Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

oleh Muhammad Husain Haekal

 [ Index | Bag. 1 | Bag. 2 | Bag. 3 | Bag. 4 | Bag. 5 | Bag. 6 ]

		                     PRAKATA                      (3/6)
	MASALAH PENYALIBAN AL-MASIH
 	Masalah lain yang menimbulkan perbedaan pendapat  Islam  dan
	Nasrani,  dan  menjadi puncak perdebatan antara dua golongan
	itu pada masa  Nabi,  ialah  masalah  penyaliban  Isa  untuk
	menebus dosa orang dengan darahnya. Secara tegas Quran telah
	membantah bahwa orang-orang  Yahudi  membunuh  dan  menyalib
	Isa.  "Dan  perkataan  mereka  bahwa:  kami  telah  membunuh
	Almasih Isa anak Mariam - Utusan Allah. Tetapi mereka  tidak
	membunuhnya   dan   tidak   menyalibnya,   melainkan  begitu
	terbayang pada mereka.  Dan  mereka  yang  masih  berselisih
	pendapat  tentang  itu  sebenarnya masih ragu, sebab tak ada
	pengetahuan mereka tentang itu, selain berdasarkan prasangka
	saja,  dan  merekapun  tidak yakin telah membunuhnya. Bahkan
	Allah telah mengangkatnya kepadaNya.  Maha  Mulia  Kekuasaan
	Allah dan Bijaksana." (QS, 4:157-148)
 
	Kalaupun  konsepsi  tentang  penebusan  dosa  anak-cucu Adam
	dengan darah Isa memang indah sekali, dan apa  yang  ditulis
	orang  tentang  itu  patut  menjadi  bahan studi dari segala
	seginya, baik literair, etika atau psikologi, namun  prinsip
	yang  telah  ditentukan  Islam, bahwa orang tidak dibenarkan
	memikul beban dosa orang lain, dan bahwa setiap  orang  pada
	hari kemudian diganjar sesuai dengan perbuatannya - kalau ia
	berbuat baik dibalas dengan kebaikan,  kalau  jahat  dibalas
	dengan kejahatan - menyebabkan pendekatan logis antara kedua
	ajaran ini  tidak  mungkin.  Di  sini  logika  Islam  sangat
	konkrit, sehingga tak ada gunanya usaha mencari persesuaian,
	melihat garis perbedaan yang begitu  tajam  antara  konsepsi
	penebusan dan konsepsi hukum yang bersifat pribadi. "Seorang
	bapa  takkan  dapat  menolong  anaknya,  dan  anakpun  tiada
	sedikit juga akan dapat menolong bapanya." (QS, 31:33)
 
	Tentang  agama  baru ini, sudah adakah dari kalangan Nasrani
	ketika itu yang mau memikirkannya, serta melihat kemungkinan
	bertemunya  konsepsi  Tauhid  dengan  ajaran yang dibawa Isa
	itu? Ya, memang ada, dan banyak di antara  mereka  itu  yang
	lalu beriman kepada ajaran ini.

	RUMAWI DAN KAUM MUSLIMIN
 
	Akan tetapi Kerajaan Rumawi - yang karena kemenangannya kaum
	Muslimin  telah  turut  gembira  dan   menganggapnya   suatu
	kemenangan  bagi  agama-agama  Kitab  - penguasa-penguasanya
	tidak mau bersusah payah mempelajari agama baru itu.  Mereka
	memandang  semua  kemungkinan hanya dari segi politik semata
	dan yang dipikirkan hanya nasib kerajaannya bila agama  yang
	baru  itu  kelak mendapat kemenangan. Oleh karena itu mereka
	malah bersekongkol menentangnya, dengan mengirimkan  pasukan
	besar-besaran  -  suatu sumber mengatakan seratus ribu, yang
	lain mengatakan duaratus ribu - yang mengakibatkan timbulnya
	perang Tabuk. Pihak Rumawi ternyata mundur berhadapan dengan
	pasukan Muslimin - dengan  Muhammad  sebagai  komandannya  -
	yang  hendak  menangkis serangan musuh yang tidak diinginkan
	itu.
 
	Sejak itulah kaum Muslimin dan  kaum  Nasrani  berada  dalam
	posisi   permusuhan   politik,   yang   selama  berabad-abad
	berikutnya kemenangan berada di tangan kaum Muslimin. Selama
	itu   lingkungan   kekuasaan  mereka  membentang  sampai  ke
	Andalusia di sebelah barat, ke India dan Tiongkok di sebelah
	timur.  Sebagian besar daerah-daerah ini menerima agama baru
	itu dan bahasa Arab sebagai bahasa yang sudah ditentukan.
 
	Setelah tiba masanya sejarah harus  beredar,  pihak  Nasrani
	pun  mengusir kaum Muslimin dari Andalusia, memerangi mereka
	dengan serangkaian Perang Salib. Mereka menyerang agama  dan
	Nabi  dengan  cara yang sangat keji, disertai kebohongan dan
	fitnah semata-mata. Demikian kejinya  mereka  itu,  sehingga
	lupa  mereka  tentang  apa  yang pernah disampaikan Muhammad
	'alaihissalam dalam hadis-hadis  dan  dalam  Qur'an  melalui
	wahyu  yang  diturunkan  kepadanya,  bahwa  Islam mengangkat
	martabat Isa 'alaihissalarn setinggi  yang  diberikan  Allah
	kepadanya.

	PENULIS-PENULIS KRISTEN DAN MUHAMMAD
 
	Ketika menguraikan, pandangan penulis-penulis Kristen sampai
	pada pertengahan  abad  kesembilanbelas,  sehubungan  dengan
	adanya  mereka  yang  berprasangka  jahat  terhadap Muhammad
	Dictionnaire Larousse menyebutkan demikian: "Dalam pada  itu
	Muhammad  masih tetap sebagai tukang sihir yang hanyut dalam
	kerusakan akhlak, perampok unta, seorang kardinal yang tidak
	berhasil  menduduki  kursi Paus, lalu menciptakan agama baru
	untuk membalas dendam kepada  kawan-kawannya.  Cerita-cerita
	khayal  dan  cabul  banyak  terjadi  dalam sejarah hidupnya.
	Sejarah hidup Bahaume (Muhammad) hampir terdiri  dari  hasil
	lektur  semacam  itu. 'Cerita Muhaimmad' yang disiarkan oleh
	Reinaud dan Francisque Michel tahun 1831  melukiskan  kepada
	kita pandangan orang-orang yang hidup dalam Abad Pertengahan
	itu tentang dia. Dalam  abad  ketujuhbelas  Bell  memberikan
	suatu  tanggapan  tentang  sejarah yang sifatnya merendahkan
	arti  Qur'an  dengan  suatu  tinjauan  berdasarkan  sejarah.
	Sungguhpun begitu ia masih diliputi oleh ketentuan-ketentuan
	yang salah mengenai dirinya. Akan tetapi dia mengakui, bahwa
	ketentuan  moral  dan  sosial  yang  dibuatnya tidak berbeda
	dengan ketentuan Kristen, kecuali soal  hukum  qishash  (Lex
	Talionis?) dan polygyny."
 
	Dari  sekian  banyak  Orientalis  yang telah membuat analisa
	tentang sejarah hidup Muhammad,  ada  seorang  di  antaranya
	yang agak jujur, yaitu penulis Perancis Emile Dermenghem. Ia
	memperingatkan kolega-kolega yang menulis tentang agama  ini
	dengan  mengatakan:  "Sesudah  pecah  perang  Islam-Kristen,
	dengan sendirinya jurang pertentangan  dan  salah-pengertian
	bertambah  lebar,  tambah tajam. Orang harus mengakui, bahwa
	orang-orang Baratlah yang memulai timbulnya pertentangan itu
	sampai   begitu   memuncak.   Sejak   zaman  penulis-penulis
	Bizantium,  tanpa  mau  bersusah  payah   mengadakan   studi
	-kecuali   Jean  Damasceme-  telah  melempari  Islam  dengan
	pelbagai  macam  penghinaan.  Para   penulis   dan   penyair
	menyerang  kaum  Muslimin  Andalusia dengan cara yang sangat
	rendah. Mereka menuduh, bahwa Muhammad adalah perampok unta,
	orang  yang hanyut dalam foya-foya, mereka menuduhnya tukang
	sihir, kepala bandit dan perampok, bahkan menuduhnya sebagai
	seorang  pendeta  Rumawi  yang marah dan dendam karena tidak
	dipilih  menduduki  kursi  Paus  ...   Dan   yang   sebagian
	mengiranya    ia    adalah    tuhan    palsu,    yang   oleh
	pengikut-pengikutnya dibawakan sesajen berupa  kurban-kurban
	manusia. Bahkan Guibert de Nogent sendiri, orang yang begitu
	serius masih menyebutkan, bahwa Muhammad mati karena  krisis
	mabuk  yang  jelas  sekali,  dan  bahwa  tubuhnya  kedapatan
	terdampar  di  atas  timbunan  kotoran  binatang  dan  sudah
	dimakan  babi.  Oleh  karena  itu,  lalu  ditafsirkan, bahwa
	itulah  sebabnya  minuman  keras  dan  daging  binatang  itu
	diharamkan.
 
	Di   samping  itu  ada  beberapa  nyanyian  yang  melukiskan
	Muhammad  sebagai  berhala  dari  emas,  dan   mesjid-mesjid
	sebagai  kuil-kuil  kuno yang penuh dengan patung-patung dan
	gambar-gambar.   Pencipta   "Nyanyian   Antakia"    (Chanson
	d'Antioche)  membawa cerita tentang adanya orang yang pernah
	melihat berhala "Mahom" terbuat dari emas  dan  perak  murni
	dan  dia  duduk  di atas seekor gajah di tempat yang terbuat
	dari lukisan mosaik. Sedang "Nyanyian  Roland"  (Chanson  de
	Roland)     melukiskan     pahlawan-pahlawan     Charlemagne
	menghancurkan berhala-berhala Islam, dan mengira bahwa  kaum
	Muslimin  di  Andalusia  itu menyembah trinitas terdiri dari
	Tervagant, Mahom dan Apollo. Dan "Cerita Muhammad" (Le Roman
	de  Mahomet)  itu menganggap, bahwa Islam membenarkan wanita
	melakukan polyandri.
 
	"Cara  berpikir  yang  penuh  dengan  kedengkian  dan  penuh
	legenda  itu  tetap  menguasai kehidupan mereka. Sejak zaman
	Rudolph de Ludheim, sampai saat kita sekarang ini, masih ada
	saja  orangorang  semacam  Nicolas  de Cuse, Vives, Maracci,
	Hottinger, Bibliander, Prideaux dan yang  lain.  Mereka  itu
	menggambarkan  Muhammad  sebagai penipu, dan Islam merupakan
	sekumpulan kaum bidat. Semua  itu  adalah  perbuatan  setan.
	Kaum  Muslimin  adalah orang-orang buas sedang Qur'an adalah
	suatu gubahan yang tak berarti. Mereka tidak membicarakannya
	secara  sungguh-sungguh,  karena  sudah  dianggap  tidak ada
	artinya.  Tetapi,  dalam  pada  itu  Pierre  le   Venerable,
	pengarang  pertama  yang telah menulis risalah anti Islam di
	Barat dalam abad keduabelas telah menterjemahkan  Qur'an  ke
	dalam  bahasa  Latin.  Dalam abad keempatbelas Peirre Pascal
	termasuk orang yang mau mendalami studi-studi tentang Islam.
	Innocent  III  pernah  melukiskan Muhammad, bahwa dia adalah
	musuh  Kristus   (Antichrist).   Sedang   abad   Pertengahan
	menganggap  Muhammad seorang heretik (melanggar ajaran agama
	Kristen).  Orang-orang  semacam  Raymond  Lulle  dalam  abad
	keempatbelas,   Guellaume  Postel  dalam  abad  keenambelas,
	Roland dan Gagnier dalam  abad  kedelapanbelas,  Pendeta  de
	Broglie  dan  Renan  dalam  abad  kesembilanbelas, mempunyai
	tanggapan  yang  beraneka  ragam.   Sebaliknya   orang-orang
	semacam  Comte Boulainvilliers, Scholl, Caussin de Perceval,
	Dozy,  Sprenger,  Barthelemy  Saint-Hilaire,  de  Casteries,
	Carlyle  dan  yang  lain, pada umumnya mereka memperlihatkan
	sikap  jujur   terhadap   Islam   dan   Nabi,   dan   kadang
	memperlihatkan  sikap hormat. Sungguhpun begitu, dalam tahun
	1876 Droughty bicara  tentang  Muhammad  dengan  mengatakan:
	"Itu Arab munafik yang kotor." Sebelum itu, dalam tahun 1822
	juga Foster telah  mencacinya.  Sampai  sekarang  sebenarnya
	masih ada musuh-musuh Islam itu yang bersemangat."[5]
 
	Catatan kaki:
	-------------
	[5] Emile Dermenghem, La Vie de  Mahomet,  halaman  135  dan
	berikutnya.
 
	Kita sudah melihat, bukan, penulis-penulis Barat itu, begitu
	rendah menyerangnya? Juga sudah kita lihat kegigihan  mereka
	selama berabad-abad     yang  mau menanamkan rasa permusuhan
	dan kebencian di kalangan umat manusia. Padahal di  kalangan
	mereka  itu  ada orang-orang yang sudah mengalami zaman yang
	biasa disebut zaman ilmu pengetahuan, zaman riset dan  zaman
	kebebasan   berpikir  serta  adanya  deklarasi  persaudaraan
	antara sesama manusia.
 
	Dengan  adanya  orang-orang  yang  jujur  dalam  batas-batas
	tertentu   telah   mengurangi   juga  adanya  pengaruh  yang
	menyesatkan seperti yang diisyaratkan oleh  Dermenghem  itu.
	Di  antara  mereka ada yang mengakui kebenaran iman Muhammad
	membawakan risalah itu  yang  dipercayakan  Allah  kepadanya
	melalui  wahyu  yang harus disampaikan. Ada pula yang sangat
	menghargai kebesaran Muhammad dalam arti rohani,  ketinggian
	akhlaknya,  harga  dirinya serta jasanya yang tidak sedikit.
	Ada yang melukiskan semua itu  dengan  gaya  yang  kuat  dan
	indah  sekali.  Meskipun  demikian,  pihak  Barat masih juga
	berprasangka  buruk  terhadap  Islam  dan   terhadap   Nabi,
	kemudian  demikian  beraninya  mereka  itu sampai-sarnpai di
	daerah-daerah Islam sendiri kalangan misionaris  melancarkan
	penghinaan yang begitu rendah, dan berusaha membelokkan kaum
	Muslimin dari ajaran agamanya kepada agama Kristen.
 
 
	                                    			Next >>>
 
	---------------------------------------------
	S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
	oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
	diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
	Penerbit PUSTAKA JAYA
	Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
	Cetakan Kelima, 1980
 
	Seri PUSTAKA ISLAM No.1