Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

oleh Muhammad Husain Haekal

 [ Index | Bag. 1 | Bag. 2 ]

BAGIAN KESEPULUH: 

HIJRAH

Perintah hijrah - 199; Ali di tempat tidur Nabi - 200; Di gua Thaur - 200; Berangkat ke Yathrib - 203; Cerita Suraqa b. Ju'syum - 204; Muslimin Medinah menantikan kedatangan Rasul - 207; Islam di Yathrib - 208; Muhammad memasuki Medinah - 211.

	                             
	RENCANA Quraisy akan membunuh Muhammad pada malam hari, karena
	dikuatirkan  ia  akan hijrah ke Medinah dan memperkuat diri di
	sana serta segala  bencana  yang  mungkin  menimpa  Mekah  dan
	menimpa  perdagangan  mereka  dengan  Syam  sebagai akibatnya,
	beritanya sudah sampai kepada Muhammad. Memang tak  ada  orang
	yang  menyangsikan, bahwa Muhammad akan menggunakan kesempatan
	itu untuk hijrah. Akan tetapi, karena  begitu  kuat  ia  dapat
	menyimpan   rahasia   itu,   sehingga  tiada  seorangpun  yang
	mengetahui, juga Abu Bakr, orang yang  pernah  menyiapkan  dua
	ekor  unta  kendaraan tatkala ia meminta ijin kepada Nabi akan
	hijrah,  yang  lalu  ditangguhkan,  hanya  sedikit  mengetahui
	soalnya. Muhammad sendiri memang masih tinggal di Mekah ketika
	ia sudah  mengetahui  keadaan  Quraisy  itu  dan  ketika  kaum
	Muslimin  sudah  tak  ada  lagi  yang tinggal kecuali sebagian
	kecil. Dalam ia menantikan perintah Tuhan yang akan mewahyukan
	kepadanya  supaya  hijrah, ketika itulah ia pergi ke rumah Abu
	Bakr dan memberitahukan,  bahwa  Allah  telah  mengijinkan  ia
	hijrah. Dimintanya Abu Bakr supaya menemaninya dalam hijrahnya
	itu, yang lalu diterima baik oleh Abu Bakr.
	
	Di sinilah dimulainya kisah yang paling  cemerlang  dan  indah
	yang  pernah  dikenal  manusia  dalam  sejarah pengejaran yang
	penuh bahaya, demi kebenaran, keyakinan dan iman. Sebelum  itu
	Abu  Bakr  memang  sudah  menyiapkan  dua  ekor  untanya  yang
	diserahkan pemeliharaannya kepada Abdullah b.  Uraiqiz  sampai
	nanti  tiba waktunya diperlukan. Tatkala kedua orang itu sudah
	siap-siap akan meninggalkan Mekah mereka sudah  yakin  sekali,
	bahwa  Quraisy  pasti  akan membuntuti mereka. Oleh karena itu
	Muhammad memutuskan akan menempuh jalan lain dari yang  biasa,
	Juga akan berangkat bukan pada waktu yang biasa.
	
	Pemuda-pemuda  yang  sudah disiapkan Quraisy untuk membunuhnya
	malam itu sudah mengepung rumahnya, karena dikuatirkan ia akan
	lari.  Pada  malam  akan  hijrah itu pula Muhammad membisikkan
	kepada Ali b. Abi Talib supaya memakai  mantelnya  yang  hijau
	dari  Hadzramaut  dan  supaya  berbaring  di  tempat tidurnya.
	Dimintanya supaya sepeninggalnya  nanti  ia  tinggal  dulu  di
	Mekah menyelesaikan barang-barang amanat orang yang dititipkan
	kepadanya. Dalam pada itu pemuda-pemuda yang  sudah  disiapkan
	Quraisy,  dari  sebuah  celah  mengintip ke tempat tidur Nabi.
	Mereka melihat ada sesosok  tubuh  di  tempat  tidur  itu  dan
	merekapun puas bahwa dia belum lari.
	
	Tetapi,  menjelang  larut malam waktu itu, dengan tidak setahu
	mereka Muhammad sudah keluar menuju ke rumah Abu  Bakr.  Kedua
	orang  itu  kemudian  keluar  dari jendela pintu belakang, dan
	terus bertolak ke arah selatan menuju gua Thaur. Bahwa  tujuan
	kedua  orang  itu  melalui  jalan sebelah kanan adalah di luar
	dugaan.
	
	Tiada seorang  yang  mengetahui  tempat  persembunyian  mereka
	dalam  gua  itu  selain  Abdullah b. Abu Bakr, dan kedua orang
	puterinya Aisyah dan Asma,  serta  pembantu  mereka  'Amir  b.
	Fuhaira.  Tugas  Abdullah  hari-hari  berada  di tengah-tengah
	Quraisy   sambil   mendengar-dengarkan   permufakatan   mereka
	terhadap   Muhammad,   yang   pada   malam   harinya  kemudian
	disampaikannya kepada Nabi dan kepada  ayahnya.  Sedang  'Amir
	tugasnya    menggembalakan    kambing    Abu   Bakr'   sorenya
	diistirahatkan, kemudian mereka memerah  susu  dan  menyiapkan
	daging.  Apabila  Abdullah  b.  Abi  Bakr  keluar kembali dari
	tempat mereka, datang  'Amir  mengikutinya  dengan  kambingnya
	guna menghapus jejaknya.
	
	Kedua  orang itu tinggal dalam gua selama tiga hari. Sementara
	itu pihak  Quraisy  berusaha  sungguh-sungguh  mencari  mereka
	tanpa  mengenal  lelah.  Betapa  tidak.  Mereka melihat bahaya
	sangat mengancam mereka kalau mereka tidak  berhasil  menyusul
	Muhammad  dan  mencegahnya  berhubungan  dengan pihak Yathrib.
	Selama kedua  orang  itu  berada  dalam  gua,  tiada  hentinya
	Muhammad   menyebut   nama  Allah.  KepadaNya  ia  menyerahkan
	nasibnya itu dan memang kepadaNya pula segala  persoalan  akan
	kembali.  Dalam  pada  itu Abu Bakr memasang telinga. Ia ingin
	mengetahui adakah  orang-orang  yang  sedang  mengikuti  jejak
	mereka itu sudah berhasil juga.
	
	Kemudian  pemuda-pemuda Quraisy - yang dari setiap kelompok di
	ambil seorang itu - datang. Mereka membawa pedang dan  tongkat
	sambil  mundar-mandir  mencari  ke segenap penjuru. Tidak jauh
	dari gua Thaur itu mereka bertemu dengan seorang gembala, yang
	lalu ditanya.
	
	"Mungkin  saja  mereka  dalam gua itu, tapi saya tidak melihat
	ada orang yang menuju ke sana."
	
	Ketika mendengar jawaban  gembala  itu  Abu  Bakr  keringatan.
	Kuatir  ia,  mereka  akan  menyerbu  ke dalam gua. Dia menahan
	napas tidak bergerak, dan hanya  menyerahkan  nasibnya  kepada
	Tuhan.  Lalu  orang-orang Quraisy datang menaiki gua itu, tapi
	kemudian ada yang turun lagi.
	
	"Kenapa   kau   tidak   menjenguk   ke   dalam   gua?"   tanya
	kawan-kawannya.
	
	"Ada  sarang  laba-laba  di  tempat itu, yang memang sudah ada
	sejak sebelum Muhammad lahir," jawabnya. "Saya melihat ada dua
	ekor burung dara hutan di lubang gua itu. Jadi saya mengetahui
	tak ada orang di sana."
	
	Muhammad makin sungguh-sungguh berdoa dan Abu Bakr juga  makin
	ketakutan. Ia merapatkan diri kepada kawannya itu dan Muhammad
	berbisik di telinganya:
	
	"Jangan bersedih hati. Tuhan bersama kita."
	
	Dalam buku-buku hadis ada juga sumber yang menyebutkan,  bahwa
	setelah  terasa  oleh  Abu  Bakr bahwa mereka yang mencari itu
	sudah mendekat ia berkata dengan berbisik:
	
	"Kalau mereka ada yang menengok ke bawah  pasti  akan  melihat
	kita."
	
	"Abu   Bakr,  kalau  kau  menduga  bahwa  kita  hanya  berdua,
	ketiganya adalah Tuhan," kata Muhammad.
	
	Orang-orang Quraisy makin yakin bahwa dalam gua  itu  tak  ada
	manusia  tatkala  dilihatnya ada cabang pohon yang terkulai di
	mulut gua. Tak ada jalan orang akan dapat  masuk  ke  dalamnya
	tanpa  menghalau  dahan-dahan  itu.  Ketika itulah mereka lalu
	surut kembali. Kedua orang bersembunyi  itu  mendengar  seruan
	mereka  supaya  kembali ke tempat semula. Kepercayaan dan iman
	Abu Bakr bertambah besar kepada Allah dan kepada Rasul.
	
	"Alhamdulillah, Allahuakbar!" kata Muhammad kemudian.
	
	Sarang laba-laba, dua  ekor  burung  dara  dan  pohon.  Inilah
	mujizat  yang  diceritakan  oleh  buku-buku sejarah hidup Nabi
	mengenai masalah persembunyian dalam gua Thaur itu. Dan  pokok
	mujizatnya  ialah  karena  segalanya  itu  tadinya  tidak ada.
	Tetapi sesudah Nabi dan sahabatnya bersembunyi dalam gua, maka
	cepat-cepatlah  laba-laba  menganyam  sarangnya  guna  menutup
	orang yang dalam gua itu dari  penglihatan.  Dua  ekor  burung
	dara  datang  pula  lalu  bertelur  di  jalan  masuk. Sebatang
	pohonpun  tumbuh  di  tempat  yang  tadinya  belum  ditumbuhi.
	Sehubungan dengan mujizat ini Dermenghem mengatakan:
	
	"Tiga  peristiwa  itu  sajalah  mujizat  yang diceritakan oleh
	sejarah Islam yang benar-benar: sarang  laba-laba,  hinggapnya
	burung  dara dan tumbuhnya pohon-pohonan. Dan ketiga keajaiban
	ini setiap hari persamaannya selalu ada di muka bumi."
	
	Akan tetapi mujizat begini ini tidak  disebutkan  dalam  Sirat
	Ibn  Hisyam  ketika  menyinggung cerita gua itu. Paling banyak
	oleh ahli sejarah ini disebutkan sebagai berikut:
	
	"Mereka berdua menuju ke sebuah gua  di  Gunung  Thaur  sebuah
	gunung  di  bawah  Mekah  -  lalu  masuk ke dalamnya. Abu Bakr
	meminta anaknya Abdullah supaya mendengar-dengarkan  apa  yang
	dikatakan  orang  tentang  mereka itu siang hari, lalu sorenya
	supaya kembali membawakan berita yang terjadi hari itu. Sedang
	'Amir  b.  Fuhaira supaya menggembalakan kambingnya siang hari
	dan diistirahatkan kembali bila sorenya ia  kembali  ke  dalam
	gua.  Ketika itu, bila hari sudah sore Asma, datang membawakan
	makanan yang cocok buat mereka ... Rasulullah  s.a.w.  tinggal
	dalam  gua  selama  tiga hari tiga malam. Ketika ia menghilang
	Quraisy menyediakan seratus ekor unta  bagi  barangsiapa  yang
	dapat  mengembalikannya  kepada mereka. Sedang Abdullah b. Abi
	Bakr siangnya berada  di  tengah-tengah  Quraisy  mendengarkan
	permufakatan  mereka  dan  apa yang mereka percakapkan tentang
	Rasulullah  s.aw.  dan  Abu  Bakr,  sorenya  ia  kembali   dan
	menyampaikan berita itu kepada mereka.
	
	'Amir   b.   Fuhaira   -   pembantu   Abu  Bakr  -  waktu  itu
	menggembalakan ternaknya di tengah-tengah para gembala  Mekah,
	sorenya  kambing  Abu  Bakr  itu  diistirahatkan,  lalu mereka
	memerah susu dan menyiapkan daging. Kalau paginya Abdullah  b.
	Abi  Bakr  bertolak dari tempat itu ke Mekah, 'Amir b. Fuhaira
	mengikuti jejaknya dengan membawa  kambing  supaya  jejak  itu
	terhapus. Sesudah berlalu tiga hari dan orangpun mulai tenang,
	aman mereka, orang yang disewa datang membawa unta kedua orang
	itu serta untanya sendiri... dan seterusnya."
	
	Demikian  Ibn  Hisyam menerangkan mengenai cerita gua itu yang
	kami nukilkan sampai pada waktu Muhammad dan sahabatnya keluar
	dari sana.
	
	Tentang pengejaran Quraisy terhadap Muhammad untuk dibunuh itu
	serta tentang cerita gua ini datang firman Tuhan demikian:
	
	"Ingatlah tatkala orang-orang kafir (Quraisy)  itu  berkomplot
	membuat  rencana  terhadap  kau,  hendak  menangkap  kau, atau
	membunuh kau, atau mengusir kau. Mereka  membuat  rencana  dan
	Allah  membuat  rencana pula. Allah adalah Perencana terbaik."
	(Qur'an, 8: 30)
	
	"Kalau kamu tak dapat menolongnya, maka Allah juga Yang  telah
	menolongnya   tatkala   dia   diusir  oleh  orang-orang  kafir
	(Quraisy). Dia  salah  seorang  dari  dua  orang  itu,  ketika
	keduanya  berada  dalam  gua.  Waktu  itu  ia  berkata  kepada
	temannya itu: 'Jangan bersedih hati, Tuhan bersama kita!' Maka
	Tuhan  lalu  memberikan  ketenangan kepadanya dan dikuatkanNya
	dengan pasukan yang tidak kamu  lihat.  Dan  Allah  menjadikan
	seruan  orang-orang kafir itu juga yang rendah dan kalam Allah
	itulah yang tinggi.  Dan  Allah  Maha  Kuasa  dan  Bijaksana."
	(Qur'an, 9: 40)
	
	Pada  hari  ketiga, bila mereka berdua sudah mengetahui, bahwa
	orang sudah tenang kembali mengenai diri  mereka,  orang  yang
	disewa  tadi  datang  membawakan  unta  kedua  orang itu serta
	untanya sendiri. Juga Asma, puteri Abu Bakr datang  membawakan
	makanan.  Oleh  karena  ketika  mereka  akan berangkat tak ada
	sesuatu yang dapat dipakai menggantungkan makanan dan  minuman
	pada  pelana  barang,  Asma,  merobek  ikat  pinggangnya  lalu
	sebelahnya dipakai menggantungkan  makanan  dan  yang  sebelah
	lagi    diikatkan.    Karena   itu   ia   lalu   diberi   nama
	"dhat'n-nitaqain" (yang bersabuk dua).
	
	Mereka   berangkat.   Setiap   orang    mengendarai    untanya
	sendiri-sendiri dengan membawa bekal makanan. Abu Bakr membawa
	limaribu dirham dan itu  adalah  seluruh  hartanya  yang  ada.
	Mereka  bersembunyi  dalam gua itu begitu ketat. Karena mereka
	mengetahui pihak Quraisy sangat  gigih  dan  hati-hati  sekali
	membuntuti,  maka  dalam  perjalanan  ke  Yathrib  itu  mereka
	mengambil jalan yang tidak biasa ditempuh orang.  Abdullah  b.
	'Uraiqit  -  dari Banu Du'il - sebagai penunjuk jalan, membawa
	mereka hati-hati sekali ke  arah  selatan  di  bawahan  Mekah,
	kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah. Oleh karena
	mereka melalui jalan  yang  tidak  biasa  ditempuh  orang,  di
	bawanya mereka ke sebelah utara di seberang pantai itu, dengan
	agak menjauhinya, mengambil jalan yang paling sedikit  dilalui
	orang.
	
	Kedua  orang itu beserta penunjuk jalannya sepanjang malam dan
	di waktu siang berada di atas  kendaraan.  Tidak  lagi  mereka
	pedulikan  kesulitan,  tidak  lagi  mereka mengenal lelah. Ya,
	kesulitan mana yang  lebih  mereka  takuti  daripada  tindakan
	Quraisy  yang  akan  merintangi  mereka  mencapai  tujuan yang
	hendak mereka  capai  demi  jalan  Allah  dan  kebenaran  itu!
	Memang,  Muhammad  sendiri  tidak pernah mengalami kesangsian,
	bahwa Tuhan akan menolongnya, tetapi "jangan kamu mencampakkan
	diri  ke  dalam bencana." Allah menolong hambaNya selama hamba
	menolong  dirinya  dan  menolong   sesamanya.   Mereka   telah
	melangkah dengan selamat selama dalam gua.
	
	Akan  tetapi  apa yang dilakukan Quraisy bagi barangsiapa yang
	dapat  mengembalikan  mereka  berdua  atau  dapat  menunjukkan
	tempat mereka, wajar sekali akan menarik hati orang yang hanya
	tertarik pada hasil  materi  meskipun  akan  diperoleh  dengan
	jalan  kejahatan.  Apalagi  jika  kita  ingat orang-orang Arab
	Quraisy itu memang sudah  menganggap  Muhammad  musuh  mereka.
	Dalam  jiwa  mereka  terdapat suatu watak tipu-muslihat, bahwa
	membunuh orang yang tidak bersenjata dan menyerang pihak  yang
	tak  dapat  mempertahankan  diri,  bukan  suatu hal yang hina.
	Jadi, dua orang itu harus benar-benar waspada,  harus  membuka
	mata, memasang telinga dan penuh kesadaran selalu.
	
	Dugaan  kedua  orang  itu  tidak meleset. Sudah ada orang yang
	datang  kepada  Quraisy  membawa  kabar,  bahwa   ia   melihat
	serombongan kendaraan unta terdiri dari tiga orang lewat.
 
	                                    			Next >>>
 
	---------------------------------------------
	S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
	oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
	diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
	Penerbit PUSTAKA JAYA
	Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
	Cetakan Kelima, 1980
 
	Seri PUSTAKA ISLAM No.1