[ Sebelum Makan | Ketika Makan | Sesudah Makan | Jamuan Bersama]
|
(Disadur
dari kitab Ihya 'Ulumiddin, Imam Al Ghazali rah.)
Adab
yang sebelum makan ada tujuh yaitu :
Makanan itu sesudah keadaannya halal, juga baik dari segi
mengusahakannya, sesuai dengan sunnah dan wara’. Tidak diusahakan dengan
sebab-sebab yang tidak disukai agama. Tidak menurut kemauan hawa nafsu dan
berminyak air (mudahanah) pada agama.
Allah berfirman:
Hai orang-orang yang
beriman! Janganlah kamu memakan harta sesama kamu dengan jalan yang salah (bathil)
melainkan dengan perniagaan diatas suka rela satu sama lain dan janganlah
kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu.
(S.
An-Nisa’ ayat 29)
Membasuh tangan.
Bersabda Nabi SAW:
Berwudlu’ sebelum makan
itu meniadakan kemiskinan dan sesudah makan meniadakan gangguan setan
(Dirawikan Ath-Thabrani dari Ibnu Abbas, hadits dlai’if). Pada satu
riwayat: “Meniadakan kemiskinan sebelum makan dan sesudahnya”.
Karena
tangan itu tidak terlepas dari kotoran dalam melaksanakan segala pekerjaan.
Maka membasuhnya adalah lebih dekat kepada kebersihan dan kejernihan. Dan
karena makan itu, dengan maksud meminta pertolongan kepada agama, adalah
ibadah. Maka wajarlah didahulukan kepada makan itu, apa yang berlaku pada
agama, sebagaimana berlakunya suci dalam sholat.
Diletakkan makanan itu diatas alas meja yang diletakkan diatas
lantai. Dan itu adalah lebih mendekati kepada perbuatan Rasulullah SAW,
daripada meletakkannya diatas meja. Rasulullah SAW jika beliau diberikan
makanan, lalu diletakkannya diatas lantai ( Ahmad dari AL-Hasan, hadits
mursal). Dan ini lebih mendekatkan kepada tawadlu’ (merendahkan diri).
Kalau tidak diletakkan diatas lantai, maka diletakkan diatas alas meja (Sufrah).
Membaguskan duduk pada permulaan duduk, diatas alas meja dan
meneruskan seperti yang demikian. Adalah Rasulullah SAW kadang-kadang
meletakkan kedua lututnya untuk makan dan beliau duduk diatas punggung kedua
tapak kakinya. Dan kadang-kadang beliau menegakkan kaki yang kanan dan duduk
diatas kakinya yang kiri. Beliau mengatakan,” Tidak aku makan dengan
bersandar. Sesungguhnya aku seorang hamba, yang makan sebagaimana seorang
hamba dan aku duduk sebagaimana duduknya hamba" (Al-Bukhari dari Abu Juhaifah).
Minum dengan bersandar dimakruhkan, karena mendatangkan kemelaratan juga
kepada perut. Dan dimakruhkan makan sedang tidur dan bersandar, kecuali
barang yang dapat dibawa-bawa sepeti biji-bijian.
Berniat dengan makanan itu untuk memperoleh kekuatan berbuat taat
kepada Allah SWT. Supaya ia menjadi taat dengan makan itu. Dan tidak
bermaksud berlezat-lezat dan bernikmat-nikmat dengan makan. Dalam pada itu,
bercita-cita menyedikitkan makan. Karena apabila makan untuk kuat ibadahnya,
niscaya tidak benarlah niatnya itu, kecuali dengan makan kurang dari kenyang.
Sebab kenyang itu mencegah dari ibadah dan tidak kuat kepada ibadah.
Bersabda Rasulullah,”Tidak dipenuhkan oleh seorang manusia akan karungnya,
yang lebih jahat dari perutnya. Mencukupilah anak adam itu beberapa suap,
yang menegakkan tulang punggungnya. Kalau tidak diperbuatnya yang demikian,
maka sepertiga makanan dan sepertiga minuman dan sepertiga untuk nafas (At-Tirmidzi
dan katanya: hadits hasan (baik))
Dan dari pentingnya niat itu bahwa ia
tidak mengulurkan tangannya kepada makanan kecuali ia sudah lapar. Maka
adalah lapar itu mendahului makan. Kemudian seyogyanya mengangkat tangan
sebelum kenyang. Barangsiapa berbuat itu, niscaya ia tidak memerlukan dokter.
Merasa senang dengan rejeki yang ada dan makanan yang berada di
hadapan. Dan tidak bersungguh-sungguh mencari kenikmatan, meminta tambah dan
menunggu laukpauk. Tetapi sebagai kehormatan untuk roti, ia tidak lagi
menunggu datangnya lauk-pauk.
Berusaha memperbanyak tangan pada makanan (makan berjema'ah), walaupun dari keluarga
dan anaknya sendiri.
Bersabda Nabi SAW,”Berkumpullah pada makananmu,
supaya diberkati kamu padanya", (Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Wahsyi bin Harb,
dengan isnad baik).
Berkata Anas RA,” Adalah Rasulullah SAW tidak makan
sendirian", (Al-Kharaithi dari Anas, dengan sanad Dloif). Dan bersabda Nabi
SAW,”Makanan yang baik ialah yang banyak tangan padanya.”