Adab Sebelum Makan Test

 [ Sebelum Makan | Ketika Makan | Sesudah Makan | Jamuan Bersama]

 

" Makanlah yang baik-baik dan berbuatlah amal sholih"
(S. Al-Mu’minun, ayat 51)

(Disadur dari kitab Ihya 'Ulumiddin, Imam Al Ghazali rah.)

Adab yang sebelum makan ada tujuh yaitu :

  1. Makanan itu sesudah keadaannya halal, juga baik dari segi mengusahakannya, sesuai dengan sunnah dan wara’. Tidak diusahakan dengan sebab-sebab yang tidak disukai agama. Tidak menurut kemauan hawa nafsu dan berminyak air (mudahanah) pada agama. 
    Allah berfirman:
    Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan harta sesama kamu dengan jalan yang salah (bathil) melainkan dengan perniagaan diatas suka rela satu sama lain dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu. (S. An-Nisa’ ayat 29)

  2. Membasuh tangan. 
    Bersabda Nabi SAW:
    Berwudlu’ sebelum makan  itu meniadakan kemiskinan dan sesudah makan meniadakan gangguan setan (Dirawikan Ath-Thabrani dari Ibnu Abbas, hadits dlai’if). Pada satu riwayat: Meniadakan kemiskinan sebelum makan dan sesudahnya”. 
    Karena tangan itu tidak terlepas dari kotoran dalam melaksanakan segala pekerjaan. Maka membasuhnya adalah lebih dekat kepada kebersihan dan kejernihan. Dan karena makan itu, dengan maksud meminta pertolongan kepada agama, adalah ibadah. Maka wajarlah didahulukan kepada makan itu, apa yang berlaku pada agama, sebagaimana berlakunya suci dalam sholat.

  3. Diletakkan makanan itu diatas alas meja yang diletakkan diatas lantai. Dan itu adalah lebih mendekati kepada perbuatan Rasulullah SAW, daripada meletakkannya diatas meja. Rasulullah SAW jika beliau diberikan makanan, lalu diletakkannya diatas lantai ( Ahmad dari AL-Hasan, hadits mursal). Dan ini lebih mendekatkan kepada tawadlu’ (merendahkan diri). Kalau tidak diletakkan diatas lantai, maka diletakkan diatas alas meja (Sufrah).

  4. Membaguskan duduk pada permulaan duduk, diatas alas meja dan meneruskan seperti yang demikian. Adalah Rasulullah SAW kadang-kadang meletakkan kedua lututnya untuk makan dan beliau duduk diatas punggung kedua tapak kakinya. Dan kadang-kadang beliau menegakkan kaki yang kanan dan duduk diatas kakinya yang kiri. Beliau mengatakan,” Tidak aku makan dengan bersandar. Sesungguhnya aku seorang hamba, yang makan sebagaimana seorang hamba dan aku duduk sebagaimana duduknya hamba" (Al-Bukhari dari Abu Juhaifah). Minum dengan bersandar dimakruhkan, karena mendatangkan kemelaratan juga kepada perut. Dan dimakruhkan makan sedang tidur dan bersandar, kecuali barang yang dapat dibawa-bawa sepeti biji-bijian.

  5. Berniat dengan makanan itu untuk memperoleh kekuatan berbuat taat kepada Allah SWT. Supaya ia menjadi taat dengan makan itu. Dan tidak bermaksud berlezat-lezat dan bernikmat-nikmat dengan makan. Dalam pada itu, bercita-cita menyedikitkan makan. Karena apabila makan untuk kuat ibadahnya, niscaya tidak benarlah niatnya itu, kecuali dengan makan kurang dari kenyang. Sebab kenyang itu mencegah dari ibadah dan tidak kuat kepada ibadah. 
    Bersabda Rasulullah,”Tidak dipenuhkan oleh seorang manusia akan karungnya, yang lebih jahat dari perutnya. Mencukupilah anak adam itu beberapa suap, yang menegakkan tulang punggungnya. Kalau tidak diperbuatnya yang demikian, maka sepertiga makanan dan sepertiga minuman dan sepertiga untuk nafas (At-Tirmidzi dan katanya: hadits hasan (baik))
    Dan dari pentingnya niat itu bahwa ia tidak mengulurkan tangannya kepada makanan kecuali ia sudah lapar. Maka adalah lapar itu mendahului makan. Kemudian seyogyanya mengangkat tangan sebelum kenyang. Barangsiapa berbuat itu, niscaya ia tidak memerlukan dokter.

  6. Merasa senang dengan rejeki yang ada dan makanan yang berada di hadapan. Dan tidak bersungguh-sungguh mencari kenikmatan, meminta tambah dan menunggu laukpauk. Tetapi sebagai kehormatan untuk roti, ia tidak lagi menunggu datangnya lauk-pauk.

  7. Berusaha memperbanyak tangan pada makanan (makan berjema'ah), walaupun dari keluarga dan anaknya sendiri. 
    Bersabda Nabi SAW,”Berkumpullah pada makananmu, supaya diberkati kamu padanya", (Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Wahsyi bin Harb, dengan isnad baik). 
    Berkata Anas RA,” Adalah Rasulullah SAW tidak makan sendirian", (Al-Kharaithi dari Anas, dengan sanad Dloif). Dan bersabda Nabi SAW,”Makanan yang baik ialah yang banyak tangan padanya.

bot="HTMLMarkup" endspan bot="HTMLMarkup" endspan bot="HTMLMarkup" endspan bot="HTMLMarkup" endspan