Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

oleh Muhammad Husain Haekal

 [ Index | Bag. 1 | Bag. 2 | Bag. 3 | Bag. 4 ]

	BAGIAN PERTAMA: ARAB PRA-ISLAM                           (4/4)
	Muhammad Husain Haekal
 
	Orang-orang   Yahudi  di  negeri-negeri  Arab  merupakan  kaum
	imigran yang besar, kebanyakan mereka  tinggal  di  Yaman  dan
	Yathrib.  Di  samping  itu  kemudian  agama Majusi (Mazdaisma)
	Persia tegak menghadapi arus  kekuatan  Kristen  supaya  tidak
	sampai  menyeberangi Furat (Euphrates) ke Persia, dan kekuatan
	moril demikian itu didukung oleh  keadaan  paganisma  di  mana
	saja  ia  berada. Jatuhnya Rumawi dan hilangnya kekuasaan yang
	di tangannya, ialah sesudah pindahnya  pusat  peradaban  dunia
	itu ke Bizantium.
 
	Gejala-gejala  kemunduran berikutnya ialah bertambah banyaknya
	sekta-sekta Kristen yang sampai menimbulkan  pertentangan  dan
	peperangan antara sesama mereka. Ini membawa akibat merosotnya
	martabat iman yang tinggi ke dalam kancah  perdebatan  tentang
	bentuk  dan  ucapan,  tentang  sampai di mana kesucian Mariam:
	adakah ia yang lebih utama dari anaknya Isa Almasih atau  anak
	yang  lebih  utama dari ibu - suatu perdebatan yang terjadi di
	mana-mana, suatu pertanda yang akan membawa  akibat  hancurnya
	apa yang sudah biasa berlaku.
 
	Ini  tentu  disebabkan  oleh karena isi dibuang dan kulit yang
	diambil, dan terus menimbun kulit itu  di  atas  isi  sehingga
	akhirnya  mustahil  sekali  orang  akan dapat melihat isi atau
	akan menembusi timbunan kulit itu.
 
	Apa yang telah menjadi pokok  perdebatan  kaum  Nasrani  Syam,
	lain  lagi dengan yang menjadi perdebatan kaum Nasrani di Hira
	dan Abisinia. Dan orang-orang Yahudipun,  melihat  hubungannya
	dengan  orang-orang  Nasrani,  tidak  akan berusaha mengurangi
	atau menenteramkan perdebatan semacam  itu.  Oleh  karena  itu
	sudah wajar pula orang-orang Arab yang berhubungan dengan kaum
	Nasrani Syam dan Yaman  dalam  perjalanan  mereka  pada  musim
	dingin  atau  musim panas atau dengan orang-orang Nasrani yang
	datang dari Abisinia, tetap tidak akan sudi memihak salah satu
	di  antara  golongan-golongan  itu.  Mereka  sudah puas dengan
	kehidupan agama berhala yang  ada  pada  mereka  sejak  mereka
	dilahirkan, mengikuti cara hidup nenek-moyang mereka.
 
	Oleh  karena  itu, kehidupan menyembah berhala itu tetap subur
	di kalangan mereka, sehingga pengaruh demikian  inipun  sampai
	kepada  tetangga-tetangga  mereka  yang  beragama  Kristen  di
	Najran  dan  agama  Yahudi  di  Yathrib,  yang  pada   mulanya
	memberikan   kelonggaran   kepada   mereka,   kemudian   turut
	menerimanya. Hubungan  mereka  dengan  orang-orang  Arab  yang
	menyembah  berhala  untuk  mendekatkan  diri  kepada Tuhan itu
	baik-baik saja.
 
	Yang menyebabkan orang-orang  Arab  itu  tetap  bertahan  pada
	paganismanya  bukan  saja  karena  ada  pertentangan di antara
	golongan-golongan Kristen.  Kepercayaan  paganisma  itu  masih
	tetap  hidup  di  kalangan  bangsa-bangsa  yang sudah menerima
	ajaran  Kristen.  Paganisma  Mesir  dan  Yunani  masih   tetap
	berpengaruh  ditengah-tengah  pelbagai  mazhab  yang  beraneka
	macam dan di  antara  pelbagai  sekta-sekta  Kristen  sendiri.
	Aliran   Alexandria   dan   filsafat  Alexandria  masih  tetap
	berpengaruh,  meskipun  sudah  banyak  berkurang  dibandingkan
	dengan   masa  Ptolemies  dan  masa  permulaan  agama  Masehi.
	Bagaimanapun juga pengaruh itu tetap  merasuk  ke  dalam  hati
	mereka.   Logikanya   yang  tampak  cemerlang  sekalipun  pada
	dasarnya  masih  bersifat  sofistik  -  dapat   juga   menarik
	kepercayaan   paganisma   yang   polytheistik,   yang   dengan
	kecintaannya itu dapat didekatkan kepada kekuasaan manusia.
 
	Saya kira inilah yang lebih  kuat  mengikat  jiwa  yang  masih
	lemah itu pada paganisma, dalam setiap zaman, sampai saat kita
	sekarang ini. Jiwa  yang  lemah  itu  tidak  sanggup  mencapai
	tingkat  yang  lebih  tinggi,  jiwa yang akan menghubungkannya
	pada semesta alam sehingga ia dapat memahami  adanya  kesatuan
	yang menjelma dalam segala yang lebih tinggi, yang sublim dari
	semua yang ada dalam wujud ini,  menjelma  dalam  Wujud  Tuhan
	Yang  Maha  Esa.  Kepercayaan  demikian  itu hanya sampai pada
	suatu manifestasi alam saja  seperti matahari, bulan atau  api
	misalnya.  Lalu  tak  berdaya  lagi mencapai segala yang lebih
	tinggi, yang akan memperlihatkan adanya manifestasi alam dalam
	kesatuannya itu.
 
	Bagi  jiwa  yang lemah ini cukup hanya dengan berhala saja. Ia
	akan membawa gambaran yang  masih  kabur  dan  rendah  tentang
	pengertian  wujud  dan  kesatuannya.  Dalam hubungannya dengan
	berhala itu lalu dilengkapi lagi dengan segala gambaran kudus,
	yang  sampai  sekarang  masih  dapat  kita saksikan di seluruh
	dunia, sekalipun dunia yang mendakwakan dirinya  modern  dalam
	ilmu pengetahuan dan sudah maju pula dalam peradaban. Misalnya
	mereka yang pernah berziarah ke gereja Santa Petrus  di  Roma,
	mereka  melihat  kaki  patung  Santa  Petrus yang didirikan di
	tempat  itu   sudah   bergurat-gurat   karena   diciumi   oleh
	penganut-penganutnya,  sehingga  setiap  waktu terpaksa gereja
	memperbaiki kembali mana-mana yang rusak.
 
	Melihat semua itu kita dapat memaklumi. Mereka belum nmendapat
	petunjuk  Tuhan  kepada  iman  yang  sebenarnya Mereka melihat
	pertentangan-pertentangan kaum Kristen yang  menjadi  tetangga
	mereka  serta  cara-cara  hidup  paganisma yang masih ada pada
	mereka, di tengah-tengah mereka sendiri yang  masih  menyembah
	berhala  itu  sebagai warisan dari nenek-moyang mereka. Betapa
	kita tak akan memaafkan mereka.  Situasi  demikian  ini  sudah
	begitu  berakar  di  seluruh  dunia, tak putus-putusnya sampai
	saat ini, dan saya kira memang  tidak  akan  pernah  berakhir.
	Kaum  Muslimin  dewasa  inipun  membiarkan paganisma itu dalam
	agama mereka, agama yang datang  hendak  menghapus  paganisma,
	yang  datang  hendak  menghilangkan  segala penyembahan kepada
	siapa saja selain kepada Allah Yang Maha Esa.
 
	Cara-cara penyembahan  berhala  orang-orang  Arab  dahulu  itu
	banyak sekali macamnya. Bagi kita yang mengadakan penyelidikan
	dewasa ini sukar sekali akan dapat mengetahui  seluk-beluknya.
	Nabi  sendiri  telah  menghancurkan  berhala-berhala  itu  dan
	menganjurkan  para  sahabat  menghancurkannya  di  mana   saja
	adanya.  Kaum  Muslimin  sudah  tidak  lagi bicara tentang itu
	sesudah semua  yang  berhubungan  dengan  pengaruh  itu  dalam
	sejarah  dan  lektur  dihilangkan.  Tetapi apa yang disebutkan
	dalam Quran dan yang dibawa oleh ahli-ahli sejarah dalam  abad
	kedua  Hijrah  - sesudah kaum Muslimin tidak lagi akan tergoda
	karenanya - menunjukkan, bahwa sebelum Islam  paganisma  dalam
	bentuknya yang pelbagai macam, mempunyai tempat yang tinggi.
 
	Di    samping    itu    menunjukkan   pula   bahwa   kekudusan
	berhala-berhala itu bertingkat-tingkat adanya. Setiap  kabilah
	atau  suku mempunyai patung sendiri sebagai pusat penyembahan.
	Sesembahan-sesembahan zaman jahiliah inipun berbeda-beda  pula
	antara  sebutan  shanam (patung), wathan (berhala) dan nushub.
	Shanam ialah dalam bentuk manusia dibuat dari logam atau kayu,
	Wathan  demikian  juga  dibuat dari batu, sedang nushub adalah
	batu karang tanpa  suatu  bentuk  tertentu.  Beberapa  kabilah
	melakukan    cara-cara   ibadahnya   sendiri-sendiri.   Mereka
	beranggapan batu  karang  itu  berasal  dari  langit  meskipun
	agaknya  itu adalah batu kawah atau yang serupa itu. Di antara
	berhala-berhala yang baik buatannya agaknya yang berasal  dari
	Yaman.  Hal  ini tidak mengherankan. Kemajuan peradaban mereka
	tidak dikenal di Hijaz, Najd atau  di  Kinda.  Sayang  sekali,
	buku-buku   tentang   berhala   ini  tidak  melukiskan  secara
	terperinci bentuk-bentuk berhala itu,  kecuali  tentang  Hubal
	yang  dibuat  dari  batu  akik dalam bentuk manusia, dan bahwa
	lengannya pernah rusak dan oleh  orang-orang  Quraisy  diganti
	dengan  lengan dari emas. Hubal ini ialah dewa orang Arab yang
	paling besar dan diletakkan dalam Ka'bah di Mekah. Orang-orang
	dari semua penjuru jazirah datang berziarah ke tempat itu.
 
	Tidak   cukup  dengan  berhala-berhala  besar  itu  saja  buat
	orang-orang Arab guna menyampaikan sembahyang  dan  memberikan
	kurban-kurban,  tetapi  kebanyakan  mereka  itu mempunyai pula
	patung-patung dan berhala-berhala dalam  rumah  masing-masing.
	Mereka  mengelilingi  patungnya  itu  ketika  akan keluar atau
	sesudah kembali pulang, dan dibawanya  pula  dalam  perjalanan
	bila  patung  itu  mengijinkan ia bepergian. Semua patung itu,
	baik yang ada dalam  Ka'bah  atau  yang  ada  disekelilingnya,
	begitu  juga  yang  ada  di  semua  penjuru  negeri  Arab atau
	kabilah-kabilah dianggap sebagai perantara antara  penganutnya
	dengan  dewa  besar.  Mereka beranggapan penyembahannya kepada
	dewa-dewa itu sebagai pendekatan kepada  Tuhan  dan  menyembah
	kepada  Tuhan  sudah  mereka  lupakan  karena  telah menyembah
	berhala-berhala itu.
 
	Meskipun Yaman  mempunyai  peradaban  yang  paling  tinggi  di
	antara  seluruh  jazirah  Arab, yang disebabkan oleh kesuburan
	negerinya serta pengaturan pengairannya yang  baik,  namun  ia
	tidak   menjadi  pusat  perhatian  negeri-negeri  sahara  yang
	terbentang  luas  itu,  juga  tidak  menjadi  pusat  keagamaan
	mereka.  Tetapi  yang menjadi pusat adalah Mekah dengan Ka'bah
	sebagai rumah Ismail. Ke tempat itu orang  berkunjung  dan  ke
	tempat  itu  pula  orang  melepaskan pandang. Bulan-bulan suci
	sangat dipelihara melebihi tempat lain.
 
	Oleh karena itu, dan sebagai markas perdagangan  jazirah  Arab
	yang istimewa, Mekah dianggap sebagai ibukota seluruh jazirah.
	Kemudian takdirpun menghendaki pula ia menjadi tanah kelahiran
	Nabi   Muhammad,   dan  dengan  demikian  ia  menjadi  sasaran
	pandangan dunia sepanjang zaman. Ka'bah  tetap  disucikan  dan
	suku  Quraisy masih menempati kedudukan yang tinggi, sekalipun
	mereka semua tetap sebagai orang-orang Badwi yang kasar  sejak
	berabad-abad lamanya.
 
	Catatan kaki:
 
	 1 Dikutip oleh Sir Muir dalam The Life of Mohammad, p.xc.
	   
	 2 Cerita demikian terdapat dalam beberapa buku sejarah.
	   Encylopedia Britannica juga menyebutnya, dan dikutip oleh
	   penulis-penulis buku Historian's History of the World dan juga
	   dijadikan pegangan oleh Emile Derminghem dalam la Vie de
	   Mahomet. Akan tetapi At-Tabari menceritakan melalui Hisyam ibn
	   Muhammad bahwa setelah orang Yaman itu pergi meminta bantuan
	   Najasyi atas perbuatan Dhu Nuwas serta menjelaskan apa yang
	   telah dilakukannya terhadap orang-orang Kristen oleh pembela
	   agama Yahudi itu dan memperlihatkan sebuah Injil yang sudah
	   sebagian dimakan api, Najasyi berkata: "Tenaga manusia di sini
	   banyak, tapi aku tidak punya kapal. Sekarang aku menulis surat
	   kepada Kaisar supaya mengirimkan kapal dan dengan itu akan
	   kukirimkan pasukanku." Lalu ia menulis surat kepada Kaisar
	   dengan melampirkan Injil yang sudah terbakar. Dan menambahkan:
	   "Hisyam ibn Muhammad menduga, bahwa setelah kapal-kapal itu
	   sampai ke tempat Najasyi, pasukannyapun dinaikkan dan
	   berangkat ke pantai Mandab." Lihat Tarikh't-Tabari cetakan
	   Al-Husainia, vol. 2, p. 106 dan 108.
	   
	 3 Beberapa keterangan dalam buku-buku sejarah berbeda-beda
	   tentang sebab penyerbuan Abisinia (Habasya) ini ke Yaman.
	   Keterangan itu mengatakan, bahwa hubungan dagang antara Arab
	   Musta'riba di Hijaz dengan Yaman dan Abisinia terus
	   berlangsung. Pada waktu itu pantai-pantai Habasya membentang
	   sepanjang Laut Merah lengkap dengan armada perdagangannya.
	   Karena kekayaan dan kesuburannya, Kerajaan Rumawi ingin sekali
	   menguasai Yaman. Aelius Galius penguasa (prefek) Kaisar Rumawi
	   di Mesir mengadakan persiapan. akan menyerbu Yaman. Pasukannya
	   dikerahkan menyeberangi Laut Merah ke Yaman dan juga menyerang
	   Najran. Tetapi karena adanya penyakit yang menyerang mereka.
	   Orang-orang Yaman mudah sekali mengusir mereka itu dan
	   merekapun kembali ke Mesir. Sesudah itupun Rumawġ
	   berturut-turut menyerang jazirah Arab di Yaman dan di luar
	   Yaman, tapi kenyataannya tidak lebih menguntungkan dan yang
	   pernah dilakukan oleh Galius. Saat itu Najasyi di Abisinia
	   merasa perlu mengadakan pembalasan terhadap Yaman yang telah
	   memaksakan agama Yahudi terhadap orangorang Rumawi yang
	   beragama Kristen. Pasukan Aryat dikerahkan menyerbu Yaman dan
	   berkuasa di tempat itu sampai pada waktu Persia datang
	   mengusir mereka.
 
	---------------------------------------------
	S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
	oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
	diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
	Penerbit PUSTAKA JAYA
	Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
	Cetakan Kelima, 1980
 
	Seri PUSTAKA ISLAM No.1