Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

oleh Muhammad Husain Haekal

 [ Index | Bag. 1 | Bag. 2 | Bag. 3 | Bag. 4 | Bag. 5 | Bag. 6 ]

		                          PRAKATA                      (6/6)
	KONSULTASI YANG TEPAT
 
	Setelah  agak jauh saya mengadakan penyelidikan, tampak oleh
	saya   adanya  konsultasi   yang  tepat  sekali  disampaikan
	kepada  saya  dari  beberapa pihak, lebih-lebih lagi -dengan
	sendirinya- dari kalangan guru-guru besar dan  pemuka-pemuka
	agama.  Dan  bantuan  paling  besar  saya  terima ialah dari
	Perpustakaan (Nasional) Mesir dan para pejabatnya yang telah
	mengulurkan  tangan  memberikan bermacam-macam bantuan, yang
	sebagai   penghargaan   tidak   cukuplah   rasanya    ucapan
	terimakasih   saya  ini.  Memadai  juga  kiranya  bila  saya
	sebutkan, bahwa Tuan 'Abd'r-Rahim  Mahmud,  Korektor  bagian
	Lektur pada Perpustakaan, tidak jarang pula membebaskan saya
	dari harus pergi sendiri ke perpustakaan  serta  meminjamkan
	buku-buku  yang  saya  kehendaki disertai sikap ramah-tamah,
	baik oleh Direktur atau pejabat-pejabat tinggi lainnya  yang
	bertugas.  Juga  perlu saya sebutkan, bahwa setiap kali saya
	mengunjungi perpustakaan itu sehubungan dengan  penyelidikan
	yang  perlu  saya lakukan, selalu saya menerima layanan yang
	begitu baik sekali, baik dari pejabat  tinggi  atau  pejabat
	ba'vahan,  baik  yang saya kenal atau yang tidak saya kenal.
	Dalam hal saya kadang terbentur pada beberapa masalah,  maka
	datanglah  kawan-kawan  itu membukakan jalan, sehingga tidak
	jarang hal ini merupakan  bantuan  yang  besar  sekali  bagi
	sayaa  Sering  juga  saya  jumpai  bantuan demikian itu dari
	Syaikh Muhammad Mustafa al-Maraghi,  Rektor  Al-Azhar,  dari
	sahabat   karib   saya   Ja'far  (Pasya)  Wali,  yang  telah
	meminjamkan beberapa buah buku kepada  saya  seperti  Shahih
	Muslim  dan  buku-buku sejarah tentang Mekah. Ditunjukkannya
	pula beberapa masalah, diantarkannya  saya  ke  tempat  yang
	saya  perlukan.  Demikian  juga  sahabat saya Makram 'Obaid,
	telah  meminjamkan  buku  Sir  William  Muir,  The  Life  of
	Mohammad8,  buku  Lammens,  L'Islam,  di samping pertolongan
	yang saya peroleh dari karya-karya kontemporer  yang  sangat
	berharga    seperti    Fajr'l-lslam    oleh    Ahmad   Amin,
	Qishah'l-Anbia'    oleh     'Abd'l     Wahhab     an-Najjar,
	Fil-Adab'l-Jahili   oleh   Dr.  Taha  Husain,  Al  Yahud  fi
	Bilad'l-'Arab oleh Israel Wilfinson. Selain itu banyak  lagi
	buku-buku  lain  oleh  penulis-penulis kontemporer yang saya
	sebutkan dalam bibliografi buku-buku  lama  dan  baru,  yang
	saya pergunakan dalam menyiapkan buku ini.

	DALAM BATAS-BATAS BIOGRAFI, TIDAK LEBIH
 
	Setiap  saya  mengadakan  penyelidikan  demikian  ini  lebih
	dalam, ternyata ada beberapa problema  di  depan  saya  yang
	perlu dipikirkan lagi dan diselidiki lebih lanjut guna dapat
	mengatasinya. Seperti  buku-buku  sejarah  dan  tafsir  yang
	telah   memberikan   petunjuk   kepada   saya  dengan  cukup
	memuaskan,  demikian  juga  halnya  dengan  buku-buku   para
	Orientalis. Akan tetapi dalam menghadapi masalah-masalah itu
	tampaknya terpaksa saya harus  membatasi  diri  hanya  dalam
	menyelidiki kehidupan Muhammad saja, dengan tidak mengurangi
	persoalan-persoalan lain yang kiranya ada hubungannya dengan
	penyelidikan  ini. Kalau saya mau menyelidiki segala sesuatu
	yang berhubungan dengan  sejarah  hidup  orang  yang  begitu
	besar dan cemerlang ini, tentu diperlukan penulisan beberapa
	jilid  dalam  ukuran  seperti  buku  ini.  Baik  juga   saya
	sebutkan,  bahwa Caussin de Perceval menulis tiga jilid buku
	dengan judul Essai sur l'Histoir des Arabes,  jilid  pertama
	dan  kedua  mengenai  sejarah  dan kehidupan kabilah-kabilah
	Arab,  jilid  ketiga  tentang   Muhammad   dan   dua   orang
	Khalifahnya,  Abu  Bakr  dan Umar. Demikian juga Tabaqat Ibn
	Sa'd yang terdiri  dari  beberapa  jilid,  jilid  pertamanya
	khusus  tentang  kehidupan  Muhammad, sedang yang selebihnya
	mengenai kehidupan para Sahabatnya.
 
	Dalam mengadakan penyelidikan ini pada mulanya memang  tidak
	saya  maksudkan  hendak  melampaui  batas  sejarah kehidupan
	Muhammad,  sebab  saya  tidak  ingin  membiarkan  ini  nanti
	menjadi  kacau,  sehingga  akan  menyimpang dari tujuan yang
	saya maksud.
 
	Hal lain yang menahan saya hanya  pada  batas-batas  sejarah
	hidup ini, ialah karena indahnya dan besarnya peristiwa itu,
	sehingga  yang  lainpun  rasanya  akan  tertutup  karenanya.
	Alangkah besarnya Abu Bakr! Alangkah besarnya Umar! Keduanya
	dalam masa Khilafat mereka  masing-masing  merupakan  cahaya
	bintang   sehingga  yang  lain  tertutup  karenanya.  Betapa
	besarnya sahabat-sahabat dahulu  itu  mendampingi  Muhammad,
	dibuktikan  oleh  generasi  demi  generasi dan yang kemudian
	menjadi kebanggaan generasi itu!
 
	Akan tetapi - selama masa hidup Nabi -  mereka  semua  masih
	dapat   bernaung   di  bawah  kebesarannya,  masih  mendapat
	percikan sinarnya.
 
	Bagi orang yang menyelidiki sejarah hidup Rasul, tidak mudah
	akan dapat meninggalkan hal itu untuk berpindah ke soal yang
	lain. Hal ini terasa sekali apabila pembahasan demikian  ini
	didasarkan kepada metoda ilmiah yang baru, seperti yang akan
	saya coba ini; yang dengan metoda itu pula justru kelak akan
	terlihat   kebesaran   Muhammad,  kebesaran  yang  sekaligus
	menguasai pikiran, hati nurani  dan  perasaan  manusia,  dan
	menanamkan  rasa hormat karenanya, hormat dan percaya betapa
	kuatnya kebesaran itu, yang dalam hal ini baik  bagi  Muslim
	atau non-Muslim tidakkan berbeda pendapat.

	PENYELIDIKAN BERGUNA BAGI SELURUH UMAT MANUSIA
 
	Kalau kita ke sampingkan mereka yang masih fanatik dan keras
	kepala, yang  dalam  merendahkan  kebesaran  Muhammad  sudah
	menjadi  kebiasaan  mereka, seperti yang dilakukan oleh kaum
	misi  penginjil  dan  sebangsanya,  maka  rasa  hormat  akan
	kebesaran  dan  percaya akan kuatnya kebesaran itu akan kita
	baca   jelas   sekali   dalam   buku-buku    sarjana-sarjana
	Orientalis.   Dalam   Heroes   and   Hero  Worship,  Carlyle
	membicarakan satu pasal tentang Muhammad yang digambarkannya
	sebagai percikan sinar Ilahi yang kudus yang telah diberikan
	kepadanya, kemudian dilukiskannya rasa hormat atas kebesaran
	yang  luarbiasa kuatnya itu. Demikian juga Irving, Sprenger,
	Weil   dan   Orientalis   lainnya,    masing-masing    dapat
	menggambarkan  kebesaran  Muhammad  dengan  cara  yang  kuat
	sekali. Apabila salah seorang di antara  mereka  itu,  dalam
	memasuki   beberapa   masalah  masih  menganggap  ada  suatu
	kekurangan pada diri pembawa risalah Islam itu,  maka  tidak
	lain  itu  hanya  karena  mereka  belum  lagi mengujinya dan
	meneliti secara  ilmiah  yang  lebih  saksama,  atau  karena
	mereka berpegang pada beberapa buku sejarah atau tafsir yang
	masih diragukan kebenaran sumbernya, dengan melupakan  bahwa
	buku-buku  biografi  yang pertama itu baru dua abad kemudian
	sesudah    masa    Muhammad    ditulis     orang,     dengan
	menyelip-nyelipkan,   -baik   dalam   sejarah   atau   dalam
	ajaran-ajarannya,- Israiliat (dongeng-dongeng  Judaica)  dan
	ribuan  hadis-hadis  palsu.  Meskipun  kaum  Orientalis  itu
	mengakui kenyataan ini,  namun  mereka  tidak  mau  mengakui
	kelalaiannya  sendiri  untuk  dapat  menentukan sesuatu yang
	dianggapnya benar itu;  padahal  dengan  sedikit  penelitian
	saja  sudah  akan  dapat ditolak. Di antaranya soal gharaniq
	misalnya,  soal  Zaid  dan  Zainab,  soal  perkawinan   atau
	isteri-isteri Nabi, yang justru akan menjadi bahan pengujian
	dan penelitian dalam buku ini.
 
	Sungguhpun begitu saya tidak beranggapan  bahwa  saya  sudah
	sampai  ke  tujuan  terakhir dalam menyelidiki sejarah hidup
	Muhammad. Bahkan  barangkali  akan  lebih  tepat  bila  saya
	katakan,  bahwa  saya  baru dalam taraf permulaan mengadakan
	penyelidikan dengan  metoda  ilmiah  yang  baru  ini,  dalam
	bahasa  Arab.  Segala daya upaya yang saya gunakan dalam hal
	ini tidak lepas dari, bahwa buku ini  baru  merupakan  taraf
	permulaan  dalam  penyelidikan  Islam  dari  segi ilmiahnya.
	Bilamana sudah ada  sarjana-sarjana  dan  ahli-ahli  sejarah
	yang   mengkhususkan   diri  menyelidiki  salah  satu  kurun
	(perioda)  dalam  sejarah  -  seperti  Aulard9  yang  khusus
	menyelidiki  sejarah revolusi Perancisl dan beberapa sarjana
	lain yang juga menyelidiki masa-masa tertentu dalam  sejarah
	pelbagai bangsa     maka  patut  sekali  bila  atas biografi
	Muhammad ini secara khusus juga diadakan penyelidikan ilmiah
	yang menyeluruh, yang dapat dilakukan oleh kaum cendekiawan,
	yang khusus pula dalam bidangnya masing-masing. Tidak sangsi
	lagi  saya, bahwa pengkhususan dan penyelidikan ilmiah untuk
	waktu yang begitu singkat dalam  sejarah  tanah  Arab  serta
	hubungannya  dengan  aneka  macam bangsa waktu itu, hasilnya
	akan berguna sekali, bukan saja bagi Islam dan  umat  Islam,
	tetapi  juga  untuk  seluruh  dunia. Dari segi psikologi dan
	kehidupan rohani hal ini akan merupakan masalah yang berguna
	sekali  bagi  ilmu  pengetahuan,  di samping penerangan yang
	akan diperoleh dari segi-segi kehidupan  sosial,  etika  dan
	hukum.  Dalam  menghadapi masalah ini ilmu pengetahuan masih
	saja maju-mundur,  terpengaruh  oleh  pertentangan  agama  -
	Islam  dan  Kristen  - serta adanya usaha-usaha yang sia-sia
	hendak melakukan  westernisasi  terhadap  orang  Timur  atau
	kristenisasi  terhadap  kaum  Muslimin, suatu hal yang telah
	menghasilkan  kegagalan   dan   kekecewaan   generasi   demi
	generasi,  dan  di mana-mana telah menimbulkan pengaruh yang
	buruk dalam hubungan umat manusia satu sama lain.
 
	Dengan melihat lebih jauh dari semua itu  saya  berpendapat,
	bahwa    penyelidikan   demikian   sudah   seharusnya   akan
	mengantarkan umat manusia ke  jalan  peradaban  modern  yang
	selama  ini dicarinya. Apabila pihak Nasrani di Barat merasa
	terlalu besar akan mendapatkan cahaya baru  itu  dari  Islam
	dan  dari  Rasulnya,  lalu menantikan cahaya itu akan datang
	dari teosofi India dan dari pelbagai macam aliran Timur Jauh
	lainnya,  maka orang-orang di Timur, baik umat Islam, Yahudi
	atau Kristen, sudah  layak  sekali  mengadakan  penyelidikan
	berharga  ini  dengan  sikap  yang  bersih dan jujur - yakni
	satu-satunya cara yang akan mencapai kebenaran.
 
	Cara pemikiran Islam -yang pada  dasarnya  adalah  pemikiran
	ilmiah  menurut  metoda modern dalam hubungan manusia dengan
	lingkungan hidup sekitarnya, yang dari  segi  ini  realistik
	sekali   berubah  menjadi  pemikiran  yang  subyektif,  yang
	bersifat pribadi, ketika masalahnya menjadi hubungan manusia
	dengan alam semesta dan Pencipta alam.
 
	Dengan   demikian,   dari  segi  psikologi  dan  kerohanian,
	timbullah pengaruh-pengaruh,  yang  di  dalam  menghadapinya
	ilmu   pengetahuan   sendiri  jadi  kebingungan,  tak  dapat
	mengiakan atau meniadakannya. Dengan demikian ia lalu  tidak
	menganggapnya sebagai kenyataan-kenyataan ilmiah. Sungguhpun
	begitu kenyataan ini menjadi sendi kebahagiaan hidup manusia
	dan  merupakan  unsur formatif dalam tingkah-lakunya. Apakah
	hidup itu? Apa pula hubungan  manusia  dengan  alam  semesta
	ini?   Apa   yang   menggairahkan   hidupnya.   Apakah  arti
	kepercayaan bersama, yang memberikan  kekuatan  moril  dalam
	masyarakat,  yang  dengan  lemahnya kepercayaan bersama itu,
	masyarakatpun akan turut pula menjadi  lemah?  Apakah  wujud
	itu?  Dan  apa  pula kesatuan wujud itu? Bagaimana kedudukan
	manusia dalam kesunyian dan eksistensinya?
 
	Masalah-masalah  demikian  ini  berada  di  bawah  kekuasaan
	logika  abstraksi  yang sudah mempunyai bahan literatur yang
	begitu  berlimpah-limpah  banyaknya.  Akan   tetapi,   dalam
	menyampaikan  manusia  kepada  kebahagiaannya,  pemecahannya
	akan  lebih  dekat  kita   peroleh   dalam   kehidupan   dan
	ajaran-ajaran Muhammad daripada dalam logika abstraksi, yang
	selama berabad-abad sejak  dinasti  Abbasia,  kaum  Muslimin
	telah   menghabiskan   umurnya   untuk  itu.  Demikian  juga
	orang-orang di Barat, selama  tiga  abad  sejak  abad  ke-16
	hingga  abad  ke-19  mereka telah menghabiskan umur mereka -
	kecuali ilmu pengetahuan  modern  -  yang  berakhir  membawa
	nasib  Barat seperti yang dialami kaum Muslimin masa lampau.
	Seperti pada masa lampau, masa  kinipun  ilmu  itu  kemudian
	terancam   akan   terbentur   pula  tanpa  dapat  memberikan
	kebahagiaan kepada umat manusia.
 
	Maka tak ada jalan lain kiranya untuk  mencapai  kebahagiaan
	hidup  kecuali  dengan  kembali  mencari  hubungan subyektif
	dengan alam ini sebaik-baiknya serta  dengan  Pencipta  alam
	ini,  Yang  tak  terikat  oleh  ruang dan waktu, Yang mutlak
	dalam kesatuan yang  tak  berubah-ubah,  selain  dalam  arti
	nisbi dalam hubungannya dengan hidup kita yang singkat ini.
 
	Sudah  tentu,  sejarah  hidup  Muhammad  ini  adalah  contoh
	terbaik dalam mengadakan studi  tentang  hubungan  subyektif
	dalam  arti  teori, atau dalam arti praktek, bagi orang yang
	mempunyai kemampuan ke arah  itu.  Mengingat  jauhnya  jarak
	dalam  arti hubungan Ilahi, seperti yang telah dianugerahkan
	Tuhan kepada Rasulullah, maka orang akan dapat  mencoba  hal
	itu  pada  taraf  permulaan. Menurut hemat saya, kedua macam
	studi ini -  bila  sudah  dapat  disesuaikan  -  akan  dapat
	mengangkat  martabat  dunia  kita  sekarang  ini dari lembah
	paganisma,  menurut  kepercayaan   agama   dan   pengetahuan
	masing-masing;    paganisma   yang   telah   membuat   harta
	satu-satunya tempat pujaan (mammonisma),  dengan  meremehkan
	nilai-nilai  seni,  ilmu, moral dan bakat manusia. Bisa jadi
	penyesuaian demikian ini  masih  jauh.  Akan  tetapi  adanya
	gejala-gejala   akan   lenyapnya   paganisma  yang  sekarang
	menguasai dunia kita, mengemudikan kebudayaan yang  berkuasa
	sekarang,  tampak  jelas  sekali  bagi setiap orang yang mau
	mengikuti jalannya sejarah dan peristiwa-peristiwa dunia.
 
	Apabila secara  khusus  dipelajari  sungguh-sungguh  sejarah
	hidup  Muhammad  itu  sebagai  Nabi  serta ajaran-ajarannya,
	masanya  dan  revolusi  rohani  yang  dibawanya  yang  telah
	tersebar ke seluruh dunia, barangkali gejala-gejala ini akan
	makin jelas  di  depan  mata  dunia,  bahwa  masalah-masalah
	rohani ini adalah timbul dari pengaruh yang ditinggalkannya.
	Jika studi ilmiah dan studi yang subyektif  mengenai  tenaga
	umat  manusia  yang  masih  tersimpan  ini,  dapat  menambah
	hubungan umat manusia dengan hakikat alam yang lebih tinggi,
	maka itu sudah merupakan perletakan batu pertama dalam sendi
	peradaban modern.
 
	Buku inipun  tidak  lebih  adalah  sebagai  usaha  permulaan
	kearah  itu,  seperti  sudah saya sebutkan. Kiranya cukuplah
	bagi saya bilamana buku ini dapat  meyakinkan  orang,  dapat
	meyakinkan   para  sarjana  dan  ahli-ahli  akan  pentingnya
	spesialisasi dan pengkhususan  guna  mencapai  tujuan  dalam
	menyelidiki  sesuatu  bidang  itu. Andaikata usaha ini dapat
	memberi hasil kepada  salah  satu  atau  kedua  tujuan  itu,
	inipun  sudah  merupakan  imbalan  yang cukup besar terhadap
	daya upaya yang saya lakukan. Dan  Allah  jualah  yang  akan
	membalas jasa mereka yang telah berbuat kebaikan.
 
	MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
 
	Catatan kaki:
	-------------
	[1] Gelar raja-raja keluarga Sasani di Iran, dalam literatur
	Islam biasa  disebut  Kisra  (Khosrau,  Khosroes).  Kisra  I
	Anusyirwan, putera Kavadh I yang berperang melawan Bizantium
	di bawah Yustinianus. Kisra II Parvez, putera Ormizd IV  dan
	cucu Kisra I menyerang Anatolia dan Suna sampai di Bosporus.
	Syahrvaraz dapat  menaklukkan  Damaskus  dan  Yerusalem  dan
	Salib  Besar  (The  True  Cross) diambil, kemudian Heraklius
	dapat mengalahkan Persia di Niniveh  (626).  Kisra  lari  ke
	Ctesiphon  (Mada'in). Ia dipenjarakan oleh anaknya Kavadh II
	(Syiruya)  dan  empat  hari  kemudian  dibunuh  (628)  dalam
	penjara (A).
	[2]  Dalam  buku  A  J.  Butler  The  Arab Conquest of Egypt
	penulis itu menyebutkan bahwa nama panglima itu Khoriyam dan
	bahwa  nama  Shahravaas atau Shahrabaraz atau Sheravizeh dan
	lain-lain, yang terdapat dalam pelbagai buku hanyalah  suatu
	perubahan  saja  dari  nama Persia, Shahar dan Wazar sebagai
	suatu gelar yang berarti  "Babi  Hutan  Sang  Raja"  sebagai
	lambang  kekuatan dan keberanian. Gambarnya dilukiskan dalam
	cincin Persia Lama dan juga dalam cincin Armenia (Lihat  The
	Arab Conquest of Egypt, p. 53)
	[3]  Sebuah kota di Suriah, terletak 106 km. Selatan Damsyik
	berbatasan dengan Yordania.  Dalam  sejarah  lama  kota  ini
	dikenal  dengan  nama  Edrei.  Sekarang  dilcenal dengannama
	Dar'a (A).
	[4] Bushra atau Bostra, sebuah kota lama  di  Hauran,  barat
	daya  Suria,  kira-kira  106 km dari Damsyik dan 35 km. dari
	Adhri'at (A).
	[5] Emile Dermenghem, La Vie de  Mahomet,  halaman  135  dan
	berikutnya.
	[6]  Az zamani, harfiah mengenai zaman, mengenai tempo, yang
	secara termenologi  berarti  temporal.  Untuk  menghindarkan
	adanya   perbedaan   semantik,  yang  juga  dapat  diartikan
	"sementara, duniavii"  atau  "sekular"  maka  di  sini  saya
	mempergunakan istilah secara harfiah (A).
	[7]  Teosofi adalah suatu ajaran yang ditanamkan oleh Madame
	Blavatsky dari  bermacam-macam  agama  terutama  Buddha  dan
	Brahma.  Ajaran  ini mendirikan sebuah organisasi di Amerika
	dipimpin  oleh  Madame  Blavatsky   sendiri,   bernama   The
	Theosophical   Society,  dan  cabang-cabangnya  tersebar  di
	beberapa tempat di Eropa.  Tetapi  begitu  Madame  Blavatsky
	meninggal,  organisasi  Teosofl  inipun  pecah menjadi tiga.
	Aktifitasnya didasarkan kepada adanya kesatuan hidup  dengan
	mengadakan  semacam  latihan  mistik  untuk mencapai Nirwana
	menurut ajaran Buddha. Tingkat ini  dapat  dicapai  bilamana
	dalam   latihannya   itu   orang   sudah  benar-benar  dapat
	memisahkan ruh dari pengaruh hidup kebendaan. Apabila dengan
	demikian  ruh sudah mencapai tempat yang suci, maka ruh yang
	lebih tinggi dapat menghubunginya. Ajaran Teosofi menyerukan
	persaudaraan   secara   menyeluruh,   tanpa  membeda-bedakan
	bangsa, bahasa dan segala yang akan membatasi  manusia  dari
	tujuan tersebut.
	[8]  Buku  Muir  ini  terdiri dari dua edisi, aslinya dengan
	judul The Life of Mahomet and the History of Islam (1858)  4
	jilid. Kemudian diringkaskan oleh T.H. Weir dengan judul The
	Life of Mohammad from Original Sources (1923) (A).
	[9] A. Aulard pengarang Histoire Politique de la  Revolution
	Francaise  mengkhususkan penulisan sejarah revolusi Perancis
	untuk masa 15 tahun saja (1789 - 1804) dalam 4 jilid (A).
 
	---------------------------------------------
	S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
	oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
	diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
	Penerbit PUSTAKA JAYA
	Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
	Cetakan Kelima, 1980
 
	Seri PUSTAKA ISLAM No.1