleh Abu Sufyan untuk diajak
bicara mengenai perpanjangan perjanjian Hudaibiya,
mengingat ia belum seberapa lama meninggalkan Mekah.
3 Sebangsa keledai, turunan kuda dengan keledai. Di
sini baghla, bagal betina (A).
4 Lihat halaman 326.
5 Asalnya: mihjan sebatang tongkat yang hulunya
berkeluk.
6 Al-azlam (jamak zalam dan zulam) yaitu qid-h (atau
anak panah tanpa kepala dan bulu) suatu kebiasaan yang
berlaku pada zaman jahiliah. Pada anak panah itu
tertulis kata perintah dan larangan: "kerjakan!" dan
"Jangan dikerjakan!" Benda itu dimasukkan orang ke
dalam sebuah tabung. Apabila orang hendak melakukan
perjalanan, perkawinan atau sesuatu yang penting
lainnya, ia memasukkan tangannya kedalam tabung itu
setelah diperkenankan dan dikocok, dan sebuah zalam
dicabutnya. Kalau yang keluar berisi "perintah" ia
boleh terus melaksanakan; kalau yang keluar berisi
"larangan" ia harus membatalkan maksudnya. Mengundi
dengan anak panah ini ialah guna mengetahui baik
buruknya nasib seseorang.
---------------------------------------------
S E J A R A H H I D U P M U H A M M A D
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima, 1980
Seri PUSTAKA ISLAM No.1
|