Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

oleh Muhammad Husain Haekal

 [ Index | Bag. 1 | Bag. 2 | Bag. 3 | Bag. 4 | Bag. 5 | Bag. 6 ]

	2. ORIENTALIS DAN KEBUDAYAAN ISLAM                       (4/6)
	Muhammad Husain Haekal
 
	Tetapi  bukanlah  disini tempatnya kita mengadakan pembahasan.
	Kalau pun kita menjumpai adanya teori evolusi, dan yang  sudah
	menjadi  salah satu pula undang-undang Tuhan dalam alam, namun
	pembicaraan dalam  hal  ini  masih  akan  luas  sekali.  Tuhan
	menciptakan  Adam  dan  Hawa lalu berkata kepada para malaikat
	supaya bersujud kepada Adam. Selain Iblis mereka pun bersujud,
	Iblis  masih  tetap  menolak  meskipun Tuhan telah mengajarkan
	semua nama-nama kepada Adam, seperti dalam firman Allah:
 
	"Hai Adam! Tinggallah engkau dengan isterimu di  dalam  surga!
	Dan  makanlah  mana  yang  kamu sukai, tetapi pohon ini jangan
	kamu dekati, sebab nanti kamu akan menjadi  orang  yang  salah
	karenanya.  Lalu datang setan membisikkan pikiran jahat kepada
	mereka, supaya aurat mereka yang tertutup  dibuka.  Dan  setan
	pun  berkata: 'Tuhan melarang mendekati pohon ini hanya supaya
	kamu berdua jangan menjadi malaikat atau  menjadi  orang-orang
	yang kekal.' Dan dia bersumpah kepada mereka: 'Sungguh aku ini
	penasehat kamu.' Lalu dengan tipu daya  itu  setan  pun  dapat
	menjatuhkan  mereka  berdua;  setelah  keduanya merasakan buah
	pohon itu, tampaklah bagi mereka berdua itu aurat mereka, lalu
	mereka  pun  menutupi diri dengan daun pohon surga. Oleh Tuhan
	kedua mereka dipanggilNya: 'Bukankah Aku telah  melarang  kamu
	berdua dari pohon itu dan sudah Kukatakan kepadamu bahwa setan
	itu musuh yang jelas sekali buat kamu.'  Keduanya  mengatakan:
	'Wahai  Tuhan  kami.  Kami telah menganiaya diri kami sendiri.
	Kalau tidak karena pengampunan dan  rahmat  yang  akan  Engkau
	limpahkan  kepada  kami,  niscaya kami akan menjadi orang yang
	rugi.'  Tuhan  berkata:  'Turunlah  kamu.  Kamu  akan   saling
	bermusuhan.  Kamu  akan tinggal dan hidup di dunia sampai pada
	waktu tertentu!' Tuhan berkata: 'Di tempat itu kamu hidup,  di
	sana  kamu akan mati dan dari sana pula kamu akan dibangkitkan
	kembali. Wahai  anak  Adam!  Kepadamu  Kami  telah  menurunkan
	pakaian  penutup  auratmu,  dan pakaian perhiasan. Akan tetapi
	pakaian takwa itu lebih  baik.  Itulah  tanda-tanda  kebesaran
	Tuhan,  supaya kamu ingat. Wahai anak Adam! Jangan sekali-kali
	kamu dapat ditipu oleh setan seperti yang  dilakukannya  dalam
	mengeluarkan  ibu  bapamu  dari surga. Ia menanggalkan pakaian
	mereka  berdua  untuk  saling  memperlihatkan  aurat;  ia  dan
	pengikut-pengikutnya  dapat  melihat kamu dari suatu arah yang
	tak dapat kamu lihat mereka. Kami telah menjadikan  setan  itu
	pemuka-pemuka mereka yang tiada beriman." (Qur'an, 7: 19-27)
 
	Adam  dan  Hawa turun dari surga, sebahagian keturunannya satu
	sama lain akan saling bermusuhan. Mereka turun dengan kekuatan
	yang  diberikan Tuhan untuk memperjuangkan hidup, dan demikian
	seterusnya generasi demi generasi.

	Gejala pertama kehidupan manusia di dunia ini ialah  kekerasan
	dan fanatisma, seperti dalam firman Allah:
 
	"Ceritakanlah  kepada  mereka  dengan  sebenarnya  kisah kedua
	putera Adam itu ketika keduanya mempersembahkan  kurban.  Dari
	yang  seorang  diterima,  dari  yang  lain tidak. Yang seorang
	berkata: 'Akan kubunuh engkau.'  Yang  lain  menjawab:  'Tuhan
	hanya menerimanya dari orang-orang yang bertakwa. Kalau engkau
	menggerakkan  tangan  hendak  membunuhku,   aku   tidak   akan
	menggerakkan  tanganku  untuk  membunuhmu.  Sungguh  aku takut
	kepada  Allah,  Tuhan  semesta  alam.  Akan  kubiarkan  engkau
	memikul  dosaku  dan dosamu sendiri, supaya engkau menjadi isi
	neraka.  Dan  itulah  balasan   orang-orang   yang   melakukan
	kejahatan.'   Kemudian   kehendak   nafsunya   akan   membunuh
	saudaranya itu diturutinya, maka dibunuhnyalah ia.  Dia  sudah
	menjadi  orang  yang  rugi. Kemudian Tuhan pun mengirim seekor
	burung gagak menggali tanah  dengan  memperlihatkan  kepadanya
	bagaimana   caranya   ia  menguburkan  mayat  saudaranya  itu.
	Katanya: 'Aduhai! Kenapa aku tidak seperti burung  gagak  ini,
	aku  menguburkan  mayat  saudaraku.'  Itu sebabnya, ia menjadi
	orang  menyesal  sekali.  Oleh  karena  itulah,   Kami   telah
	menetapkan kepada anak-anak Israil, bahwa barangsiapa membunuh
	seorang manusia bukan  karena  suatu  pembunuhan  atau  karena
	melakukan  keonaran  di  muka  bumi ini, maka orang itu seolah
	membunuh semua manusia. Dan barangsiapa dapat memelihara hidup
	seorang  manusia,  maka  seolah  ia  telah  menghidupkan semua
	manusia. Rasul-rasul Kami  kepada  mereka  pun  sudah  datang,
	sudah  memberikan  keterangan-keterangan  yang  jelas.  Tetapi
	sesudah itu masih banyak juga di kalangan  mereka  orang-orang
	yang  melampaui  batas  melakukan kejahatan di muka bumi ini."
	(Qur'an, 5: 27 - 32)
 
	Pembunuhan seorang saudara atas saudaranya jelas sekali karena
	dendam,  dengki,  perangai  yang  kasar  dan keras hati Tetapi
	saudaranya itu orang yang bertakwa, yang  takut  kepada  Tuhan
	ketika  dikatakan  oleh  saudaranya: aku akan membunuhmu - ia,
	tidak mau meminta  pengampunan  Tuhan,  bahkan  katanya:  Akan
	kubiarkan  engkau  memikul  dosaku  dan  dosamu sendiri supaya
	engkau menjadi isi neraka. Ini adalah  suatu  dominasi  kodrat
	manusia  serta  logika  hukum terhadap kebesaran jiwa dan maaf
	yang sungguh indah. Anak cucu Adam pun berkembang biak di bumi
	ini.  Lalu  Tuhan  mengutus  para  nabi  kepada  mereka dengan
	memberikan berita gembira di samping peringatan. Tetapi mereka
	tetap  bersikeras,  masih  dalam  kesesatan.  Kehidupan rohani
	mereka jadi beku, hati mereka kaku  tertutup.  Tuhan  mengutus
	Nuh dengan mengajak golongannya sendiri, supaya hanya Tuhanlah
	Yang disembah sebab "aku kuatir  kamu  akan  mendapat  siksaan
	Tuhan."  Ia  pun  didustakan  oleh  masyarakat  itu  dan hanya
	sedikit saja yang  mau  percaya.  Sesudah  itu  berturut-turut
	datang  pula  nabi-nabi  yang  lain  sesudah  Nuh, datang pula
	ajaran-ajaran    yang    menyerukan    agar    jangan    orang
	mempersekutukan  Tuhan.  Akan  tetapi  sikap manusia itu lebih
	berkuasa, pikiran mereka  tetap  beku  belum  dapat  memahami.
	Beberapa macam manifestasi alam ini dijadikannya Tuhan. Setiap
	ada seorang rasul yang diutus Tuhan, ada yang  mendustakannya,
	ada  pula  yang  membunuhnya.  Akan tetapi kekakuan mereka itu
	berangsur kendor. Dengan datangnya ajaran-ajaran Tuhan  secara
	berturut-turut  itu  sudah  merupakan  bibit  yang  baik  juga
	meskipun lamban sekali tumbuhnya. Sungguhpun begitu namun  ada
	juga  meninggalkan  bekas. Pernahkah ajaran kebenaran itu pada
	suatu waktu menjadi hilang! Kalau pun  orang  sudah  terdorong
	oleh  rasa  congkak  dan  tinggi  hati terhadap ajaran itu dan
	dalam beberapa hal mereka memperolok  pembawanya,  namun  bila
	mereka    sudah   kembali   seorang   diri,   mereka   kembali
	bertanya-tanya tentang Kebenaran yang ada  dalam  ajaran  itu.
	Hanya   saja   mereka   yang  dapat  memahami  kebenaran  yang
	terkandung didalamnya tidak banyak jumlahnya.
 
	Pada masa Firaun di Mesir para pendetanya percaya akan keesaan
	Tuhan.   Tetapi   mereka   mengajar  orang  sebaliknya  dengan
	bermacam-macam Tuhan. Tidak lain mereka melakukan  itu  karena
	ingin   mempertahankan   kekuasaan  terhadap  orang  lain  dan
	mempertahankan  kedudukan   mereka.   Malah   sengaja   mereka
	memerangi Musa dan Harun ketika keduanya datang kepada Firaun,
	mengajaknya menyembah Tuhan, dan dimintanya  Anak-anak  Israil
	itu dilepaskan pergi bersama mereka.

	Oleh  Qur'an  juga  diceritakan berita tentang para nabi, yang
	silih berganti  selama  beberapa  generasi  di  kalangan  umat
	manusia.  Tetapi umat itu tetap dalam kesesatan; hanya sedikit
	saja yang mendapat petunjuk  Tuhan  dalam  mengenal  kebenaran
	itu.  Dalam  kisah-kisah para nabi ada suatu gejala yang perlu
	sekali direnungkan.  Untuk  jelasnya,  baik  juga  kalau  kita
	kembali  ke  masa  Musa dan Isa serta kepada tuntunan Muhammad
	'alaihissalam kemudian.
 
	Gejala ini ialah adanya pemisahan atau yang semacarn itu  pada
	mulanya,  antara  rasio  dan logikanya dengan iman kepercayaan
	yang didasarkan kepada mukjizat dan  hal-hal  yang  tak  masuk
	akal.  Para nabi itu oleh Tuhan telah diperkuat dengan mujizat
	untuk  masyarakatnya,  supaya  mereka  percaya.  Sungguh   pun
	demikian  cuma sedikit mereka itu yang mau percaya. Logika dan
	cara berpikir mereka belum cukup untuk dapat  memahami,  bahwa
	Tuhan  menciptakan  segalanya,  bahwa  Ia  Maha Kuasa. Setelah
	dengan ketentuan Tuhan Musa disuruh keluar meninggalkan Mesir,
	sebelum  kerasulannya  itu  ia  pergi dari sana dengan membawa
	perasaan takut. Ketika sampai pada sebuah mata air di  Madyan,
	ia  kawin  dengan  seorang  wanita  penduduk kota itu. Setelah
	Tuhan  memberi  ijin  ia  kembali,  ...  terdengar  ada  suara
	memanggilnya dari balik lembah sebelah kanan, pada tempat yang
	telah diberi berkah dari batang pohon itu:
 
	"Hai Musa! Aku ini Allah,  Tuhan  semesta  alam.  Lemparkanlah
	tongkatmu!,  Setelah  dilihatnya  tongkat  itu  bergerak-gerak
	seperti ular, ia lari ke belakang  tidak  menoleh  lagi.  'Hai
	Musa!   Kembalilah,   jangan   takut!  Engkau  sudah  mendapat
	lindungan keamanan. Masukkanlah tanganmu kedalam saku  bajumu,
	niscaya  akan  keluar  dalam  keadaan  putih  tanpa  cacat dan
	dekapkan tanganmu ke badanmu jika engkau merasa takut.' Inilah
	dua   mujizat   dari   Tuhan   ditujukan   kepada  Firaun  dan
	pembesar-pembesarnya;  sebab  mereka  itu   orang-orang   yang
	jahat." (Qur'an, 28: 30 - 32)
 
	Sungguhpun  begitu  tukang-tukang  sihir Firaun itu tidak juga
	percaya kepada ajakan Musa. Ketika kemudian  apa  yang  mereka
	kerjakan   itu  disergap  oleh  tongkat  Musa,  ketika  itulah
	tukang-tukang sihir itu menyerah sujud, lalu  mereka  berkata:
	Kami  beriman  kepada  Tuhannya  Harun  dan  Musa.  Sungguhpun
	demikian orang-orang Israil masih juga  dalam  keadaan  sesat,
	sampai-sampai  mereka  berkata kepada Musa: "Perlihatkan Allah
	itu terang-terang kepada kami." Setelah  Musa  wafat,  kembali
	mereka menyembah anak sapi. Kemudian sesudah Musa, datang lagi
	nabi-nabi yang lain kepada mereka, diajaknya mereka  menyembah
	Allah.    Tetapi    nabi-nabi   itu   malah   dibunuh   dengan
	sewenangwenang.  Setelah  kemudian  mereka  kembali   teringat
	kepada  Tuhan, mereka menanti-nantikan kedatangan seorang nabi
	lagi yang akan  dapat  mengembalikan  kerajaan  mereka  dengan
	memerintah dunia untuk selama-lamanya.
 
	Peristiwa ini berlangsung dalam sejarah belum begitu lama dari
	kita. Tidak lebih dari 25 abad yang lalu. Dalam pada itu jelas
	sekali   ini   membuktikan  adanya  dominasi  perasaan  diatas
	pengertian rohani.  Sesudah  lampau  lima-enam  abad  kemudian
	datang  pula  Isa  mengajak masyarakatnya itu menyembah Tuhan,
	diperkuat dengan Ruh Kudus dari Tuhan. Oleh karena  Isa  orang
	Yahudi,  ketika  begitu  pertama  kali  berita tentang dia itu
	sampai kepada pihak Yahudi mereka  menduga  bahwa  dia  inilah
	nabi  yang mereka nanti-nantikan (Messiah) untuk mengembalikan
	kerajaan yang hilang itu ke Tanah atau Negeri yang Dijanjikan.
	Mereka  rindu  sekali akan kerajaan semacam ini setelah begitu
	lama mereka  berada  dibawah  kekuasaan  dan  kekejaman  pihak
	Rumawi.  Akan  tetapi  mereka masih menunggu, ingin mengetahui
	keadaan yang sebenarnya tentang diri  Isa.  Adakah  ia  bicara
	kepada  mereka  dengan  bahasa rasio semata-mata? Tidak, malah
	jalan mujizat itulah yang ditempuhnya untuk meyakinkan mereka.
 
	Kalau pun sumber Kristen itu benar. bahwa  ia  telah  mengubah
	air  menjadi  minuman  anggur  dalam suatu pesta perkawinan di
	Kana, Galilea, itulah yang mula-mula menarik perhatian  orang.
	Sesudah  itu  lalu  mujizat  roti  dan  ikan,  mujizat-mujizat
	menyembuhkan orang-orang sakit  dan  menghidupkan  orang-orang
	mati.  Itulah  yang  membuat dia tidak ragu-ragu lagi mengajar
	orang melalui jalan hati dan perasaan tanpa memberikan  tempat
	yang  terutama  kepada rasio dan logika dalam ajaran-ajarannya
	itu. Tetapi bidang ini memang diberikan  lebih  luas  daripada
	yang  pernah  diberikan  oleh  rasul-rasul  sebelumnya.  Dalam
	ajaran-ajarannya itu dorongan  perasaan  kepada  kasih-sayang,
	pengampunan  dosa dan cinta-kasih bercampur-baur dengan ajaran
	rasionil  yang  tidak  dilandasi  oleh  dalil  logika  tentang
	Kerajaan  Tuhan.  Apabila ada rasa syak yang menyusup ke dalam
	hati orang mengenai ajaran  rasionil  ini  maka  Tuhan  segera
	memberikan  mujizat  baru  yang akan membuat orang lebih dapat
	menerima dan percaya kepada  Almasih.  Dengan  mujizat-mujizat
	yang  telah  dapat menyembuhkan penyakit kusta, orang buta dan
	menghidupkan   orang   mati,   sudah   begitu   jauh   membuat
	pengikut-pengikutnya   percaya,  sehingga  sebagian  ada  yang
	mengira dia adalah Tuhan yang  menjelma  di  atas  bumi  untuk
	menebus  dosa  umat manusia. Ini bukti yang jelas sekali bahwa
	kemampuan rasio sampai pada waktu  itu  belum  begitu  matang,
	yang  akan  membuat orang dengan itu saja sudah dapat memahami
	hakekat tertinggi tentang arti Al-Khalik dan  bahwa  Dia  Maha
	Esa, Tempat segalanya bergantung, tidak beranak dan tidak pula
	diperanakkan, dan tiada suatu apa pun yang menyerupaiNya.
 
	Pada zaman  Musa  dan  Isa  itu  keadaan  ilmu,  filsafat  dan
	perundang-undangan  di  Mesir  zaman  Firaun  sudah  pindah ke
	Yunani dan Rumawi, dan dengan segala pengaruhnya  sudah  dapat
	menguasai  cara  berpikir  bangsa-bangsa  itu  terutama  dalam
	bidang filsafat dan peradaban Yunani. Kesadaran berpikir logis
	sudah  mulai menggugah orang bahwa hal-hal yang tak masuk akal
	dengan sendirinya secara logis tak dapat  dijadikan  pegangan.
	Karena  pengaruh  itu  pula  filsafat  Yunani yang bertetangga
	dengan agama Kristen di Mesir, Palestina dan Syam telah  dapat
	menimbulkan bermacam-macam mazhab Kristen - seperti sudah kita
	sebutkan dalam  buku  ini.  Dalam  undang-undang  Tuhan  sudah
	menentukan  bahwa  akal  pikiran  adalah  mahkota  hidup  umat
	manusia, dengan  syarat  bahwa  pikiran  demikian  itu  jangan
	sampai  kering  tanpa  perasaan  dan jiwa. Bahkan hendaknya ia
	dapat menjadi pikiran yang berimbang, dapat mengimbangi  akal,
	perasaan  dan jiwa, sehingga dapat ia memahami rahasia-rahasia
	alam ini sejauh mungkin. Demikian juga Tuhan telah  menentukan
	pula  kedatangan seorang nabi yang akan membawa Islam ke dalam
	alam ini dengan mengajarkan kebenaran  menurut  hukum  logika,
	dilandasi  oleh  perasaan  dan  jiwa,  dan  yang  akan menjadi
	mujizat  logika  ini  ialah  Kitab  Suci  Qur'an  yang   telah
	diwahyukan oleh Allah kepada Nabi. Dengan demikian Tuhan telah
	menyempurnakan agama  ini  dan  memberikan  nikmat  secukupnya
	kepada  umat  manusia.  Ia  telah  menjadi mahkota dan penutup
	semua ajaran Ilahi
 
	Tetapi semua itu terjadi baru setelah adanya  perjuangan  yang
	begitu  berat  terus-menerus,  yang juga pernah dilakukan oleh
	para nabi dan para rasul, yang membawa  umat  manusia  kedalam
	evolusi  rohani  sehingga akhirnya ajaran Islam dapat mencapai
	kemurnian  tauhid  serta  keimanan  kepada  Tuhan  Yang   Maha
	Tunggal.
 
	Untuk  melengkapi  akidah ini maka keimanan itu harus meliputi
	beberapa kewajiban  seperti  yang  sudah  kita  sebutkan  pada
	pembahasan  pertama  dalam penutup buku ini. Supaya orang yang
	beriman  dapat  mencapai  puncak  akidahnya  maka   ia   harus
	sungguh-sungguh  dapat  memahami  hukum  Tuhan  dalam alam ini
	dengan cara terus-menerus sampai pada waktu Tuhan  menciptakan
	bumi  dengan  segala isinya ini. Dan inilah yang sudah dimulai
	oleh orang-orang Islam  pada  permulaan  sejarahnya  dan  pada
	zaman berikutnya, hingga tiba masanya zaman itu beredar lagi.
 
	Alasan-alasan  yang saya kemukakan ini dengan sendirinya sudah
	membantah  apa  yang  ditafsirkan  oleh  orientalis-orientalis
	tentang  jabariah  Islam serta tafsiran mereka tentang takdir,
	nasib dan umur seperti  yang  terdapat  dalam  Qur'an.  Dengan
	tidak  usah diragukan lagi argumen ini sudah dapat memperkuat,
	bahwa Islam  agama  usaha,  agama  perjuangan  dalam  pelbagai
	lapangan  hidup, rohani dan ilmu, agama dan dunia. Dalam hukum
	alam  ini  Tuhan  sudah  menentukan  bahwa  manusia   mendapat
	ganjaran  sesuai  dengan  perbuatannya, dan bahwa Tuhan takkan
	merugikan  siapa  pun,  tapi  manusia  itu   sendirilah   yang
	merugikan  dirinya.  Mereka  merugikan  diri  sendiri bilamana
	mereka menduga bahwa mereka sudah mendapat kasih  Tuhan  hanya
	dengan  berpeluk  lutut  dan  menyerah  begitu  saja atas nama
	tawakal kepada Allah.

	Kendatipun argumen-argumen ini sudah cukup kuat sesuai  dengan
	maksud   yang   saya  kemukakan  itu,  namun  saya  tak  dapat
	mengabaikan argumen terakhir yang saya  pandang  sangat  tepat
	dan  kuat sekali, yakni argumen yang dapat diambil dari firman
	Tuhan:
 
	"Harta dan anak-anak keturunan adalah hiasan kehidupan  dunia,
	tetapi  perbuatan  baik  yang kekal lebih baik pahalanya dalam
	pandangan Tuhan serta harapan yang lebih baik pula."  (Qur'an,
	18: 46)
 
	                                    			Next >>>
 
	---------------------------------------------
	S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
	oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
	diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
	Penerbit PUSTAKA JAYA
	Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
	Cetakan Kelima, 1980
 
	Seri PUSTAKA ISLAM No.1